Pertumbuhan Kinerja CNKO Diproyeksi Menyempit
A
A
A
JAKARTA - Kinerja emiten pertambangan, PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) pada tahun ini diprediksi akan mengalami tekanan. Pertumbuhan kinerja perseroan diprediksi akan menyempit, namun akan tertolong meningkatnya permintaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Madjid Abdillah mengatakan, perlambatan ekonomi, pertumbuhan pasokan berkelanjutan dan penggunaan gas shale di Amerika Serikat (AS) akan membatasi naiknya harga batu bara.
Harga batu bara pada tahun lalu anjlok 12,8% menjadi USD83,9 per ton dibanding tahun sebelumnya USD96,3 ton. Dia memprediksi, harga batu bara belum akan pulih dalam jangka pendek.
Kendati demikian, meningkatnya konsumsi batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik di dalam negeri oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan membantu perusahaan.
"Dalam pasokan batu bara, kami tidak khawatir karena CNKO memiliki cadangan cukup, meskipun berasal dari pihak ketiga," kata dia dalam risetnya, belum lama ini.
Dia memperkirakan bahwa anak usaha CNKO, PT Dwi Guna Laksana dan PT Sekti Rahayu Indah dapat meningkatkan produksi batu bara pada tahun depan. Meningkatkan konsumsi batu bara seiring dengan proyeksi cerahnya industri listrik lantaran pemerintah menargetkan meningkatkan kapasitas listrik di dalam negeri.
Pefindo memproyeksikan, penjualan CNKO tahun ini turun 15,24% menjadi Rp1,39 triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp1,64 triliun. Laba bersih juga diproyeksi tergerus 40,38% menjadi Rp62 miliar dari tahun lalu Rp104 miliar.
Sementara harga saham perseroan diperkirakan akan berada pada kisaran Rp240-Rp400 per lembar. Sedangkan harga saham CNKO pada akhir pekan ini berada di level Rp185, naik 7 poin dibanding hari sebelumnya Rp178 per lembar.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Madjid Abdillah mengatakan, perlambatan ekonomi, pertumbuhan pasokan berkelanjutan dan penggunaan gas shale di Amerika Serikat (AS) akan membatasi naiknya harga batu bara.
Harga batu bara pada tahun lalu anjlok 12,8% menjadi USD83,9 per ton dibanding tahun sebelumnya USD96,3 ton. Dia memprediksi, harga batu bara belum akan pulih dalam jangka pendek.
Kendati demikian, meningkatnya konsumsi batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik di dalam negeri oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan membantu perusahaan.
"Dalam pasokan batu bara, kami tidak khawatir karena CNKO memiliki cadangan cukup, meskipun berasal dari pihak ketiga," kata dia dalam risetnya, belum lama ini.
Dia memperkirakan bahwa anak usaha CNKO, PT Dwi Guna Laksana dan PT Sekti Rahayu Indah dapat meningkatkan produksi batu bara pada tahun depan. Meningkatkan konsumsi batu bara seiring dengan proyeksi cerahnya industri listrik lantaran pemerintah menargetkan meningkatkan kapasitas listrik di dalam negeri.
Pefindo memproyeksikan, penjualan CNKO tahun ini turun 15,24% menjadi Rp1,39 triliun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp1,64 triliun. Laba bersih juga diproyeksi tergerus 40,38% menjadi Rp62 miliar dari tahun lalu Rp104 miliar.
Sementara harga saham perseroan diperkirakan akan berada pada kisaran Rp240-Rp400 per lembar. Sedangkan harga saham CNKO pada akhir pekan ini berada di level Rp185, naik 7 poin dibanding hari sebelumnya Rp178 per lembar.
(rna)