BBM Naik Rp3.000/Liter, Pemerintah Hemat Rp30,7 T
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, jika harga BBM dinaikkan Rp3.000 per liter pada 1 November 2014, maka pemerintah akan hemat Rp30,7 triliun tahun ini.
"Kalau pemerintah menaikkan harga BBM subsidi Rp 3000 per liter pada 1 November 2014, negara akan hemat Rp30,7 tirliun pada 2014," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Sekretariat Ansor, Jakarta, Jumat (19/9/2014).
Dia mengatakan, jika pemerintah do nothing dan angka subsidi tetap 47,4 juta kiloliter (kl), maka beban belanja subsidi sebesar Rp267,8 triliun.
"Kalau ada kenaikan Rp3.000 per liter, volume bisa ditekan menjadi 46,2 juta kilo liter, dan belanja hanya Rp237,1 triliun. Ada penghematan di sana," pungkas Mirza.
Sebelumnya diberitakan, Mirza menilai bahwa pemangkasan subsidi BBM juga berpotensi mengurangi utang negara.
Sebab, jika subsidi tidak dikurangi, maka defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan membengkak. Karena Defisit APBN didanai dari pinjaman.
"Kalau tidak naikkan BBM, subsisi akan makin membengkak, defisit APBN itu didanai dari pinjaman. Enggak bisa dari BI, kalau penerimaan lebih kecil dari pengeluarannya bagaimana caranya," ungkapnya.
Saat ini, kata Mirza, anggaran subsidi BBM telah mencapai Rp443 triliun. Sebab itu, jika tidak diimbangi dengan pemasukan, maka negara akan semakin banyak mengambil pinjaman.
(Baca: BI: Lebih Baik Harga BBM Dinaikkan Secepatnya)
"Kalau pemerintah menaikkan harga BBM subsidi Rp 3000 per liter pada 1 November 2014, negara akan hemat Rp30,7 tirliun pada 2014," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Sekretariat Ansor, Jakarta, Jumat (19/9/2014).
Dia mengatakan, jika pemerintah do nothing dan angka subsidi tetap 47,4 juta kiloliter (kl), maka beban belanja subsidi sebesar Rp267,8 triliun.
"Kalau ada kenaikan Rp3.000 per liter, volume bisa ditekan menjadi 46,2 juta kilo liter, dan belanja hanya Rp237,1 triliun. Ada penghematan di sana," pungkas Mirza.
Sebelumnya diberitakan, Mirza menilai bahwa pemangkasan subsidi BBM juga berpotensi mengurangi utang negara.
Sebab, jika subsidi tidak dikurangi, maka defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan membengkak. Karena Defisit APBN didanai dari pinjaman.
"Kalau tidak naikkan BBM, subsisi akan makin membengkak, defisit APBN itu didanai dari pinjaman. Enggak bisa dari BI, kalau penerimaan lebih kecil dari pengeluarannya bagaimana caranya," ungkapnya.
Saat ini, kata Mirza, anggaran subsidi BBM telah mencapai Rp443 triliun. Sebab itu, jika tidak diimbangi dengan pemasukan, maka negara akan semakin banyak mengambil pinjaman.
(Baca: BI: Lebih Baik Harga BBM Dinaikkan Secepatnya)
(izz)