Penumpukan Peti Kemas di Semarang Capai 64%
A
A
A
SEMARANG - Masih belum beroperasinya truk besar pengangkut kontainer membuat tempat penampungan peti kemas di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS), Jawa Tengah, mengalami penumpukan hingga 64% dari daya tampung.
GM TPKS Iwan Sabatini mengungkapkan, sejak H+ Lebaran pihaknya langsung melakukan bongkar muat peti kemas. Pada H+1 Lebaran hanya ada satu kapal yang bersandar, yakni Kapal Maersk Amberdeen yang membongkar 910 box. Pada Kamis (31/7/2014), dua kapal bersandar dan melakukan bongkar muat sebanyak 1.456 box.
"Masih berlakunya stop operasi bagi truk besar termasuk trailer dan beberapa industri yang masih libur sehingga seluruh peti kemas masih menumpuk di lapangan," ujarnya.
Menurutnya, untuk lapangan penumpukan peti kemas yang akan diekspor tidak terlalu banyak yakni sekitar 20%. Sementara penumpukan peti kemas impor cukup tinggi, yakni mencapai 64%. Sehingga total sekitar 10.200 teus didominasi peti kemas impor.
Jumlah penumpukan peti kemas akan semakin bertambah hingga 74% mengingat hingga 5 Agustus, akan ada tiga kapal yang bersandar.
Meski penumpukan masih terbilang normal karena belum mencapai 80%, namun Iwan berharap, pada saat kontainer sudah diizinkan beroperasi, perusahaan-perusahaan segera melakukan pengambilan.
“Diharapkan mulainya beroperasi trailer di jalan raya agar para pengguna jasa dapat segera aktif dan kantor pelayanan bea cukai dapat langsung melakukan pemeriksaan agar dapat segera dikeluarkan,” tandasnya.
GM TPKS Iwan Sabatini mengungkapkan, sejak H+ Lebaran pihaknya langsung melakukan bongkar muat peti kemas. Pada H+1 Lebaran hanya ada satu kapal yang bersandar, yakni Kapal Maersk Amberdeen yang membongkar 910 box. Pada Kamis (31/7/2014), dua kapal bersandar dan melakukan bongkar muat sebanyak 1.456 box.
"Masih berlakunya stop operasi bagi truk besar termasuk trailer dan beberapa industri yang masih libur sehingga seluruh peti kemas masih menumpuk di lapangan," ujarnya.
Menurutnya, untuk lapangan penumpukan peti kemas yang akan diekspor tidak terlalu banyak yakni sekitar 20%. Sementara penumpukan peti kemas impor cukup tinggi, yakni mencapai 64%. Sehingga total sekitar 10.200 teus didominasi peti kemas impor.
Jumlah penumpukan peti kemas akan semakin bertambah hingga 74% mengingat hingga 5 Agustus, akan ada tiga kapal yang bersandar.
Meski penumpukan masih terbilang normal karena belum mencapai 80%, namun Iwan berharap, pada saat kontainer sudah diizinkan beroperasi, perusahaan-perusahaan segera melakukan pengambilan.
“Diharapkan mulainya beroperasi trailer di jalan raya agar para pengguna jasa dapat segera aktif dan kantor pelayanan bea cukai dapat langsung melakukan pemeriksaan agar dapat segera dikeluarkan,” tandasnya.
(dmd)