Ina Cookies Berencana Rambah Pasar Internasional
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan kue kering Ina Cookies terus berupaya menyiasati keterbatasan pasar kue kering. Sebagaimana diketahui, jenis usaha ini masih terbatas pada momen tahunan lebih tepatnya lebaran.
Pendiri Ina Cookies Ina Wiyandini menyatakan, pada momen lebaran pihaknya bisa memproduksi kue kering hingga 700 resep/hari. Namun, pada hari-hari biasa seperti saat ini, memproduksi hingga 10 resep/hari saja sudah untung.
"Pasar kue kering masih identik dengan momen lebaran. Selain itu ya biasa-biasa saja, sepi. Termasuk pada masa tahun baru," ujarnya selepas mengisi acara inspirasi bisnis yang diadakan di Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, Selasa (23/9/2014).
Dia menyebutkan, pihaknya mengandalkan sisi waktu kadaluarsa produknya yang bisa sampai satu tahun. Sebab, ia sudah memiliki teknik pengolahan dan bahan-bahan yang digunakan untuk bisa seperti itu.
"Kami juga menyiasatinya dengan terus berinovasi dari resep maupun packaging. Misal, ketika beberapa waktu lalu saya diundang ke Padang. Saya langsung membuat resep baru yakni rendang yang dikemas dalam bentuk kue," katanya.
Hingga saat ini, sudah ada sekitar 135 varian resep kue kering yang ia buat. Untuk mengerjakannya, ia mempekerjakan sekitar 1300 karyawan.
Selain itu, pihaknya juga kini tengah mengembangkan olahan makanan yang terbuat dari singkong maupun ubi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memberdayakan petani di wilayahnya.
"Kami ingin singkong ini tidak hanya bernilai jual Rp2000/kg. Bagaimana caranya harga jual singkong ini bisa mencapai Rp 100.000/kg. Makanya kami buat produk olahan singkong dengan sentuhan inovasi agar bernilai jual tinggi," tuturnya.
Bahkan, pihaknya berencana menyebarluaskan produk olahan dari singkong tersebut hingga ke luar negeri. Agar nilai manfaat dari olahan singkong ini bisa lebih meluas.
"Kalau untuk di Indonesia, produk kami baik kue kering maupun olahan singkong sudah cukup menyebar. Kami ingin produk ini bisa makin meluas ke luar negeri," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga berbagi inspirasi bisnis kepada para pelaku UMKM yang berada di bawah inkubasi bisnis LM FE Unpad. Dia menyarankan agar para pelaku UMKM tidak mudah untuk meniru orang.
"Kita harus bisa membuat ide yang belum ada di tempat orang. Walaupun ide kita sangat sederhana, cobalah. Lebih baik kita membuat ide sendiri daripada meniru orang lain," katanya.
Pada kesempatan yang berbeda, profesor kewirausahaan dari Unpad Yuyus memaparkan empat hal yang perlu diketahui terkait alasan pengusaha Indonesia lemah dalam bersaing di tingkat internasional.
"Pertama, trust. Tumbuhkan rasa untuk dipercaya. Kalau ada saja salah satu yang sudah kecewa akan ada 100 orang yang tahu. Kedua, network, jaga hubungan baik, perhatikan lingkungan, jangan menyepelekan hal-hal yang kecil. Ketiga, quality control, kalau sudah selesai dalam produksi, lakukan pengecekan. Terakhir, design, jangan terpaku hanya desain itu-itu saja," paparnya.
Pendiri Ina Cookies Ina Wiyandini menyatakan, pada momen lebaran pihaknya bisa memproduksi kue kering hingga 700 resep/hari. Namun, pada hari-hari biasa seperti saat ini, memproduksi hingga 10 resep/hari saja sudah untung.
"Pasar kue kering masih identik dengan momen lebaran. Selain itu ya biasa-biasa saja, sepi. Termasuk pada masa tahun baru," ujarnya selepas mengisi acara inspirasi bisnis yang diadakan di Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, Selasa (23/9/2014).
Dia menyebutkan, pihaknya mengandalkan sisi waktu kadaluarsa produknya yang bisa sampai satu tahun. Sebab, ia sudah memiliki teknik pengolahan dan bahan-bahan yang digunakan untuk bisa seperti itu.
"Kami juga menyiasatinya dengan terus berinovasi dari resep maupun packaging. Misal, ketika beberapa waktu lalu saya diundang ke Padang. Saya langsung membuat resep baru yakni rendang yang dikemas dalam bentuk kue," katanya.
Hingga saat ini, sudah ada sekitar 135 varian resep kue kering yang ia buat. Untuk mengerjakannya, ia mempekerjakan sekitar 1300 karyawan.
Selain itu, pihaknya juga kini tengah mengembangkan olahan makanan yang terbuat dari singkong maupun ubi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memberdayakan petani di wilayahnya.
"Kami ingin singkong ini tidak hanya bernilai jual Rp2000/kg. Bagaimana caranya harga jual singkong ini bisa mencapai Rp 100.000/kg. Makanya kami buat produk olahan singkong dengan sentuhan inovasi agar bernilai jual tinggi," tuturnya.
Bahkan, pihaknya berencana menyebarluaskan produk olahan dari singkong tersebut hingga ke luar negeri. Agar nilai manfaat dari olahan singkong ini bisa lebih meluas.
"Kalau untuk di Indonesia, produk kami baik kue kering maupun olahan singkong sudah cukup menyebar. Kami ingin produk ini bisa makin meluas ke luar negeri," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga berbagi inspirasi bisnis kepada para pelaku UMKM yang berada di bawah inkubasi bisnis LM FE Unpad. Dia menyarankan agar para pelaku UMKM tidak mudah untuk meniru orang.
"Kita harus bisa membuat ide yang belum ada di tempat orang. Walaupun ide kita sangat sederhana, cobalah. Lebih baik kita membuat ide sendiri daripada meniru orang lain," katanya.
Pada kesempatan yang berbeda, profesor kewirausahaan dari Unpad Yuyus memaparkan empat hal yang perlu diketahui terkait alasan pengusaha Indonesia lemah dalam bersaing di tingkat internasional.
"Pertama, trust. Tumbuhkan rasa untuk dipercaya. Kalau ada saja salah satu yang sudah kecewa akan ada 100 orang yang tahu. Kedua, network, jaga hubungan baik, perhatikan lingkungan, jangan menyepelekan hal-hal yang kecil. Ketiga, quality control, kalau sudah selesai dalam produksi, lakukan pengecekan. Terakhir, design, jangan terpaku hanya desain itu-itu saja," paparnya.
(gpr)