Nilai Ekspor Mebel DIY Meningkat Terus
A
A
A
YOGYAKARTA - Dalam tiga tahun terakhir ini, nilai ekspor mebel Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meningkat signifikan. Bahkan pada tahun 2013 lalu nilainya mencapai USD30 juta. Dan diharapkan pada tahun ini bisa melebihi angka tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Riyadi Ida Bagus menilai peluang ini masih terbuka lebar, meskipun pasar luar negeri masih lesu karena krisis yang melanda sejumlah negara di Benua Eropa maupun Amerika beberapa tahun terakhir. Apalagi perekonomian Indonesia khususnya DIY kini kian terus bertumbuh, seiring dengan bangkit dan tumbuhnya perekonomian sebagian negara - negara di Eropa pula.
"Kalau ekspor (mebel) kita naik terus tiga tahun terakhir. Berdasarkan data tahun 2013, nilai ekspor mebel sekarang pada posisi USD30," ujar Riyadi kepada wartawan belum lama ini.
Meningkatnya nilai ekspor itu karena tidak lepas dari mebel yang bukan termasuk produk primer. Dan menurutnya yang mengalami penurunan justru dari produk primer macam minyak dan hasil tambang lainnya. Sehingga tidak begitu berpengaruh pada bisnis mebel itu sendiri. Maka dari itu dirinya mengimbau kepada para perajin dan pengusaha mebel, untuk tidak pesimis dan merasa khawatir dengan hal ini.
Dan tidak hanya mengandalkan dari segi ekspor semata, para pengusaha juga dianjurkan untuk fokus menggarap pasar lokal. Mengingat masih ada potensi besar di dalamnya, terutama yang ada di luar Yogyakarta. Seperti Sumatera, Kalimantan, Bali, hingga Sulawesi.
"Jangan pesimis dan khawatir tentang itu, posisi krisis ekstrem pun masih ada kesempatan untuk ekspor dan ketika dibuka itu ada peluang. Di samping bisa garap potensi pasar lokal pula. Potensi pasar lokal ini tidak hanya di DIY saja, tetapi tempat lain juga digarap. Seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Masih ada peluang di sana," jelasnya.
Kesiapan dari para pelaku sektor industri mebel juga mesti dilakukan, guna hadapi berbagai situasi. Selain promosi dan komunikasi yang terus dijalin dengan para buyer. Inovasi dan desain baru juga semestinya diciptakan terus menerus, supaya tidak ada kejenuhan dan melahirkan desain yang itu-itu saja.
Penggunaan bahan baku pun juga tidak harus bergantung dari luar negeri. Lewat kreativitas para perajin seperti memanfaatkan bahan baku yang ada maupun daur ulang, dengan pengembangan desain justru bisa menjadi nilai tambah. Dan ini yang menjadi kelebihan dari para pelaku sektor industri mebel di DIY.
"Tiga komoditas besar (ekspor) DIY (mencakup) produk tekstil, sarung tangan kulit, mebel. Lalu ada kerajinan kayu, kerajinan lain 85%. Dan potensi itu luar biasa di DIY termasuk di kabupaten. Oleh karena itu kelebihan ini harus dikawal dan motivasi pelaku harus tetap tinggi karena punya potensi. Ini harus didukung promosi yang tidak boleh berhenti dan harus punya program masing-masing, baik di luar dan dalam negeri," kata dia.
Sementara itu Ketua Umum DPD Asosiasi Meubel dan Kerajinan Tangan RI (AMKRI) DIY Indah Rahayu Andra menambahkan, dengan digelarnya Bazar Mebel dan Kerajinan di Exposif Furniture oleh AMKRI baru - baru ini, bisa sekaligus menjadi wadah bagi para pelaku usaha untuk mengenalkan variasi produk-produk mebel.
Di samping penetrasi pasar mebel dan kerajinan lokal. Apalagi produk kerajinan yang ditawarkan bukanlah produk impor. Melainkan produk daur ulang yang berkualitas.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Riyadi Ida Bagus menilai peluang ini masih terbuka lebar, meskipun pasar luar negeri masih lesu karena krisis yang melanda sejumlah negara di Benua Eropa maupun Amerika beberapa tahun terakhir. Apalagi perekonomian Indonesia khususnya DIY kini kian terus bertumbuh, seiring dengan bangkit dan tumbuhnya perekonomian sebagian negara - negara di Eropa pula.
"Kalau ekspor (mebel) kita naik terus tiga tahun terakhir. Berdasarkan data tahun 2013, nilai ekspor mebel sekarang pada posisi USD30," ujar Riyadi kepada wartawan belum lama ini.
Meningkatnya nilai ekspor itu karena tidak lepas dari mebel yang bukan termasuk produk primer. Dan menurutnya yang mengalami penurunan justru dari produk primer macam minyak dan hasil tambang lainnya. Sehingga tidak begitu berpengaruh pada bisnis mebel itu sendiri. Maka dari itu dirinya mengimbau kepada para perajin dan pengusaha mebel, untuk tidak pesimis dan merasa khawatir dengan hal ini.
Dan tidak hanya mengandalkan dari segi ekspor semata, para pengusaha juga dianjurkan untuk fokus menggarap pasar lokal. Mengingat masih ada potensi besar di dalamnya, terutama yang ada di luar Yogyakarta. Seperti Sumatera, Kalimantan, Bali, hingga Sulawesi.
"Jangan pesimis dan khawatir tentang itu, posisi krisis ekstrem pun masih ada kesempatan untuk ekspor dan ketika dibuka itu ada peluang. Di samping bisa garap potensi pasar lokal pula. Potensi pasar lokal ini tidak hanya di DIY saja, tetapi tempat lain juga digarap. Seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Masih ada peluang di sana," jelasnya.
Kesiapan dari para pelaku sektor industri mebel juga mesti dilakukan, guna hadapi berbagai situasi. Selain promosi dan komunikasi yang terus dijalin dengan para buyer. Inovasi dan desain baru juga semestinya diciptakan terus menerus, supaya tidak ada kejenuhan dan melahirkan desain yang itu-itu saja.
Penggunaan bahan baku pun juga tidak harus bergantung dari luar negeri. Lewat kreativitas para perajin seperti memanfaatkan bahan baku yang ada maupun daur ulang, dengan pengembangan desain justru bisa menjadi nilai tambah. Dan ini yang menjadi kelebihan dari para pelaku sektor industri mebel di DIY.
"Tiga komoditas besar (ekspor) DIY (mencakup) produk tekstil, sarung tangan kulit, mebel. Lalu ada kerajinan kayu, kerajinan lain 85%. Dan potensi itu luar biasa di DIY termasuk di kabupaten. Oleh karena itu kelebihan ini harus dikawal dan motivasi pelaku harus tetap tinggi karena punya potensi. Ini harus didukung promosi yang tidak boleh berhenti dan harus punya program masing-masing, baik di luar dan dalam negeri," kata dia.
Sementara itu Ketua Umum DPD Asosiasi Meubel dan Kerajinan Tangan RI (AMKRI) DIY Indah Rahayu Andra menambahkan, dengan digelarnya Bazar Mebel dan Kerajinan di Exposif Furniture oleh AMKRI baru - baru ini, bisa sekaligus menjadi wadah bagi para pelaku usaha untuk mengenalkan variasi produk-produk mebel.
Di samping penetrasi pasar mebel dan kerajinan lokal. Apalagi produk kerajinan yang ditawarkan bukanlah produk impor. Melainkan produk daur ulang yang berkualitas.
(gpr)