Jabar Akan Kembali Sebar Konverter untuk Nelayan
A
A
A
BANDUNG - Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Jawa Barat (Jabar) mulai bersiaga dalam menghadapi dampak yang kemungkinan terjadi akibat pembatasan kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis solar mulai 1 Agustus.
Diskanlut Jabar akan mengoptimalkan program penggantian bahan bakar solar ke gas bagi nelayan.
Kepala Diskanlut Jabar Jafar Ismail mengatakan, program tersebut sudah dimulai sejak 2013. Dia beralasan, pengeluaran biaya operasional para nelayan penangkap ikan diperkirakan didominasi BBM.
"Para nelayan penangkap ikan bertumpu pada bahan bakar dalam operasionalnya, sehingga harus ditekan biaya operasionalnya jika terjadi pembatasan kuota BBM bersubsidi," ujarnya kepada sejumlah wartawan, Kamis (7/8/2014).
Sampai saat ini, pihaknya sudah memberikan konverter bahan bakar dari solar ke gas sebanyak 60 unit ke nelayan dan diyakini hasilnya bisa menghemat biaya produksi hingga 60%. Konverter tersebut dibagikan kepada beberapa nelayan yang tersebar di wilayah pantai Selatan Jabar.
"Nelayan yang sudah menggunakan konverter tersebut di antaranya di daerah Ciamis, Sukabumi, dan Garut. Tahun depan akan kami bagikan lagi, namun dengan jumlah yang lebih sedikit," katanya.
Dia menyebutkan, yang menjadi hambatan selama ini adalah belum adanya kuota untuk bahan bakar gas yang dikhususkan bagi nelayan. Para nelayan yang sudah memiliki konverter memakai gas 3 kg yang selama ini diperuntukkan bagi rumah tangga.
Untuk itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat untuk menyediakan kebutuhan gas 3 kgbagi nelayan ke depannya. Sehingga diharapkan mayoritas para nelayan di Jabar dapat menggunakan bahan bakar gas.
"Ke depan, para nelayan bisa membeli konverternya masing-masing karena saat ini sudah ada perusahaan yang memproduksinya secara massal," katanya.
Menurut Jafar, belum ada laporan atau keluhan terutama pendapatan nelayan dengan adanya kebijakan terkait pembatasan kuota solar bersubsidi.
Pihaknya juga sudah membuat rumpon-rumpon di laut, sehingga para nelayan yang akan menangkap ikan sudah jelas tujuannya.
Diskanlut Jabar akan mengoptimalkan program penggantian bahan bakar solar ke gas bagi nelayan.
Kepala Diskanlut Jabar Jafar Ismail mengatakan, program tersebut sudah dimulai sejak 2013. Dia beralasan, pengeluaran biaya operasional para nelayan penangkap ikan diperkirakan didominasi BBM.
"Para nelayan penangkap ikan bertumpu pada bahan bakar dalam operasionalnya, sehingga harus ditekan biaya operasionalnya jika terjadi pembatasan kuota BBM bersubsidi," ujarnya kepada sejumlah wartawan, Kamis (7/8/2014).
Sampai saat ini, pihaknya sudah memberikan konverter bahan bakar dari solar ke gas sebanyak 60 unit ke nelayan dan diyakini hasilnya bisa menghemat biaya produksi hingga 60%. Konverter tersebut dibagikan kepada beberapa nelayan yang tersebar di wilayah pantai Selatan Jabar.
"Nelayan yang sudah menggunakan konverter tersebut di antaranya di daerah Ciamis, Sukabumi, dan Garut. Tahun depan akan kami bagikan lagi, namun dengan jumlah yang lebih sedikit," katanya.
Dia menyebutkan, yang menjadi hambatan selama ini adalah belum adanya kuota untuk bahan bakar gas yang dikhususkan bagi nelayan. Para nelayan yang sudah memiliki konverter memakai gas 3 kg yang selama ini diperuntukkan bagi rumah tangga.
Untuk itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat untuk menyediakan kebutuhan gas 3 kgbagi nelayan ke depannya. Sehingga diharapkan mayoritas para nelayan di Jabar dapat menggunakan bahan bakar gas.
"Ke depan, para nelayan bisa membeli konverternya masing-masing karena saat ini sudah ada perusahaan yang memproduksinya secara massal," katanya.
Menurut Jafar, belum ada laporan atau keluhan terutama pendapatan nelayan dengan adanya kebijakan terkait pembatasan kuota solar bersubsidi.
Pihaknya juga sudah membuat rumpon-rumpon di laut, sehingga para nelayan yang akan menangkap ikan sudah jelas tujuannya.
(izz)