Semen Indonesia Klaim Sumbang 40% Pendapatan Daerah
A
A
A
JAKARTA - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengaku kehadiran pabriknya di berbagai daerah telah menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar 20-40%. Hal ini tentu sangat signifikan dalam menggerakkan roda pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
“Baik di Tuban, Padang atau Tonasa, kegiatan pabrik Semen Indonesia tentunya banyak berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Selain tenaga kerja yang bisa diserap, pembayaran pajak akan menambah besar pendapatan daerah,” ujar Direktur Produksi SMGR Suparni ketika dihubungi, Selasa (9/9/2014).
Suparni menjelaskan, sejak 1994 Semen Indonesia mendirikan pabrik di Tuban, ekonomi Tuban terus mengalami pertumbuhan. Investasi perseroan yang cukup besar juga telah menyumbang pada terdongkraknya produk domestik regional bruto (PDRB) Tuban yang pada tahun 2013 mencapai Rp27,5 triliun.
“Di Tuban 20 tahun lalu sepi sekali, sekarang sudah ramai sekali. Jadi luar biasa sekali pengaruh ekonominya dengan kehadiran pabrik Semen Indonesia,” jelasnya.
Hal senada diungkapkan oleh Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein. Menurut Noor sejak kehadiran Semen Indonesia di Tuban pada tahun 1994 telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan pada tahun 2013 Semen Indonesia menyumbang sekitar 40% terhadap perolehan PAD Tuban yang mencapai Rp260 miliar.
Noor mengungkapkan, tenaga kerja yang terserap oleh pabrik Semen Indonesia telah membuat daya beli masyarakat juga meningkat, sehingga roda perekonomian Tuban berputar. Dia yakin jika Semen Indonesia membangun pabrik di daerah lain seperti di Rembang, maka perekonomian di daerah tersebut juga akan meningkat.
“Buktinya sudah ada di Tuban, jadi bukan tidak mungkin daerah lain juga akan tumbuh seperti Tuban kalau Semen Indonesia membangun pabriknya di daerah tersebut,” katanya.
Mengenai keterjagaan lingkungan hidup, Noor menjelaskan, pabrik Semen Indonesia di Tuban telah mendapatkan penilaian proper emas dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), sehingga hampir tidak ada protes dari masyarakat soal pencemaran lingkungan. Menurut dia, Semen Indonesia juga akan bisa menjaga lingkungan dengan baik dalam pembangunan pabrik di Rembang seperti yang dilakukan di Tuban.
"Saat ini hampir sudah tidak ada keluhan dari masyarakat mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pabrik semen di Tuban baik masalah debu ataupun ketersediaan air bersih," jelas Noor.
Lebih lanjut Suparni menjelaskan, untuk menjaga lingkungan hidup, perseroan rela mengeluarkan investasi yang tidak sedikit. Dia mengaku untuk menjaga agar cerobong di pabrik tidak mengeluarkan asap atau debu, perseroan rela mengeluarkan investasi sebesar Rp100 miliar.
“Jadi untuk menjaga lingkungan kami keluarkan berapapun biayanya. Itu jadi komitmen kami yang utama. Jadi bisa dilihat tidak ada gangguan kesehatan pada masyarakat. Kalau memang pabrik di Tuban mencermari lingkungan, maka karyawan pabrik yang akan terkena duluan. Tapi kami semua sehat, kalau pun terkena penyakit yakni kolesterol,” paparnya.
“Baik di Tuban, Padang atau Tonasa, kegiatan pabrik Semen Indonesia tentunya banyak berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Selain tenaga kerja yang bisa diserap, pembayaran pajak akan menambah besar pendapatan daerah,” ujar Direktur Produksi SMGR Suparni ketika dihubungi, Selasa (9/9/2014).
Suparni menjelaskan, sejak 1994 Semen Indonesia mendirikan pabrik di Tuban, ekonomi Tuban terus mengalami pertumbuhan. Investasi perseroan yang cukup besar juga telah menyumbang pada terdongkraknya produk domestik regional bruto (PDRB) Tuban yang pada tahun 2013 mencapai Rp27,5 triliun.
“Di Tuban 20 tahun lalu sepi sekali, sekarang sudah ramai sekali. Jadi luar biasa sekali pengaruh ekonominya dengan kehadiran pabrik Semen Indonesia,” jelasnya.
Hal senada diungkapkan oleh Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein. Menurut Noor sejak kehadiran Semen Indonesia di Tuban pada tahun 1994 telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan pada tahun 2013 Semen Indonesia menyumbang sekitar 40% terhadap perolehan PAD Tuban yang mencapai Rp260 miliar.
Noor mengungkapkan, tenaga kerja yang terserap oleh pabrik Semen Indonesia telah membuat daya beli masyarakat juga meningkat, sehingga roda perekonomian Tuban berputar. Dia yakin jika Semen Indonesia membangun pabrik di daerah lain seperti di Rembang, maka perekonomian di daerah tersebut juga akan meningkat.
“Buktinya sudah ada di Tuban, jadi bukan tidak mungkin daerah lain juga akan tumbuh seperti Tuban kalau Semen Indonesia membangun pabriknya di daerah tersebut,” katanya.
Mengenai keterjagaan lingkungan hidup, Noor menjelaskan, pabrik Semen Indonesia di Tuban telah mendapatkan penilaian proper emas dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), sehingga hampir tidak ada protes dari masyarakat soal pencemaran lingkungan. Menurut dia, Semen Indonesia juga akan bisa menjaga lingkungan dengan baik dalam pembangunan pabrik di Rembang seperti yang dilakukan di Tuban.
"Saat ini hampir sudah tidak ada keluhan dari masyarakat mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pabrik semen di Tuban baik masalah debu ataupun ketersediaan air bersih," jelas Noor.
Lebih lanjut Suparni menjelaskan, untuk menjaga lingkungan hidup, perseroan rela mengeluarkan investasi yang tidak sedikit. Dia mengaku untuk menjaga agar cerobong di pabrik tidak mengeluarkan asap atau debu, perseroan rela mengeluarkan investasi sebesar Rp100 miliar.
“Jadi untuk menjaga lingkungan kami keluarkan berapapun biayanya. Itu jadi komitmen kami yang utama. Jadi bisa dilihat tidak ada gangguan kesehatan pada masyarakat. Kalau memang pabrik di Tuban mencermari lingkungan, maka karyawan pabrik yang akan terkena duluan. Tapi kami semua sehat, kalau pun terkena penyakit yakni kolesterol,” paparnya.
(gpr)