Sebagian Daerah di Jateng Alami Deflasi
A
A
A
SEMARANG - Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah V Semarang, Marlison Hakim mengungkapkan, pasokan beberapa komoditi di Jawa Tengah (Jateng) cukup baik, sehingga sejumlah daerah justru mengalami deflasi.
“Terjaganya pasokan tercermin pada deflasi kelompok pangan bergejolak atau volatile foods yang sebesar -0,42% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya masih tercatat inflasi. Koreksi harga masih berlanjut pada bawang merah dan telur ayam ras," ujarnya, Kamis (10/2/2014)
"Namun, penurunan harga pada kelompok ini pada September tahun 2014 masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini karena naiknya harga cabai merah, akibat berkurangnya pasokan,” jelas Marlison.
Dari sisi permintaan, tekanan inflasi relatif minimal tercermin dari inflasi kelompok inti yang tercatat relatif stabil dari 4,19% (yoy) menjadi 4,17% (yoy).
Ekspektasi inflasi yang relatif stabil dan minimalnya tekanan dari kesenjangan output dapat meredam dampak nilai tukar yang cenderung melemah.
Sementara Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Jam Jam Zamachsyari menyebutkan, perkembangan harga berbagai komoditas pada September 2014 secara umum mengalami kenaikan.
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada September, antara lain cabai merah, cabai hijau biaya akademi/perguruan tinggi, bahan bakar rumah tangga, tarip listrik, biaya taman kanak-kanak, beras, bandeng/bolu, dan beberapa komoditas lain.
“Inflasi yang terjadi disebabkan karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,69 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,53 persen,” terangnya.
“Terjaganya pasokan tercermin pada deflasi kelompok pangan bergejolak atau volatile foods yang sebesar -0,42% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya masih tercatat inflasi. Koreksi harga masih berlanjut pada bawang merah dan telur ayam ras," ujarnya, Kamis (10/2/2014)
"Namun, penurunan harga pada kelompok ini pada September tahun 2014 masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini karena naiknya harga cabai merah, akibat berkurangnya pasokan,” jelas Marlison.
Dari sisi permintaan, tekanan inflasi relatif minimal tercermin dari inflasi kelompok inti yang tercatat relatif stabil dari 4,19% (yoy) menjadi 4,17% (yoy).
Ekspektasi inflasi yang relatif stabil dan minimalnya tekanan dari kesenjangan output dapat meredam dampak nilai tukar yang cenderung melemah.
Sementara Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Jam Jam Zamachsyari menyebutkan, perkembangan harga berbagai komoditas pada September 2014 secara umum mengalami kenaikan.
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada September, antara lain cabai merah, cabai hijau biaya akademi/perguruan tinggi, bahan bakar rumah tangga, tarip listrik, biaya taman kanak-kanak, beras, bandeng/bolu, dan beberapa komoditas lain.
“Inflasi yang terjadi disebabkan karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,69 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,53 persen,” terangnya.
(izz)