Bisnis MICE Internasional Belum Tergarap Maksimal
A
A
A
BANDUNG - Jawa Barat (Jabar) dianggap masih memiliki potensi besar untuk mengembangkan bisnis Meeting Insentif Convention and Exibhition (MICE) berskala internasional. Meskipun sampai saat ini belum ada gedung yang representatif untuk digunakan even-even berskala internasional.
Ketua Asosiasi Kongres dan Konvensi Indonesia (Akkindo/INCCA) Jabar Deni Drimawan mengatakan, sebenarnya Jabar merupakan termasuk daerah yang mempelopori even berskala internasional dengan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955 lalu di Bandung.
"Potensi besar itu ada. Hanya bagaimana mengoptimalkan potensi tersebut. Terutama Bandung yang sudah memiliki infrastruktur representatif seperti jumlah kamar hotel, PEO (profesional event organizer), PCO (profesional convention organizer), dan juga bandara," ujarnya kepada wartawan belum lama ini.
Namun, kata dia, belum ada gedung di Jabar yang memungkinkan untuk menyelenggarakan MICE internasional dengan kapasitas ruangan lebih dari 4.000 orang dan mudah diakses kendaraan-kendaraan besar.
"Saya tidak menampik bahwa saat ini tengah dibangun gedung konvensi internasional Jabar di depan gedung sate, Bandung. Tapi akses ke situ tidak memungkinkan untuk dimasuki kendaraan besar sehingga kalau hendak mengadakan even seperti pameran otomotif berskala internasional akan terhambat," katanya.
Dia menilai, saat ini tidak ada keseriusan yang ditunjukkan pemprov Jabar dalam mengembangkan bisnis MICE internasional ini.
"Tengok saja daerah lainnya, yang bersaing sangat ketat dalam mengembangkan bisnis ini. Ambil contoh Medan, Padang, dan Batam yang menurut data Kemenparekraf (kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif) tahun 2012 menjadi tiga daerah dengan pertumbuhan bisnis MICE internasional paling tinggi di Indonesia. Bandung tidak masuk salah satu 10 besar," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, di ketiga daerah tersebut ada delapan bahkan lebih gedung yang representatif untuk menyelenggarakan even internasional. Dia mengakui bahwa dari sisi pendapatan, dari data 2011, Bandung masih menempati posisi ketiga di bawah Jakarta dan Bali.
"Bisnis MICE internasional sangat potensial untuk meningkatkan perekonomian di Jabar. Paket MICE internasional untuk penyelenggaraan 4-5 hari bisa mencapai 1.500-2.500 dolar AS/orang. Itu belum termasuk belanja perorangan peserta. Jika saja minimal tiga kali MICE internasional diselenggarakan, bisa lebih dari Rp 100 miliar yang masuk. Jelas ini tawaran keuntungan yang menggiurkan. Makanya harus lebih serius dalam menggarapnya, karena persaingan makin ketat," terangnya.
Ketua Asosiasi Kongres dan Konvensi Indonesia (Akkindo/INCCA) Jabar Deni Drimawan mengatakan, sebenarnya Jabar merupakan termasuk daerah yang mempelopori even berskala internasional dengan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955 lalu di Bandung.
"Potensi besar itu ada. Hanya bagaimana mengoptimalkan potensi tersebut. Terutama Bandung yang sudah memiliki infrastruktur representatif seperti jumlah kamar hotel, PEO (profesional event organizer), PCO (profesional convention organizer), dan juga bandara," ujarnya kepada wartawan belum lama ini.
Namun, kata dia, belum ada gedung di Jabar yang memungkinkan untuk menyelenggarakan MICE internasional dengan kapasitas ruangan lebih dari 4.000 orang dan mudah diakses kendaraan-kendaraan besar.
"Saya tidak menampik bahwa saat ini tengah dibangun gedung konvensi internasional Jabar di depan gedung sate, Bandung. Tapi akses ke situ tidak memungkinkan untuk dimasuki kendaraan besar sehingga kalau hendak mengadakan even seperti pameran otomotif berskala internasional akan terhambat," katanya.
Dia menilai, saat ini tidak ada keseriusan yang ditunjukkan pemprov Jabar dalam mengembangkan bisnis MICE internasional ini.
"Tengok saja daerah lainnya, yang bersaing sangat ketat dalam mengembangkan bisnis ini. Ambil contoh Medan, Padang, dan Batam yang menurut data Kemenparekraf (kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif) tahun 2012 menjadi tiga daerah dengan pertumbuhan bisnis MICE internasional paling tinggi di Indonesia. Bandung tidak masuk salah satu 10 besar," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, di ketiga daerah tersebut ada delapan bahkan lebih gedung yang representatif untuk menyelenggarakan even internasional. Dia mengakui bahwa dari sisi pendapatan, dari data 2011, Bandung masih menempati posisi ketiga di bawah Jakarta dan Bali.
"Bisnis MICE internasional sangat potensial untuk meningkatkan perekonomian di Jabar. Paket MICE internasional untuk penyelenggaraan 4-5 hari bisa mencapai 1.500-2.500 dolar AS/orang. Itu belum termasuk belanja perorangan peserta. Jika saja minimal tiga kali MICE internasional diselenggarakan, bisa lebih dari Rp 100 miliar yang masuk. Jelas ini tawaran keuntungan yang menggiurkan. Makanya harus lebih serius dalam menggarapnya, karena persaingan makin ketat," terangnya.
(gpr)