Lebih Baik Harga BBM Bersubsidi Dinaikkan
A
A
A
SOLO - Kalangan supir truk angkutan barang yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng) lebih memilih agar pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis solar dibanding melakukan pembatasan pembelian seperti saat ini.
Salah seorang supir Truk ekspedisi, Maryono ketika ditemui di kawasan Pedaringan Solo, menyebutkan menaikkan harga BBM lebih rasional. Pasalnya supir dan awak angkutan mampu menentukan besaran biaya operasional truk secara tepat.
Sehingga, hal itu tidak merugikan awak angkutan maupun pihak pelanggan yang menggunakan jasa ekspedisi. Pihaknya mengaku bingung dengan penerapan pembatasan BBM pada saat ini. Di mana BBM jenis solar subisidi hanya dijual pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB dengan harga per liternya Rp5.500.
Di luar jam tersebut, harga akan berubah menjadi Rp13.300 per liter. Padahal, untuk jenis kendaraan ekspedisi, hampir 24 jam penuh kendaraan mereka selalu beroperasi, sehingga pembatasan itu akan mengubah biaya operasional dari yang sudah ada.
"Kita contohkan saja jika berangkat mengirim barang ke Bali, dari Solo siang hari dengan tangki BBM penuh, sampai wilayah Situbondo pada dinihari BBM sudah habis dan harus mengisi lagi, padahal harganya berbeda," tuturnya.
Atas latar belakang itu, pihaknya meminta pemerintah untuk menaikkan harga BBM dibandingkan melakukan pembatasan. Dengan menaikkan harga BBM nantinya akan diketahui hitungan pasti berapa biaya operasional setiap angkutan yang berangkat karena harga BBM-nya sama antara siang dan malam hari.
Hal senada juga diungkapkan supir lainnya, Pramono, menurutnya dengan menaikkan harga BBM pihaknya tidak lagi bingung menentukan harga kepada para pelanggan. Selain itu, pelanggan pasti akan memaklumi harga yang mereka tawarkan karena sudah mengetahui harga BBM naik.
"Kalau saat ini kita menentukan harga tinggi, pelangan malah kabur padahal hitung-hitungannya sudah kita sesuaikan dengan sistem pembatasan BBM," ucapnya.
Sementara, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Solo, Joko Suprapto juga berharap seperti itu.
Menurutnya, lebih baik BBM dinaikkan daripada dibatasi. Namun, waktu menaikkan BBM tidak dilakukan sekarang, sebaiknya beberapa bulan ke depan agar pihak angkutan bisa mempersiapkan diri dan mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang.
"Kalau jelas dinaikkan malah enak, tidak rancu seperti saat ini, kita bisa siap-siap dahulu, habis itu pemerintah baru ketok palu," jelasnya.
Salah seorang supir Truk ekspedisi, Maryono ketika ditemui di kawasan Pedaringan Solo, menyebutkan menaikkan harga BBM lebih rasional. Pasalnya supir dan awak angkutan mampu menentukan besaran biaya operasional truk secara tepat.
Sehingga, hal itu tidak merugikan awak angkutan maupun pihak pelanggan yang menggunakan jasa ekspedisi. Pihaknya mengaku bingung dengan penerapan pembatasan BBM pada saat ini. Di mana BBM jenis solar subisidi hanya dijual pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB dengan harga per liternya Rp5.500.
Di luar jam tersebut, harga akan berubah menjadi Rp13.300 per liter. Padahal, untuk jenis kendaraan ekspedisi, hampir 24 jam penuh kendaraan mereka selalu beroperasi, sehingga pembatasan itu akan mengubah biaya operasional dari yang sudah ada.
"Kita contohkan saja jika berangkat mengirim barang ke Bali, dari Solo siang hari dengan tangki BBM penuh, sampai wilayah Situbondo pada dinihari BBM sudah habis dan harus mengisi lagi, padahal harganya berbeda," tuturnya.
Atas latar belakang itu, pihaknya meminta pemerintah untuk menaikkan harga BBM dibandingkan melakukan pembatasan. Dengan menaikkan harga BBM nantinya akan diketahui hitungan pasti berapa biaya operasional setiap angkutan yang berangkat karena harga BBM-nya sama antara siang dan malam hari.
Hal senada juga diungkapkan supir lainnya, Pramono, menurutnya dengan menaikkan harga BBM pihaknya tidak lagi bingung menentukan harga kepada para pelanggan. Selain itu, pelanggan pasti akan memaklumi harga yang mereka tawarkan karena sudah mengetahui harga BBM naik.
"Kalau saat ini kita menentukan harga tinggi, pelangan malah kabur padahal hitung-hitungannya sudah kita sesuaikan dengan sistem pembatasan BBM," ucapnya.
Sementara, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Solo, Joko Suprapto juga berharap seperti itu.
Menurutnya, lebih baik BBM dinaikkan daripada dibatasi. Namun, waktu menaikkan BBM tidak dilakukan sekarang, sebaiknya beberapa bulan ke depan agar pihak angkutan bisa mempersiapkan diri dan mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang.
"Kalau jelas dinaikkan malah enak, tidak rancu seperti saat ini, kita bisa siap-siap dahulu, habis itu pemerintah baru ketok palu," jelasnya.
(izz)