REI Berharap Pemerintah Baru Tentukan Nasib RUU Tapera
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Pusat Eddy Hussy berharap, pemerintah baru tetap membahas RUU Tapera yang saat ini sempat terhenti.
"Tapera ini suatu tabungan yang sangat baik. Terutama bagi masyarakat bawah. Mereka belum memiliki rumah, ini kesempatan buat mereka. Dengan ada Tapera ini, sistemnya gotong royong. Di mana yang punya rumah yang mampu, itu tidak mengambil program ini," ujarnya di Jakarta, Senin (13/10/2014).
Dia menambahkan, tabungannya itu dimanfaatkan bagi yang belum punya rumah terlebih dulu. Dengan dana yang yang besar dari pemerintah, dapat dipakai dengan bunga rendah, atau bunga murah.
Sehingga, masyarakat dapat dengan mudah membeli rumah. Menurutnya saat ini ada dua kendala yang dihadapi masyarakat.
"Pertama tidak biasa menabung, pendapatannya pas-pasan, jadi ketika mau menabung, jadi problem. Nanti kita berharap dari pemerintah, tindakannya bagaimana tentang uang muka ini, dibantu pemerintah," terangnya.
Kemudian, lanjut Eddy, soal bunga yang rendah. Karena pasalnya, di Indonesia sendiri bunganya relatif tinggi. Tidak seperti negara-negara lain.
"Kita ini tergolong negara yang punya bunga tinggi. Negara lain hanya 2%-3%. Kita 12%-13% untuk KPR. Kalau bunga itu turun, tentu jadi suatu kemampuan untuk masyarakat miskin mencicil rumah," tandas dia.
"Tapera ini suatu tabungan yang sangat baik. Terutama bagi masyarakat bawah. Mereka belum memiliki rumah, ini kesempatan buat mereka. Dengan ada Tapera ini, sistemnya gotong royong. Di mana yang punya rumah yang mampu, itu tidak mengambil program ini," ujarnya di Jakarta, Senin (13/10/2014).
Dia menambahkan, tabungannya itu dimanfaatkan bagi yang belum punya rumah terlebih dulu. Dengan dana yang yang besar dari pemerintah, dapat dipakai dengan bunga rendah, atau bunga murah.
Sehingga, masyarakat dapat dengan mudah membeli rumah. Menurutnya saat ini ada dua kendala yang dihadapi masyarakat.
"Pertama tidak biasa menabung, pendapatannya pas-pasan, jadi ketika mau menabung, jadi problem. Nanti kita berharap dari pemerintah, tindakannya bagaimana tentang uang muka ini, dibantu pemerintah," terangnya.
Kemudian, lanjut Eddy, soal bunga yang rendah. Karena pasalnya, di Indonesia sendiri bunganya relatif tinggi. Tidak seperti negara-negara lain.
"Kita ini tergolong negara yang punya bunga tinggi. Negara lain hanya 2%-3%. Kita 12%-13% untuk KPR. Kalau bunga itu turun, tentu jadi suatu kemampuan untuk masyarakat miskin mencicil rumah," tandas dia.
(izz)