Ekonom Perkirakan Inflasi Akhir Tahun 4,8%
A
A
A
BANDUNG - Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi memprediksi inflasi di akhir tahun akan berada pada kisaran 4,6%-4,8%.
Sebab, inflasi di 2014 lebih banyak dipicu harga yang diatur pemerintah seperti kenaikan harga tarif dasar listrik, harga gas, atau rencana kenaikan harga BBM.
"Pengendalian inflasi belum berjalan optimal. Di satu sisi kenaikan harga ini akan terus terjadi, tapi di sisi lain, alat kontrol dari pemerintah berjalan kurang efektif," katanya, Kamis (2/9/2014).
Menurutnya, kenaikan komoditi yang dikeluarkan pemerintah harus diikuti dengan kontrol pemerintah dan pihak terkait. Harus ada pantauan, jangan sampai pemerintah lepas tangan begitu saja.
"Lihat saja dampaknya di suatu daerah. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bandung sebesar 0,57%.
Yang notabene harusnya akses informasi, mekanisme kontrol bisa lebih baik," ujarnya.
Karena itu, pemerintah harus betul-betul mengendalikan sisi dampaknya dengan mekanisme pengendalian yang baik.
Dia mencontohkan, untuk dampak kenaikan elpiji 12 kg harus juga diikuti dengan pendataan pengguna agar tidak terjadi migrasi.
"Selain itu, pemerintah harus mempertimbangkan pendorong realisasi belanja pemerintah yang biasanya optimal pada dua bulan terakhir yakni November-Desember," imbuh Acuviarta.
Sebab, kata dia, realisasi belanja pemerintah bersifat inflatoir sehingga harus juga diantisipasi agar target inflasi di akhir tahun tidak jauh dari sasaran.
Sebab, inflasi di 2014 lebih banyak dipicu harga yang diatur pemerintah seperti kenaikan harga tarif dasar listrik, harga gas, atau rencana kenaikan harga BBM.
"Pengendalian inflasi belum berjalan optimal. Di satu sisi kenaikan harga ini akan terus terjadi, tapi di sisi lain, alat kontrol dari pemerintah berjalan kurang efektif," katanya, Kamis (2/9/2014).
Menurutnya, kenaikan komoditi yang dikeluarkan pemerintah harus diikuti dengan kontrol pemerintah dan pihak terkait. Harus ada pantauan, jangan sampai pemerintah lepas tangan begitu saja.
"Lihat saja dampaknya di suatu daerah. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bandung sebesar 0,57%.
Yang notabene harusnya akses informasi, mekanisme kontrol bisa lebih baik," ujarnya.
Karena itu, pemerintah harus betul-betul mengendalikan sisi dampaknya dengan mekanisme pengendalian yang baik.
Dia mencontohkan, untuk dampak kenaikan elpiji 12 kg harus juga diikuti dengan pendataan pengguna agar tidak terjadi migrasi.
"Selain itu, pemerintah harus mempertimbangkan pendorong realisasi belanja pemerintah yang biasanya optimal pada dua bulan terakhir yakni November-Desember," imbuh Acuviarta.
Sebab, kata dia, realisasi belanja pemerintah bersifat inflatoir sehingga harus juga diantisipasi agar target inflasi di akhir tahun tidak jauh dari sasaran.
(izz)