Air Surut Pasokan Listrik dari PLTA Jateng Turun
A
A
A
SEMARANG - Musim kemarau yang terjadi dalam beberapa bulan terkahir berdampak pada menyusutnya debit air di sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jateng-DIY.
Asisten Manager Komunikasi, Hukum dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY, Supriyono mengatakan, akibat turunnya debit air di PLTA, pasokan listrik dari PLTA-PLTA di Jateng-DIY menurun hingga sekitar 70% dari kondisi normal.
“Penurunan pasokan listrik dari PLTA sudah terjadi sejak dua bulan belakangan ini. Kondisi tersebut mempengaruhi distribusi yang masuk ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Dan musim kemarau ini hampir semua kinerja PLTA mengalami penurunan,” katanya, Senin (13/10/2014).
Dikatakannya, Di Jateng-DIY ada beberapa PLTA, di antaranya adalah PLTA Jelok di Tuntang, PLTA Timo, PLTA Ketenger, PLTA Gajah Mungkur, PLTA Garung, PLTA Wadas Lintang,PLTA Mrica, PLTA Kedung Ombo, Sidorejo dan PLTA Klambu.
“PLTA Mrica di Banjarnegara, yang merupakan PLTA dengan pasokan terbesar, PLTA Jelok, dan lain-lain," paparnya.
Dicontohkannya, salah satu PLTA yang mengalami penurunan adalah PLTA Mrica Banjarnegara yang biasanya mampu memasok 350 MW listrik dalam kondisi normal, kini hanya bisa memberikan daya antara 70-120 MW saja. Begitu juga PLTA Jelok jika rata-rata kondisi normal bisa memasok 70 MW, kini hanya di kisaran 20 MW.
Dengan adanya penurunan pasokan tersebut, PLN, mau tidak mau menggunakan daya cadangan yang ada. Daya cadangan PLN ada sekitar 1.000 MW, saat ini daya cadangan itulah yang dipakai untuk memasok penurunan pasokan dari PLTA.
“Jika pada kondisi normal daya cadangan bisa mencapai 30% dari total beban puncak, kini 10% di antaranya mulai terpakai,” katanya.
Sementara, meski terjadi penurunan pasokan listrik dari PLTA-PLTA yang ada, untuk distribusi listrik ke pelanggan masih dalam keadaan aman. Meski begitu, PLN berharap pelanggan tetap dapat menggunakan listrik secara optimal melalui penghematan.
Kondisi beban puncak di Jateng-DIY kan saat ini mencapai 3200 MW. Meski beban puncak di Jateng-DIY cukup tinggi, namun pasokan dari pembangkit-pembangkit di kedua provinsi ini maksimal dalam kondisi normal hanya mampu menyumbang 2.500 MW saja.
Jumlah tersebut disalurkan melalui sistem interkoneksi Jawa-Bali, sehingga kekurangan daya di Jateng-DIY pun mendapat tambahan secara otomatis dari sistem interkoneksi tersebut.
“Kalaupun kondisi normal, daya kita masih sangat kurang, sehingga masih tetap mengandalkan interkoneksi Jawa-Bali,” ucapnya.
Asisten Manager Komunikasi, Hukum dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY, Supriyono mengatakan, akibat turunnya debit air di PLTA, pasokan listrik dari PLTA-PLTA di Jateng-DIY menurun hingga sekitar 70% dari kondisi normal.
“Penurunan pasokan listrik dari PLTA sudah terjadi sejak dua bulan belakangan ini. Kondisi tersebut mempengaruhi distribusi yang masuk ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Dan musim kemarau ini hampir semua kinerja PLTA mengalami penurunan,” katanya, Senin (13/10/2014).
Dikatakannya, Di Jateng-DIY ada beberapa PLTA, di antaranya adalah PLTA Jelok di Tuntang, PLTA Timo, PLTA Ketenger, PLTA Gajah Mungkur, PLTA Garung, PLTA Wadas Lintang,PLTA Mrica, PLTA Kedung Ombo, Sidorejo dan PLTA Klambu.
“PLTA Mrica di Banjarnegara, yang merupakan PLTA dengan pasokan terbesar, PLTA Jelok, dan lain-lain," paparnya.
Dicontohkannya, salah satu PLTA yang mengalami penurunan adalah PLTA Mrica Banjarnegara yang biasanya mampu memasok 350 MW listrik dalam kondisi normal, kini hanya bisa memberikan daya antara 70-120 MW saja. Begitu juga PLTA Jelok jika rata-rata kondisi normal bisa memasok 70 MW, kini hanya di kisaran 20 MW.
Dengan adanya penurunan pasokan tersebut, PLN, mau tidak mau menggunakan daya cadangan yang ada. Daya cadangan PLN ada sekitar 1.000 MW, saat ini daya cadangan itulah yang dipakai untuk memasok penurunan pasokan dari PLTA.
“Jika pada kondisi normal daya cadangan bisa mencapai 30% dari total beban puncak, kini 10% di antaranya mulai terpakai,” katanya.
Sementara, meski terjadi penurunan pasokan listrik dari PLTA-PLTA yang ada, untuk distribusi listrik ke pelanggan masih dalam keadaan aman. Meski begitu, PLN berharap pelanggan tetap dapat menggunakan listrik secara optimal melalui penghematan.
Kondisi beban puncak di Jateng-DIY kan saat ini mencapai 3200 MW. Meski beban puncak di Jateng-DIY cukup tinggi, namun pasokan dari pembangkit-pembangkit di kedua provinsi ini maksimal dalam kondisi normal hanya mampu menyumbang 2.500 MW saja.
Jumlah tersebut disalurkan melalui sistem interkoneksi Jawa-Bali, sehingga kekurangan daya di Jateng-DIY pun mendapat tambahan secara otomatis dari sistem interkoneksi tersebut.
“Kalaupun kondisi normal, daya kita masih sangat kurang, sehingga masih tetap mengandalkan interkoneksi Jawa-Bali,” ucapnya.
(gpr)