Pencataan Manual Ekspor Batu Bara Timbulkan Kecurangan
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menyebut pencatatan produksi dan ekspor batu bara secara manual berpotensi menimbulkan kecurangan sehingga berpengaruh terhadap cadangan komoditas di dalam negeri.
Deputi Menteri Bidang Jaringan IPTEK Kemenristek, Agus R Hoetman mengatakan, beberapa kalangan telah melihat, ekspor batu bara berjalan di luar batas sehingga perlu pendalaman lebih lanjut agar cadangan sumber energi strategis ini dimaksimalkan sebaik mungkin.
"Pemantauan batu bara dilakukan secara manual. Catat kedatangan truk yang angkut batu bara, sangat manual sekali. Begitu bisa jadi kecurangan dan missleading," kata dia di Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Menurut dia, Indonesia memerlukan sistem teknologi yang bisa menanggulangi potensi kecurangan tersebut. Kajian yang sangat tepat terhadap problem ini adalah dengan menerapkan sistem teknolgi satelit.
"Melalui sistem teknologi satelit potensi kecurangan ini dapat terhindarkan. Karena itu diharapkan kajian penerapan sistem teknologi bisa terlaksana dengan baik. Tidak bisa pakai trik lagi," ujar dia. (Baca: Ekspor Batu Bara Ilegal Rugikan Negara Hingga Rp18,3 T)
Dia menyebut, sistem teknologi yang dipakai merupakan hasil transfer teknologi dari China. Mekanisme transfer teknologi masih dalam tahap kajian, apakah menerapkan program khusus, atau menyiapkan pelatihan langsung ke China.
"Tapi ini masih terus dikaji baiknya seperti apa. Bisa langsung pakai programnya dipakai ke sini. Atau nanti ada training di sana selama 12 bulan untuk kemudian diaplikasikan ke sini," ucap Agus.
Dia berharap setelah penetapan transfer berjalan, sistem teknologi satelit dimanfaatkan secara cepat. "Saya juga berharap transfer teknologi melibatkan industri manufaktur nasional," tutup dia.
(Baca: Pemerintah Akan Pantau Ekspor Batu Bara dengan Satelit)
Deputi Menteri Bidang Jaringan IPTEK Kemenristek, Agus R Hoetman mengatakan, beberapa kalangan telah melihat, ekspor batu bara berjalan di luar batas sehingga perlu pendalaman lebih lanjut agar cadangan sumber energi strategis ini dimaksimalkan sebaik mungkin.
"Pemantauan batu bara dilakukan secara manual. Catat kedatangan truk yang angkut batu bara, sangat manual sekali. Begitu bisa jadi kecurangan dan missleading," kata dia di Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Menurut dia, Indonesia memerlukan sistem teknologi yang bisa menanggulangi potensi kecurangan tersebut. Kajian yang sangat tepat terhadap problem ini adalah dengan menerapkan sistem teknolgi satelit.
"Melalui sistem teknologi satelit potensi kecurangan ini dapat terhindarkan. Karena itu diharapkan kajian penerapan sistem teknologi bisa terlaksana dengan baik. Tidak bisa pakai trik lagi," ujar dia. (Baca: Ekspor Batu Bara Ilegal Rugikan Negara Hingga Rp18,3 T)
Dia menyebut, sistem teknologi yang dipakai merupakan hasil transfer teknologi dari China. Mekanisme transfer teknologi masih dalam tahap kajian, apakah menerapkan program khusus, atau menyiapkan pelatihan langsung ke China.
"Tapi ini masih terus dikaji baiknya seperti apa. Bisa langsung pakai programnya dipakai ke sini. Atau nanti ada training di sana selama 12 bulan untuk kemudian diaplikasikan ke sini," ucap Agus.
Dia berharap setelah penetapan transfer berjalan, sistem teknologi satelit dimanfaatkan secara cepat. "Saya juga berharap transfer teknologi melibatkan industri manufaktur nasional," tutup dia.
(Baca: Pemerintah Akan Pantau Ekspor Batu Bara dengan Satelit)
(gpr)