Pilpres Bikin Kinerja Perbankan di Jatim Lesu
A
A
A
SURABAYA - Kondisi Pemilihan Presiden (Pilpres) yang belum stabil membuat perbankan di Jawa Timur (Jatim) lesu. Mereka takut untuk berspikulasi, karena masih menunggu kebijakan presiden terpilih mendatang.
Fakta ini membuat bank tidak memenuhi target pendapatan yang telah ditetapkan. Misalnya PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk juga merasakan ini, kinerja akibat belum stabilnya perekonomian mengalami penurunan.
Di antara melambatnya kebijakan yang ditetapkan adalah penyaluran funding atau Dana Pihak Ketiga (DPK). Untuk sektor giro, pada 2013 penyaluran sebesar 30%, jumlah tersebut menurun menjadi 28%.
Penurunan juga terlihat dari tabungan, pada 2013 penyaluran sebesar 39%, kemudian menurun menjadi 33%. Justru, deposito mengalami kenaikan cukup besar dari 2013 sebesar 31% menjadi 2014 sebesar 39%.
"Kami berharap semoga suasana mendingin supaya bisa berjualan. Situasi politik memang membuat semua tidak stabil," kata CEO BNI Kantor Wilayah Surabaya, Dasuki Amzir dalam acara Halal Bi Halal Bank BNI dengan Media se-Surabaya di Hotel Bumi, Selasa (12/8/2014).
Menurut dia, menurunnya kinerja juga terlihat dalam penyaluran kredit di Jatim, pada 2013 dana yang dikucurkan mencapai Rp257,529 triliun, tetapi jumlah tersebut menurun menjadi Rp222,648 triliun pada 2014.
Meski demikian, ada pertumbuhan sebesar 15,7% dalam penyaluran kredit ke retail dan consumer. Pinjaman ini kebanyakan dialirkan ke konsumtif, seperti ke Auto atau Flexi.
Meski begitu, setelah dilakukan penghitungan secara nasional ada pertumbuhan laba cukup menggembirakan yang mencapai 15%. Fakta berbeda terlihat di wilayah Surabaya yang meliputi Jatim.
Tercatat ada pertumbuhan yang cukup baik, untuk kredit pertumbuhan yang diperoleh sebesar 30,5% atau Rp22.531.944 miliar pada 2013 menjadi Rp29.400.416 miliar pada 2014.
DPK mengalami pertumbuhan yang menjanjikan sebesar Rp14,6%, dari Rp23.580.371 miliar pada 2013 berupah pada 2014 menjadi Rp27.012.667 miliar. "Jatim itu menyumbangkan pendapatan sebesar 10% ke pusat. Itu menjadi kebanggan tersendiri," ujar dia.
Dari data yang ada, lanjut Dasuki, peminjaman terbesar diberikan pada pemberian KPR (kredit perumahan) sebesar 86%, sedangkan non KPR hanya sebesar 14%. Dari pendapatan itu, BNI wilayah Jatim mendapatkan keuntungan sebesar Rp477.943 miliar.
Keuntungan tersebut diprediksi akan mengalami peningkatan, karena Jatim akan menambah pelayanan dengan mendirikan outlet kantor kas 11 unit dan 379 ATM pada 2014.
Atas terobosan itu, berarti jumlah outlet menjadi 172 yang terdiri 20 kantor cabang utama, 102 kantor layanan, 41 kantor kas dan 10 BNI Layanan Gerak serta payment point 3 outlet dengan total ATM secara keseluruhan sebanyak 1.757 unit.
Penambahan outlet dan ATM ini diharapkan dapat meningkatan pertumbuhan yang agresif terhadap dana murah. "Surabaya sendiri hingga Juni 2014 membukukan fee base income sebesar Rp224 miliar," paparnya.
Sementara, Kepala Biro Koran Sindo Jatim, Ermansah Rachman yang mengikuti pertemuan BNI dengan Media mengatakan, dari diskusi yang dilakukan pihaknya yakin pertumbuhan perbankan akan membaik.
Namun, semua bank akan menunggu hasil pemilihan yang masih berjalan di Mahkamah Konstitusi. Selain itu, faktor pemilihan kabinet juga menentukan gejolak pasar yang ada di Indonesia.
