Minyak WTI Dekati Harga Terendah 2 Tahun
A
A
A
MELBOURNE - Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati harga terendah dalam lebih dari dua tahun setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pertumbuhan konsumsi melambat mendekati level terendah 2009.
Kontrak berjangka (futures) sedikit berubah di New York setelah jatuh 4,6%, kemarin dan merupakan terbesar sejak November 2012. IEA menyebut bahwa permintaan minyak global akan meningkat sebanyak 650.000 barel per hari (bph) tahun ini atau turun sebanyak 250.000 bph dari estimasi sebelumnya.
Survei Bloomberg memperkirakan, stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) sebagai konsumen terbesar dunia bertambah sebanyak 2,5 juta barel pekan lalu.
Minyak telah jatuh menuju kondisi pasar bearish karena suplai gas shale meningkatkan produksi minyak AS dalam hampir 30 tahun di tengah melemahnya permintaan global.
Para produsen minyak terbesar di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menanggapi hal itu dengan memangkas harga, sehingga memicu spekulasi bahwa mereka akan bersaing di pasar daripada mengurangi pasokan.
"Ini menjadi penyesuaian sejak Arab Saudi mulai mendiskon harga jual minyaknya di Asia. Sentimen pasar bisa berubah jika OPEC mengetatkan produksi. Investor berpikir OPEC akan merespon berbeda, mengingat produksi gas shale AS meningkat," kata analis utama di CMC Markets Ric Spooner seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (15/10/2014).
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman November berada di harga USD82,05 per barel, naik 21 sen pada pukul 12.51 siang waktu Sydney. Kemarin, kontrak jatuh USD3,90 ke USD81,84, penutupan terendah sejak Juni 2012.
Semua volume berjangka yang diperdagangkan dua kali lipat rata-rata 100 hari. Harga telah turun 17% sepanjang tahun ini.
Sementara minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman November, yang berakhir besok, naik 54 sen menjadi USD85,58 per barel. Kontrak Desember yang lebih aktif naik 56 sen menjadi USD85,97. Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI diperdagangkan sebesar USD3,56.
Kontrak berjangka (futures) sedikit berubah di New York setelah jatuh 4,6%, kemarin dan merupakan terbesar sejak November 2012. IEA menyebut bahwa permintaan minyak global akan meningkat sebanyak 650.000 barel per hari (bph) tahun ini atau turun sebanyak 250.000 bph dari estimasi sebelumnya.
Survei Bloomberg memperkirakan, stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) sebagai konsumen terbesar dunia bertambah sebanyak 2,5 juta barel pekan lalu.
Minyak telah jatuh menuju kondisi pasar bearish karena suplai gas shale meningkatkan produksi minyak AS dalam hampir 30 tahun di tengah melemahnya permintaan global.
Para produsen minyak terbesar di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menanggapi hal itu dengan memangkas harga, sehingga memicu spekulasi bahwa mereka akan bersaing di pasar daripada mengurangi pasokan.
"Ini menjadi penyesuaian sejak Arab Saudi mulai mendiskon harga jual minyaknya di Asia. Sentimen pasar bisa berubah jika OPEC mengetatkan produksi. Investor berpikir OPEC akan merespon berbeda, mengingat produksi gas shale AS meningkat," kata analis utama di CMC Markets Ric Spooner seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (15/10/2014).
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman November berada di harga USD82,05 per barel, naik 21 sen pada pukul 12.51 siang waktu Sydney. Kemarin, kontrak jatuh USD3,90 ke USD81,84, penutupan terendah sejak Juni 2012.
Semua volume berjangka yang diperdagangkan dua kali lipat rata-rata 100 hari. Harga telah turun 17% sepanjang tahun ini.
Sementara minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman November, yang berakhir besok, naik 54 sen menjadi USD85,58 per barel. Kontrak Desember yang lebih aktif naik 56 sen menjadi USD85,97. Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI diperdagangkan sebesar USD3,56.
(rna)