Menyusuri Sentra Industri Parcel Samali
A
A
A
JAKARTA - Menyusuri langkah di Jalan Haji Samali, mata Anda pasti akan dimanjakan dengan berbagai rangkaian parcel nan indah menyilaukan mata. Jalan Haji Samali memang telah dikenal sebagai sentra industri parcel sejak tahun 1990-an.
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru, banyak warga menyulap rumahnya menjadi toko yang menyajikan berbagai bentuk parcel dari makanan ataupun barang pecah belah.
Dari pantauan Sindonews, setidaknya terdapat lebih dari 10 tempat tinggal yang mengubah bilik rumahnya menjadi gerai parcel. Salah satunya, Cholil yang sejak tahun 1999 telah memiliki tiga gerai parcel berderet di samping rumahnya.
Menurutnya, peluang usaha ini digeluti sejak didirikannya Nabila Parcel yang menjadi cikal bakal lahirnya kampung parcel di jalan Haji Samali, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Dulu kan penuh tuh sepanjang jalan ini sekitar ada 35-an kios parcel. Itu dulu terkenal di Samali tempat home industri. Tapi sekarang sudah banyak yang tutup," ujarnya kepada Sindonews, baru-baru ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, harga yang ditawarkan untuk satu parcel pun beragam. Tergantung dari jumlah dan isi parcel tersebut. Pemilik toko Azwa Parcel ini mengatakan, harga antara Rp350 ribu hingga Rp6,5 juta per satu parcel.
"Kalau barang kebanyakan impor. Barang pecah belah. Kan kita punya supplier khusus. Kalau kristal kan Ceko (Cekoslovakia) punya. Tapi banyak pakai juga China dan Timur Tengah," tutur dia.
Lain halnya dengan Soelaiman, pemilik Art Parcel yang gerainya berjarak 20 meter dari pintu masuk Samali. Dia menjual parcelnya dari kisaran Rp400 ribu hingga lebih dari Rp1 juta.
"Kita sudah lama di sini, Samali kan juga pusatnya parcel. Yang Rp1 juta ke atas itu dari kristal. Tapi yang banyak laku itu food dan kombinasi (food dan barang pecah belah)," ujar salah satu penjaga Art Parcel, Eva.
Sementara Nabila Parcel yang diklaim sebagai cikal bakal kampung parcel di Samali, menjual parcelnya dengan harga yang cukup bombastis hingga Rp13 juta.
"Ini kristal dari Ceko, sudah sekalian mejanya," ucap salah satu Marketing and Promotion Nabila Parcel.
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru, banyak warga menyulap rumahnya menjadi toko yang menyajikan berbagai bentuk parcel dari makanan ataupun barang pecah belah.
Dari pantauan Sindonews, setidaknya terdapat lebih dari 10 tempat tinggal yang mengubah bilik rumahnya menjadi gerai parcel. Salah satunya, Cholil yang sejak tahun 1999 telah memiliki tiga gerai parcel berderet di samping rumahnya.
Menurutnya, peluang usaha ini digeluti sejak didirikannya Nabila Parcel yang menjadi cikal bakal lahirnya kampung parcel di jalan Haji Samali, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Dulu kan penuh tuh sepanjang jalan ini sekitar ada 35-an kios parcel. Itu dulu terkenal di Samali tempat home industri. Tapi sekarang sudah banyak yang tutup," ujarnya kepada Sindonews, baru-baru ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, harga yang ditawarkan untuk satu parcel pun beragam. Tergantung dari jumlah dan isi parcel tersebut. Pemilik toko Azwa Parcel ini mengatakan, harga antara Rp350 ribu hingga Rp6,5 juta per satu parcel.
"Kalau barang kebanyakan impor. Barang pecah belah. Kan kita punya supplier khusus. Kalau kristal kan Ceko (Cekoslovakia) punya. Tapi banyak pakai juga China dan Timur Tengah," tutur dia.
Lain halnya dengan Soelaiman, pemilik Art Parcel yang gerainya berjarak 20 meter dari pintu masuk Samali. Dia menjual parcelnya dari kisaran Rp400 ribu hingga lebih dari Rp1 juta.
"Kita sudah lama di sini, Samali kan juga pusatnya parcel. Yang Rp1 juta ke atas itu dari kristal. Tapi yang banyak laku itu food dan kombinasi (food dan barang pecah belah)," ujar salah satu penjaga Art Parcel, Eva.
Sementara Nabila Parcel yang diklaim sebagai cikal bakal kampung parcel di Samali, menjual parcelnya dengan harga yang cukup bombastis hingga Rp13 juta.
"Ini kristal dari Ceko, sudah sekalian mejanya," ucap salah satu Marketing and Promotion Nabila Parcel.
(gpr)