"Pasar masih melihat perkembangan politik, mereka melihat siapa presiden yang terpilih. Pemilihan kabinet juga menentukan langkah pertumbuhan perekonomian," jelasnya.
Fakta ini membuat bank tidak memenuhi target pendapatan yang telah ditetapkan. Misalnya PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk juga merasakan ini, kinerja akibat belum stabilnya perekonomian mengalami penurunan.
Di antara melambatnya kebijakan yang ditetapkan adalah penyaluran funding atau Dana Pihak Ketiga (DPK). Untuk sektor giro, pada 2013 penyaluran sebesar 30%, jumlah tersebut menurun menjadi 28%.
Penurunan juga terlihat dari tabungan, pada 2013 penyaluran sebesar 39%, kemudian menurun menjadi 33%. Justru, deposito mengalami kenaikan cukup besar dari 2013 sebesar 31% menjadi 2014 sebesar 39%.
"Kami berharap semoga suasana mendingin supaya bisa berjualan. Situasi politik memang membuat semua tidak stabil," kata CEO BNI Kantor Wilayah Surabaya, Dasuki Amzir dalam acara Halal Bi Halal Bank BNI dengan Media se-Surabaya di Hotel Bumi, Selasa (12/8/2014).
Menurut dia, menurunnya kinerja juga terlihat dalam penyaluran kredit di Jatim, pada 2013 dana yang dikucurkan mencapai Rp257,529 triliun, tetapi jumlah tersebut menurun menjadi Rp222,648 triliun pada 2014.
Meski demikian, ada pertumbuhan sebesar 15,7% dalam penyaluran kredit ke retail dan consumer. Pinjaman ini kebanyakan dialirkan ke konsumtif, seperti ke Auto atau Flexi.
Meski begitu, setelah dilakukan penghitungan secara nasional ada pertumbuhan laba cukup menggembirakan yang mencapai 15%. Fakta berbeda terlihat di wilayah Surabaya yang meliputi Jatim.
Tercatat ada pertumbuhan yang cukup baik, untuk kredit pertumbuhan yang diperoleh sebesar 30,5% atau Rp22.531.944 miliar pada 2013 menjadi Rp29.400.416 miliar pada 2014.
DPK mengalami pertumbuhan yang menjanjikan sebesar Rp14,6%, dari Rp23.580.371 miliar pada 2013 berupah pada 2014 menjadi Rp27.012.667 miliar. "Jatim itu menyumbangkan pendapatan sebesar 10% ke pusat. Itu menjadi kebanggan tersendiri," ujar dia.
Dari data yang ada, lanjut Dasuki, peminjaman terbesar diberikan pada pemberian KPR (kredit perumahan) sebesar 86%, sedangkan non KPR hanya sebesar 14%. Dari pendapatan itu, BNI wilayah Jatim mendapatkan keuntungan sebesar Rp477.943 miliar.
Keuntungan tersebut diprediksi akan mengalami peningkatan, karena Jatim akan menambah pelayanan dengan mendirikan outlet kantor kas 11 unit dan 379 ATM pada 2014.
Atas terobosan itu, berarti jumlah outlet menjadi 172 yang terdiri 20 kantor cabang utama, 102 kantor layanan, 41 kantor kas dan 10 BNI Layanan Gerak serta payment point 3 outlet dengan total ATM secara keseluruhan sebanyak 1.757 unit.
Penambahan outlet dan ATM ini diharapkan dapat meningkatan pertumbuhan yang agresif terhadap dana murah. "Surabaya sendiri hingga Juni 2014 membukukan fee base income sebesar Rp224 miliar," paparnya.
Sementara, Kepala Biro Koran Sindo Jatim, Ermansah Rachman yang mengikuti pertemuan BNI dengan Media mengatakan, dari diskusi yang dilakukan pihaknya yakin pertumbuhan perbankan akan membaik.
Namun, semua bank akan menunggu hasil pemilihan yang masih berjalan di Mahkamah Konstitusi. Selain itu, faktor pemilihan kabinet juga menentukan gejolak pasar yang ada di Indonesia.
"Pasar masih melihat perkembangan politik, mereka melihat siapa presiden yang terpilih. Pemilihan kabinet juga menentukan langkah pertumbuhan perekonomian," jelasnya.
(izz)