Upah Buruh Jepang Naik Tak Mampu Tekan Inflasi
A
A
A
TOKYO - Upah pekerja di Jepang naik paling tinggi pada Juli sejak 1997, untuk membantu masyarakat dalam mengatasi meningkatnya biaya hidup. Hal ini dilakukan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mencoba untuk menaikkan perekonomian.
Penghasilan bulanan rata-rata naik 2,6% dari tahun sebelumnya setelah naik 1% pada Juni, kementerian tenaga kerja mengatakan di Tokyo hari ini. Kondisi ini disesuaikan dengan inflasi, upah menyusut 1,4%, berturut-turut dalam 13 bulan.
Dorongan pendapatan sebagai tanda kemajuan dalam upaya Abe untuk meletakkan dasar pemulihan ekonomi berkelanjutan. Pada saat yang sama, kegagalan pertumbuhan upah untuk bersaing dengan inflasi dan mengganggu belanja rumah tangga.
"Data upah memberikan kabar baik bagi perekonomian," kata Tsuyoshi Ueno, seorang ekonom di Perpusnas Research Institute di Tokyo seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/9/2014).
"Kita tidak harus melompat ke kesimpulan bahwa belanja konsumen akan berkurang. Ada kemungkinan rumah tangga akan memperketat keuangan mereka atas kekhawatiran tentang prospek ekonomi, sehingga pertanyaannya adalah apakah pendapatan akan terus meningkat," ujarnya.
Ekonomi menyusut secara tahunan 6,8% pada kuartal kedua dari tiga bulan sebelumnya sebagai konsumen dan bisnis mengurangi pengeluaran setelah Abe menaikkan pajak penjualan pada April. Belanja rumah tangga dan penjualan ritel turun pada Juli, menunjukkan adanya kelemahan di kuartal ini.
Harga konsumen tidak termasuk makanan segar naik 3,3% pada Juli dari tahun sebelumnya. Tidak termasuk bonus dan lembur, upah naik 0,7%, terbesar sejak Maret 2000.
Penghasilan bulanan rata-rata naik 2,6% dari tahun sebelumnya setelah naik 1% pada Juni, kementerian tenaga kerja mengatakan di Tokyo hari ini. Kondisi ini disesuaikan dengan inflasi, upah menyusut 1,4%, berturut-turut dalam 13 bulan.
Dorongan pendapatan sebagai tanda kemajuan dalam upaya Abe untuk meletakkan dasar pemulihan ekonomi berkelanjutan. Pada saat yang sama, kegagalan pertumbuhan upah untuk bersaing dengan inflasi dan mengganggu belanja rumah tangga.
"Data upah memberikan kabar baik bagi perekonomian," kata Tsuyoshi Ueno, seorang ekonom di Perpusnas Research Institute di Tokyo seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/9/2014).
"Kita tidak harus melompat ke kesimpulan bahwa belanja konsumen akan berkurang. Ada kemungkinan rumah tangga akan memperketat keuangan mereka atas kekhawatiran tentang prospek ekonomi, sehingga pertanyaannya adalah apakah pendapatan akan terus meningkat," ujarnya.
Ekonomi menyusut secara tahunan 6,8% pada kuartal kedua dari tiga bulan sebelumnya sebagai konsumen dan bisnis mengurangi pengeluaran setelah Abe menaikkan pajak penjualan pada April. Belanja rumah tangga dan penjualan ritel turun pada Juli, menunjukkan adanya kelemahan di kuartal ini.
Harga konsumen tidak termasuk makanan segar naik 3,3% pada Juli dari tahun sebelumnya. Tidak termasuk bonus dan lembur, upah naik 0,7%, terbesar sejak Maret 2000.
(izz)