Perusahaan Asuransi di Indonesia Krisis Ahli Aktuaria
A
A
A
BANDUNG - Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) menyatakan adanya jomplang antara kebutuhan tenaga aktuaria (aktuaris) dengan jumlah yang ada saat ini. Betapa tidak, dari total kebutuhan yang berkisar antara 500-600 aktuaris, saat ini hanya ada sekitar 178 aktuaris seluruh Indonesia.
Padahal, sebagaimana dikatakan Ketua PAI Budi Tampubolon, posisi aktuaris ini sangat strategis di perusahaan asuransi. Merekalah yang memperkirakan kemungkinan kejadian atau peristiwa di masa depan dalam industri keuangan, dan bagaimana dampak keuangan yang mungkin terjadi.
"Memang tidak sembarang orang bisa menggeluti profesi ini. Ada kualifikasi khusus untuk bisa menjalankannya," ujarnya di sela pelatihan aktuaria di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jalan Ganeca Bandung, belum lama ini.
Untuk diketahui, aktuaria merupakan bidang keahlian dalam penerapan ilmu-ilmu matematika, statistika dan ekonomi ke dalam industri keuangan. Yang dengannya bisa memperkirakan kemungkinan kejadian atau peristiwa di masa depan, dan bagaimana dampak keuangan.
"Perusahaan asuransi di Indonesia cuku kesulitan dalam mencari tenaga ahli aktuaris," sebutnya.
Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53 Tahun 2012, seluruh perusahaan asuransi umum wajib memiliki aktuaris mulai awal tahun 2015.
"Hingga saat ini, minat untuk menjadi aktuaris masih minim. Namun kami tidak berkecil hati, pelatihan semacam ini ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya profesi ini. Sehingga bukan tidak mungkin ke depan akan makin banyak lagi yang berminat berprofesi sebagai aktuaris," katanya.
Adapun saat ini jumlah perusahaan asuransi umum berkisar 80-90 perusahaan, sedangkan asuransi jiwa sekitar 47 perusahaan. Menurutnya, jika satu atau dua tahun ke depan jumlah seluruh perusahaan asuransi itu mencapai 150, dan masing-masing perusahaan harus memiliki 5 aktuaris, maka kebutuhan aktuaris bisa mencapai 750 orang. "Minimalnya kita harus memiliki 500 aktuaris," katanya.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur AXA Life Indonesia Hengky Djojosantoso menambahkan, aktuaris merupakan posisi penting yang dibutuhkan dalam bisnis asuransi.
"Seorang aktuarislah yang bertugas mengidentifikasi faktor yang dibutuhkan dalam pengembangan produk dan analisa risiko keuangan," ujarnya.
Menurutnya, kekurangan jumlah aktuaris handal yang bisa memastikan kesehatan dan kelancaran sebuah bisnis menjadi tantangan tersendiri dalam dunia industri keuangan. Untuk itu, pihaknya mendorong pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menemukan lebih banyak lagi talenta aktuaris yang sesuai harapan.
"Komitmen kami, program semacam pelatihan ini terus kami dukung dan coba dikembangkan. Selain itu, kami juga mengadakan kemitraan selama tiga tahun ke depan dengan ITB," katanya.
Bentuk kemitraan tersebut, katanya, dengan memberikan beasiswa kepada bagi salah seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB Wira Hanifah yang tengah mengambil jenjang S2.
Penerima beasiswa ini akan mendapat kesempatan untuk mengikuti AXA Global Graduate Program (GGP), setelah ia lulus dari program magisternya. Menurutnya, peserta program GGP akan berkesempatan mengikuti program aktuaria terstruktur selama 2,5 tahun, dengan memanfaatkan beberapa sistem yang paling canggih di industri asuransi.
"Dalam program ini penerima beasiswa juga akan dikirim ke luar negeri untuk mempelajari budaya baru di dunia kerja," katanya.
Padahal, sebagaimana dikatakan Ketua PAI Budi Tampubolon, posisi aktuaris ini sangat strategis di perusahaan asuransi. Merekalah yang memperkirakan kemungkinan kejadian atau peristiwa di masa depan dalam industri keuangan, dan bagaimana dampak keuangan yang mungkin terjadi.
"Memang tidak sembarang orang bisa menggeluti profesi ini. Ada kualifikasi khusus untuk bisa menjalankannya," ujarnya di sela pelatihan aktuaria di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jalan Ganeca Bandung, belum lama ini.
Untuk diketahui, aktuaria merupakan bidang keahlian dalam penerapan ilmu-ilmu matematika, statistika dan ekonomi ke dalam industri keuangan. Yang dengannya bisa memperkirakan kemungkinan kejadian atau peristiwa di masa depan, dan bagaimana dampak keuangan.
"Perusahaan asuransi di Indonesia cuku kesulitan dalam mencari tenaga ahli aktuaris," sebutnya.
Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53 Tahun 2012, seluruh perusahaan asuransi umum wajib memiliki aktuaris mulai awal tahun 2015.
"Hingga saat ini, minat untuk menjadi aktuaris masih minim. Namun kami tidak berkecil hati, pelatihan semacam ini ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya profesi ini. Sehingga bukan tidak mungkin ke depan akan makin banyak lagi yang berminat berprofesi sebagai aktuaris," katanya.
Adapun saat ini jumlah perusahaan asuransi umum berkisar 80-90 perusahaan, sedangkan asuransi jiwa sekitar 47 perusahaan. Menurutnya, jika satu atau dua tahun ke depan jumlah seluruh perusahaan asuransi itu mencapai 150, dan masing-masing perusahaan harus memiliki 5 aktuaris, maka kebutuhan aktuaris bisa mencapai 750 orang. "Minimalnya kita harus memiliki 500 aktuaris," katanya.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur AXA Life Indonesia Hengky Djojosantoso menambahkan, aktuaris merupakan posisi penting yang dibutuhkan dalam bisnis asuransi.
"Seorang aktuarislah yang bertugas mengidentifikasi faktor yang dibutuhkan dalam pengembangan produk dan analisa risiko keuangan," ujarnya.
Menurutnya, kekurangan jumlah aktuaris handal yang bisa memastikan kesehatan dan kelancaran sebuah bisnis menjadi tantangan tersendiri dalam dunia industri keuangan. Untuk itu, pihaknya mendorong pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menemukan lebih banyak lagi talenta aktuaris yang sesuai harapan.
"Komitmen kami, program semacam pelatihan ini terus kami dukung dan coba dikembangkan. Selain itu, kami juga mengadakan kemitraan selama tiga tahun ke depan dengan ITB," katanya.
Bentuk kemitraan tersebut, katanya, dengan memberikan beasiswa kepada bagi salah seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB Wira Hanifah yang tengah mengambil jenjang S2.
Penerima beasiswa ini akan mendapat kesempatan untuk mengikuti AXA Global Graduate Program (GGP), setelah ia lulus dari program magisternya. Menurutnya, peserta program GGP akan berkesempatan mengikuti program aktuaria terstruktur selama 2,5 tahun, dengan memanfaatkan beberapa sistem yang paling canggih di industri asuransi.
"Dalam program ini penerima beasiswa juga akan dikirim ke luar negeri untuk mempelajari budaya baru di dunia kerja," katanya.
(gpr)