Ellen May Investor Wanita yang Sukses
A
A
A
ELLEN May menjadi salah satu investor wanita yang sukses di Indonesia yang terjun ke dunia saham. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya.
Kini, dia ingin mengajak masyarakat merasakan apa yang dia rasakan saat ini. Ellen mengaku merasa tertantang untuk berkecimpung di dunia saham.
"Awalnya saya memulai beli dan jual saham sebagai trader saham, bahkan saya merasa seperti banyak banget trader-nya. Lama-lama saya merasa seperti gambler," ujarnya di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (18/9/2014).
Ellen mengaku awalnya tidak mengerti dunia jual beli saham. Namun, baginya hal itu bukanlah masalah, sehingga terus belajar dan bertanya kepada yang lebih memahami dan yang lebih dulu terjun ke saham.
"Saya enggak ngerti. Saya tahunya dulu itu tunjuk analisis dan feeling analisis. Saya tidak tahu arah bagaimana harus trading. Tapi anehnya saya tetap dapat untung dalam hal pertambangan," tuturnya.
Akhirnya, ibu dua anak ini merasakan crash pada 2008 dan sempat berhenti. Hal tersebut membuatnya terus berpikir penyebab teradi crash.
"Ternyata saya tahu, saya serakah. Beli ini, itu, akhirnya saya berhenti menjadi gambler, saya menjadi trader. Itulah titik balik saya. Kalau kita bisnis, kita harus tahu harganya berapa," ujar dia.
Untuk menjalankan sebuah bisnis di sektor saham, Ellen berpesan agar memiliki strategi sendiri, jangan mengikuti strategi dari orang. Karena belum tentu cocok.
Kemudian, lanjut dia, kenali terlebih dahulu tujuan anda berbisnis. Hal itu akan menentukan strategi. Lalu, juga harus mengenal berapa kekuatan modal yang dimiliki.
"Kalau mau trading modalnya harus lebih besar dari investasi. Trading itu dagang, butuh perputaran dan minimal dana Rp50 juta. Serta yang paling penting adalah berani ambil risiko," tandasnya.
Kini, dia ingin mengajak masyarakat merasakan apa yang dia rasakan saat ini. Ellen mengaku merasa tertantang untuk berkecimpung di dunia saham.
"Awalnya saya memulai beli dan jual saham sebagai trader saham, bahkan saya merasa seperti banyak banget trader-nya. Lama-lama saya merasa seperti gambler," ujarnya di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (18/9/2014).
Ellen mengaku awalnya tidak mengerti dunia jual beli saham. Namun, baginya hal itu bukanlah masalah, sehingga terus belajar dan bertanya kepada yang lebih memahami dan yang lebih dulu terjun ke saham.
"Saya enggak ngerti. Saya tahunya dulu itu tunjuk analisis dan feeling analisis. Saya tidak tahu arah bagaimana harus trading. Tapi anehnya saya tetap dapat untung dalam hal pertambangan," tuturnya.
Akhirnya, ibu dua anak ini merasakan crash pada 2008 dan sempat berhenti. Hal tersebut membuatnya terus berpikir penyebab teradi crash.
"Ternyata saya tahu, saya serakah. Beli ini, itu, akhirnya saya berhenti menjadi gambler, saya menjadi trader. Itulah titik balik saya. Kalau kita bisnis, kita harus tahu harganya berapa," ujar dia.
Untuk menjalankan sebuah bisnis di sektor saham, Ellen berpesan agar memiliki strategi sendiri, jangan mengikuti strategi dari orang. Karena belum tentu cocok.
Kemudian, lanjut dia, kenali terlebih dahulu tujuan anda berbisnis. Hal itu akan menentukan strategi. Lalu, juga harus mengenal berapa kekuatan modal yang dimiliki.
"Kalau mau trading modalnya harus lebih besar dari investasi. Trading itu dagang, butuh perputaran dan minimal dana Rp50 juta. Serta yang paling penting adalah berani ambil risiko," tandasnya.
(izz)