JCR Masih Pertahankan Peringkat Investasi RI BBB-
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia mengumumkan bahwa lembaga pemeringkat Jepang, Japan Credit Rating Agency, Ltd (JCR) telah mempertahankan peringkat investasi (Sovereign Credit Rating) Indonesia pada posisi BBB- (stable outlook).
Dalam siaran persnya, JCR menyampaikan beberapa faktor kunci yang mendukung afirmasi Sovereign Credit Rating Indonesia tersebut yakni pertumbuhan ekonomi yang kuat, pengelolaan fiskal dan sistem perbankan yang sehat, serta ketahanan perekonomian terhadap tekanan eksternal.
Faktor-faktor yang dinilai menjadi risiko bagi Sovereign Credit Rating Indonesia antara lain, ketergantungan pada komoditas sumber daya alam, defisit neraca berjalan dan aliran investasi yang fluktuatif.
Selain itu, tingginya subsidi BBM, ketertinggalan infrastruktur dan pasar keuangan yang belum berkembang.
JCR mencatat, respon kebijakan dari otoritas dalam rangka memastikan stabilitas ekonomi dalam menghadapi guncangan eksternal. Terdapat indikasi bahwa pemerintahan baru akan menerapkan kebijakan pengurangan subsidi BBM dan percepatan pembangunan infrastruktur.
Kebijakan-kebijakan tersebut dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah-panjang.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, afirmasi peringkat oleh JCR merupakan pengakuan atas komitmen Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian di tengah ketidakpatian ekonomi global.
"Otoritas menyadari sepenuhnya hal yang menjadi concern dan akan terus menindaklanjuti dengan respon kebijakan yang sejauh ini telah memberikan hasil positif," kata dia dalam rilisnya, Kamis (23/10/2014).
Dari sisi Bank Indonesia, lanjut Agus, kebijakan reformasi struktural yang dilakukan terutama dalam bentuk upaya berkelanjutan dalam pendalaman pasar keuangan.
"Ke depan, Bank Indonesia bersama pemerintah akan terus melanjutkan komitmen dalam menjaga kestabilan ekonomi Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya JCR telah melakukan afirmasi atas Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB- (stable outlook) pada 13 November 2012.
Dalam siaran persnya, JCR menyampaikan beberapa faktor kunci yang mendukung afirmasi Sovereign Credit Rating Indonesia tersebut yakni pertumbuhan ekonomi yang kuat, pengelolaan fiskal dan sistem perbankan yang sehat, serta ketahanan perekonomian terhadap tekanan eksternal.
Faktor-faktor yang dinilai menjadi risiko bagi Sovereign Credit Rating Indonesia antara lain, ketergantungan pada komoditas sumber daya alam, defisit neraca berjalan dan aliran investasi yang fluktuatif.
Selain itu, tingginya subsidi BBM, ketertinggalan infrastruktur dan pasar keuangan yang belum berkembang.
JCR mencatat, respon kebijakan dari otoritas dalam rangka memastikan stabilitas ekonomi dalam menghadapi guncangan eksternal. Terdapat indikasi bahwa pemerintahan baru akan menerapkan kebijakan pengurangan subsidi BBM dan percepatan pembangunan infrastruktur.
Kebijakan-kebijakan tersebut dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah-panjang.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, afirmasi peringkat oleh JCR merupakan pengakuan atas komitmen Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian di tengah ketidakpatian ekonomi global.
"Otoritas menyadari sepenuhnya hal yang menjadi concern dan akan terus menindaklanjuti dengan respon kebijakan yang sejauh ini telah memberikan hasil positif," kata dia dalam rilisnya, Kamis (23/10/2014).
Dari sisi Bank Indonesia, lanjut Agus, kebijakan reformasi struktural yang dilakukan terutama dalam bentuk upaya berkelanjutan dalam pendalaman pasar keuangan.
"Ke depan, Bank Indonesia bersama pemerintah akan terus melanjutkan komitmen dalam menjaga kestabilan ekonomi Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya JCR telah melakukan afirmasi atas Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB- (stable outlook) pada 13 November 2012.
(izz)