Kekeringan Tidak Ganggu Produksi Padi
A
A
A
BANDUNG - Menteri Pertanian RI Suswono menilai kekeringan yang melanda beberapa daerah di Indonesia tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap produksi padi. Menurutnya, persentase kekeringan dengan puso sangat jomplang sehingga produksi padi masih dalam kondisi aman.
"Dari total kekeringan yang terjadi di beberapa di Indonesia hanya 9.000 hektar yang puso. Sekitar 120.000 hektar lainnya masih dalam batas kekeringan yang wajar," ungkapnya selepas mengikuti rapat koordinasi pembangunan infrastruktur di Jabar yang berlangsung di Bandung, Rabu (10/9/2014) malam.
Lebih lanjut dia mengatakan, prediksi akan adanya el-nino juga meleset. Sehingga produksi pangan aman. Walaupun begitu, pihaknya terus mewaspadai kemungkinan-kemungkinan terburuk. Daerah-daerah yang terkena irigasi, terus dipantau, tanaman yang masih ada diamankan, atau memaksimalkan air irigasi dengan pompanisasi.
"Ada beberapa waduk untuk irigasi dalam kondisi waspada seperti Waduk Cirata di Jabar. Namun tidak perlu dikhawatirkan, karena masih bisa menyuplai air ke lahan-lahan irigasi di sekitarnya," katanya.
Dia menambahkan, dalam beberapa waktu lalu pihaknya telah meresmikan pengilingan gabah termodern dan terbesar di Indonesia milik PT Lumbung Padi Indonesia (LPI). Penggilingan ini memiliki kapasistas produksi 30 ton per hari. Dengan teknologi dari Santake, Jepang penggilingan gabah ini dapat meningkatkan produksi panen karena praktis tidak ada gabah yang terbuang (zero waste).
Menurutnya, teknologi pengolahan hasil pertanian dengan konsep zero waste memang sudah dikenal luas dan sudah banyak tersedia, Namun implementasinya masih belum menjadi prioritas.
"Saya harap PT Lumbung Padi Indonesia ini dapat menjadi pionir industri beras yang menerapkan konsep zero waste," katanya.
Dia juga berharap, LPI bermitra langsung dengan kelompok tani atau gabungan kelompok tani, dan dapat menerapkan azas berkeadilan dalam operasionalisasinya agar berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan keberlangsungan usaha LPI sendiri dapat terjamin.
"Hal ini penting mengingat beberapa industri pengolahan beras dengan skala besar yang sudah ada di Indonesia, seperti di Karawang dan Subang Provinsi Jawa Barat, Maros di Sulawesi Selatan, serta di beberapa daerah lainnya, tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, karena tidak mendapatkan bahan baku yang cukup dan biaya operasional yang tinggi," paparnya.
Oleh karena itu, menurutnya, PT LPI harus mampu mengelola dan meningkatkan kreativitasnya agar kinerja industri penggilingan padi modern ini tidak seperti pendahulunya.
Kementerian Pertanian sendiri sedang melaksanakan kegiatan revitalisasi RMU dalam rangka meningkatkan rendemen dan mutu beras.
Dengan kondisi itu peran penggilingan padi yang sudah ada tidaklah kecil. Karena itu kehadiran industri penggilingan padi modern diharapkan menumbuhkan kemitraan dengan penggilingan padi yang langsung melibatkan kelompok tani dan gabungan kelompok tani.
Berdasarkan data dari Perum Bulog Regional Jawa Barat, stok beras di wilayahnya aman hingga lima bulan ke depan atau Februari 2015. Per 9 September 2014, stok beras di gudang Bulog divre Jabar mencapai 188.384 ton.
"Dari total kekeringan yang terjadi di beberapa di Indonesia hanya 9.000 hektar yang puso. Sekitar 120.000 hektar lainnya masih dalam batas kekeringan yang wajar," ungkapnya selepas mengikuti rapat koordinasi pembangunan infrastruktur di Jabar yang berlangsung di Bandung, Rabu (10/9/2014) malam.
Lebih lanjut dia mengatakan, prediksi akan adanya el-nino juga meleset. Sehingga produksi pangan aman. Walaupun begitu, pihaknya terus mewaspadai kemungkinan-kemungkinan terburuk. Daerah-daerah yang terkena irigasi, terus dipantau, tanaman yang masih ada diamankan, atau memaksimalkan air irigasi dengan pompanisasi.
"Ada beberapa waduk untuk irigasi dalam kondisi waspada seperti Waduk Cirata di Jabar. Namun tidak perlu dikhawatirkan, karena masih bisa menyuplai air ke lahan-lahan irigasi di sekitarnya," katanya.
Dia menambahkan, dalam beberapa waktu lalu pihaknya telah meresmikan pengilingan gabah termodern dan terbesar di Indonesia milik PT Lumbung Padi Indonesia (LPI). Penggilingan ini memiliki kapasistas produksi 30 ton per hari. Dengan teknologi dari Santake, Jepang penggilingan gabah ini dapat meningkatkan produksi panen karena praktis tidak ada gabah yang terbuang (zero waste).
Menurutnya, teknologi pengolahan hasil pertanian dengan konsep zero waste memang sudah dikenal luas dan sudah banyak tersedia, Namun implementasinya masih belum menjadi prioritas.
"Saya harap PT Lumbung Padi Indonesia ini dapat menjadi pionir industri beras yang menerapkan konsep zero waste," katanya.
Dia juga berharap, LPI bermitra langsung dengan kelompok tani atau gabungan kelompok tani, dan dapat menerapkan azas berkeadilan dalam operasionalisasinya agar berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan keberlangsungan usaha LPI sendiri dapat terjamin.
"Hal ini penting mengingat beberapa industri pengolahan beras dengan skala besar yang sudah ada di Indonesia, seperti di Karawang dan Subang Provinsi Jawa Barat, Maros di Sulawesi Selatan, serta di beberapa daerah lainnya, tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, karena tidak mendapatkan bahan baku yang cukup dan biaya operasional yang tinggi," paparnya.
Oleh karena itu, menurutnya, PT LPI harus mampu mengelola dan meningkatkan kreativitasnya agar kinerja industri penggilingan padi modern ini tidak seperti pendahulunya.
Kementerian Pertanian sendiri sedang melaksanakan kegiatan revitalisasi RMU dalam rangka meningkatkan rendemen dan mutu beras.
Dengan kondisi itu peran penggilingan padi yang sudah ada tidaklah kecil. Karena itu kehadiran industri penggilingan padi modern diharapkan menumbuhkan kemitraan dengan penggilingan padi yang langsung melibatkan kelompok tani dan gabungan kelompok tani.
Berdasarkan data dari Perum Bulog Regional Jawa Barat, stok beras di wilayahnya aman hingga lima bulan ke depan atau Februari 2015. Per 9 September 2014, stok beras di gudang Bulog divre Jabar mencapai 188.384 ton.
(gpr)