Pertamina Diminta Perhatikan Jalur Distribusi Elpiji 12 Kg
A
A
A
JAKARTA - Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengungkapkan bahwa Pertamina harus memperhatikan jalur distribusi gas elpiji 12 kilogram (kg ) jika ingin menaikkan harga. Pasalnya, harga elpiji non-subsidi tersebut akan menjadi sangat mahal bila masyarakat membeli bukan dari Pertamina.
Hal itu, menurut dia, wajib dilakukan Pertamina karena merupakan pemain tunggal di bisnis elpiji 12 kg, sehingga kebijakan harga dan distribusi yang dibuat Pertamina nantinya tidak memberatkan masyarakat.
"Di Jakarta saja harga elpiji 12 kg sudah Rp100 ribu lebih. Kalau yang di luar Jakarta atau katakanlah di luar Pulau Jawa, orang-orang akan mendapat harga Rp200 ribu mungkin karena mereka beli dari orang ketiga," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (10/8/2014)
Tingginya harga elpiji 12 kg tersebut karena di kota-kota tersebut tidak ada stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE), sehingga masyarakat harus membelinya dari pihak ke sekian.
"Misalnya di Papua. Mereka harus membeli ke Surabaya karena stasiun pengisian gas elpiji di sana tidak ada. Maka itu harus ada pembangunan stasiun gas elpiji di kota-kota yang memang pengguna gas elpiji 12 kilonya juga banyak supaya adil," tandas Tulus.
Pertamina sebelumnya akan menaikkan harga elpinji 12 kg pada Juli, namun ditolak pemerintah karena menjelang pemilihan umum (pemilu). BUMN minyak dan gas itu akan mulai menaikkan harga elpiji 12 kg secara bertahap mulai bulan depan.
Penaikkan harga ini dua tahun sekali hingga mencapai harga keekonomian sekitar Rp180 ribu per tabung pada 2016 mendatang. Sementara harga elpiji 12 kg saat ini sekitar Rp89 ribu-Rp100 ribu.
Rencana menaikkan harga elpiji ini lantaran kerugian yang diderita Pertamina selama lebih dari enam tahun hingga mencapai lebih dari Rp22 triliun.
Hal itu, menurut dia, wajib dilakukan Pertamina karena merupakan pemain tunggal di bisnis elpiji 12 kg, sehingga kebijakan harga dan distribusi yang dibuat Pertamina nantinya tidak memberatkan masyarakat.
"Di Jakarta saja harga elpiji 12 kg sudah Rp100 ribu lebih. Kalau yang di luar Jakarta atau katakanlah di luar Pulau Jawa, orang-orang akan mendapat harga Rp200 ribu mungkin karena mereka beli dari orang ketiga," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (10/8/2014)
Tingginya harga elpiji 12 kg tersebut karena di kota-kota tersebut tidak ada stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE), sehingga masyarakat harus membelinya dari pihak ke sekian.
"Misalnya di Papua. Mereka harus membeli ke Surabaya karena stasiun pengisian gas elpiji di sana tidak ada. Maka itu harus ada pembangunan stasiun gas elpiji di kota-kota yang memang pengguna gas elpiji 12 kilonya juga banyak supaya adil," tandas Tulus.
Pertamina sebelumnya akan menaikkan harga elpinji 12 kg pada Juli, namun ditolak pemerintah karena menjelang pemilihan umum (pemilu). BUMN minyak dan gas itu akan mulai menaikkan harga elpiji 12 kg secara bertahap mulai bulan depan.
Penaikkan harga ini dua tahun sekali hingga mencapai harga keekonomian sekitar Rp180 ribu per tabung pada 2016 mendatang. Sementara harga elpiji 12 kg saat ini sekitar Rp89 ribu-Rp100 ribu.
Rencana menaikkan harga elpiji ini lantaran kerugian yang diderita Pertamina selama lebih dari enam tahun hingga mencapai lebih dari Rp22 triliun.
(rna)