BI Rate Diprediksi Ditahan hingga Awal 2015
A
A
A
JAKARTA - Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) Bambang Sudibyo memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan tetap mempertahankan suku bunga acuan BI (BI Rate) di level 7,50% hingga awal 2015.
Bambang mengungkapkan, akan ada kemungkinan Bank Indonesia akan menaikan BI Rate lagi meskipun akan dilakukan sangat hati-hati.
“Saya kira, itu akan dilakukan sangat hati-hati sekali oleh BI dan lebih besar kemungkinan untuk dipertahankan, paling tidak sampai awal tahun depan masih akan dipertahankan,” kata dia di acara IKF III 2014 yang diselenggarakan BCA di Jakarta, Jumat (10/10/2014).
Sementara langkah BI untuk tidak menaikan BI Rate pada bulan ini, menurut dia, merupakan langkah yang baik. Dia berpendapat, BI sebenarnya memiliki banyak ruang, di mana langkah mereka sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Dia menuturkan, ketika Jokowi-JK membuat bauran kebijakan yang baik, maka dapat memberikan ruang pada BI untuk menurunkan BI Rate.
“Dan sebenarnya bukan hanya BI Rate saja, banyak sekali kebijakan-kebijakan moneter bukan hanya BI Rate. Semuanya kan ketat sekarang ini,” ujarnya.
Terkait dengan rupiah, Ekonom UGM sekaligus Komisaris Independen Permata Bank Tony Prasentiantono mengungkapkan, tekanan terhadap rupiah dipengaruhi oleh beberapa faktor terkait dengan perilaku investor yang menunggu hasil pemilihan umum presiden serta kondisi eksternal, seperti krisis geopolitik Ukraina dan konflik Irak juga berdampak pada pergerakan rupiah.
“Selain itu, membaiknya kondisi ekonomi AS yang ditunjukan dengan membaiknya ekonomi kuartal II tahun 2014, stabilnya tingkat inflasi di level 2% serta tren menurun tingkat pengangguran akan semakin meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan di AS dari level rendah saat ini 0,25% menjadi 1-1,25% di tahun 2015,” terang Tony.
Bambang mengungkapkan, akan ada kemungkinan Bank Indonesia akan menaikan BI Rate lagi meskipun akan dilakukan sangat hati-hati.
“Saya kira, itu akan dilakukan sangat hati-hati sekali oleh BI dan lebih besar kemungkinan untuk dipertahankan, paling tidak sampai awal tahun depan masih akan dipertahankan,” kata dia di acara IKF III 2014 yang diselenggarakan BCA di Jakarta, Jumat (10/10/2014).
Sementara langkah BI untuk tidak menaikan BI Rate pada bulan ini, menurut dia, merupakan langkah yang baik. Dia berpendapat, BI sebenarnya memiliki banyak ruang, di mana langkah mereka sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Dia menuturkan, ketika Jokowi-JK membuat bauran kebijakan yang baik, maka dapat memberikan ruang pada BI untuk menurunkan BI Rate.
“Dan sebenarnya bukan hanya BI Rate saja, banyak sekali kebijakan-kebijakan moneter bukan hanya BI Rate. Semuanya kan ketat sekarang ini,” ujarnya.
Terkait dengan rupiah, Ekonom UGM sekaligus Komisaris Independen Permata Bank Tony Prasentiantono mengungkapkan, tekanan terhadap rupiah dipengaruhi oleh beberapa faktor terkait dengan perilaku investor yang menunggu hasil pemilihan umum presiden serta kondisi eksternal, seperti krisis geopolitik Ukraina dan konflik Irak juga berdampak pada pergerakan rupiah.
“Selain itu, membaiknya kondisi ekonomi AS yang ditunjukan dengan membaiknya ekonomi kuartal II tahun 2014, stabilnya tingkat inflasi di level 2% serta tren menurun tingkat pengangguran akan semakin meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan di AS dari level rendah saat ini 0,25% menjadi 1-1,25% di tahun 2015,” terang Tony.
(rna)