Perbaiki Daya Jual, Puspo Agro Pangkas Tengkulak
A
A
A
SURABAYA - PT Puspo Agro serius memperbaiki daya jual barang dari petani. Perusahaan milik Pemprov Jawa Timur (Jatim) ini memutuskan untuk memangkas pembelian yang dilakukan tengkulak selama ini.
Pasalnya, proses pemangkasan ini memiliki nilai efisien 2,5%. Pemangaksan ini dilakukan dengan mendirikan Devisi Trading House. Tim ini akan turun ke petani-petani secara langsung untuk membeli barang, bukan melalui tengkulak yang selama ini terjadi. Dengan begitu, keuntungan petani akan lebih besar dibandingkan dibeli tengkulak.
“Pembelian yang kami lakukan muali Juni hingga September 2014 sebesar Rp7 miliar, dengan volume barang sebanyak 364 ton barang,” kata Direktur PT Puspo Agro, Abdullah Muchibudin di Resto Nur Pacifik, Surabaya, Kamis (23/10/2014).
Dengan keberhasilan ini, Puspo Agro meutuskan untuk menambah investasi pada 2015. Sesuai rencana, Puspo Agro akan menganggarkan dana sebesar Rp20 miliar untuk membeli barang-barang dari petani, mulai sayuran, kopi, ikan dan ayam. Sistem ini, ujar dia, bertujuan untuk membangkitkan pertanian di Indonesia.
Saat ini, ungkap Udin, daya jual hasil pertanian Indonesia khususnya Jawa Timur kalah dengan negara-negara lain, sperti Thailand, Australia, Vietnam dan Korea. Karena, mereka sudah melakukan penataan penjualan minimal 20 tahun kebelakang. Sedangkan, Jatim baru memulai penataan.
“Di luar negeri tidak ada tengkulak, makanaya harga bisa bersaing. Untuk itu kita akan melakukan apa yang dilakukan di Thailand maupun Vietnam,” paparnya.
Udin menuturkan, semangat dibukanya divisi baru ini untuk memangkas mahalnya distribusi produk pertanian dan peternakan. Sebab petani dan peternak harus menjual produknya ke tengkulak yang memiliki mata rantai panjang sebelum ke end user.
“Semangat kami untuk memberi nilai tambah kepada petani, sekaligus menekan mahalnya produk pertanian dan peternakan,” kata dia.
Saat ini, Puspa Agro mampu membeli produk pertanian dan peternakan lebih mahal dibanding tengkulak.Selain itu, pihak Puspoa Agro mampu membayar tunai kepada petani yang tidak pernah didapatkan jika menjual melalui tengkulak. Sehingga nilai jual produk pertanian dan peternakan memiliki nilai ekonomis mencapai 2,5% dan produknya bisa bersaing dengan produk impor.
Udin mencontohkan semangka dijual petani ke tengkulak hanya Rp2300/ kg, Puspa Agro berani membeli Rp4.500/kg. “Artinya petani mendapat nilai tambah 29%, dan kami menjual ke end user senilai Rp5.304/ kg atau kami meraup untung 2,5%,” jelasnya.
Divisi baru ini telah menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan seperti Carefour, Indocater, Invivo, dan Indokom. Dengan Carefour, Puspa Agro telah menyuplai sayur, buah, telur, dan ayam mencapai 168 ton dari periode Februari-Agustus.
Sedangkan memasok ikan laut dan tambak untuk Indocater (peusahaan katering) sebanyak 14,3 ton atau setara dengan Rp1,8 miliar pada September-Oktober. Puspa Agro juga memasok semangka, melon, dan jeruk masing-masing 4 ton pada periode yang sama.
Kedepannya Puspa Agro sudah menjalin kerjasama dengan PT Invivo untuk memasok produk jagung dari gabungan kelompok tani (gapoktan) Gresik sebesar 600-800 ton selama tiga bulan. Demikian juga dengan PT Indokom, Puspa Agro memasok kopi dari gapoktan Jember sebanyak 364 ton atau setara dengan Rp7 miliar.
Sementara itu, Muzayin salah satu peternak ayam di Gresik mengatakan, dirinya belum mengetahui program Puspo Agro terkait pembelian hasil produksinya. Menurut dia, jika itu dilakukan maka kondisi pertanaian akan lebih baik. “Yang penting harganya stabil, kami tidak dirugikan,” katanya.
Pasalnya, proses pemangkasan ini memiliki nilai efisien 2,5%. Pemangaksan ini dilakukan dengan mendirikan Devisi Trading House. Tim ini akan turun ke petani-petani secara langsung untuk membeli barang, bukan melalui tengkulak yang selama ini terjadi. Dengan begitu, keuntungan petani akan lebih besar dibandingkan dibeli tengkulak.
“Pembelian yang kami lakukan muali Juni hingga September 2014 sebesar Rp7 miliar, dengan volume barang sebanyak 364 ton barang,” kata Direktur PT Puspo Agro, Abdullah Muchibudin di Resto Nur Pacifik, Surabaya, Kamis (23/10/2014).
Dengan keberhasilan ini, Puspo Agro meutuskan untuk menambah investasi pada 2015. Sesuai rencana, Puspo Agro akan menganggarkan dana sebesar Rp20 miliar untuk membeli barang-barang dari petani, mulai sayuran, kopi, ikan dan ayam. Sistem ini, ujar dia, bertujuan untuk membangkitkan pertanian di Indonesia.
Saat ini, ungkap Udin, daya jual hasil pertanian Indonesia khususnya Jawa Timur kalah dengan negara-negara lain, sperti Thailand, Australia, Vietnam dan Korea. Karena, mereka sudah melakukan penataan penjualan minimal 20 tahun kebelakang. Sedangkan, Jatim baru memulai penataan.
“Di luar negeri tidak ada tengkulak, makanaya harga bisa bersaing. Untuk itu kita akan melakukan apa yang dilakukan di Thailand maupun Vietnam,” paparnya.
Udin menuturkan, semangat dibukanya divisi baru ini untuk memangkas mahalnya distribusi produk pertanian dan peternakan. Sebab petani dan peternak harus menjual produknya ke tengkulak yang memiliki mata rantai panjang sebelum ke end user.
“Semangat kami untuk memberi nilai tambah kepada petani, sekaligus menekan mahalnya produk pertanian dan peternakan,” kata dia.
Saat ini, Puspa Agro mampu membeli produk pertanian dan peternakan lebih mahal dibanding tengkulak.Selain itu, pihak Puspoa Agro mampu membayar tunai kepada petani yang tidak pernah didapatkan jika menjual melalui tengkulak. Sehingga nilai jual produk pertanian dan peternakan memiliki nilai ekonomis mencapai 2,5% dan produknya bisa bersaing dengan produk impor.
Udin mencontohkan semangka dijual petani ke tengkulak hanya Rp2300/ kg, Puspa Agro berani membeli Rp4.500/kg. “Artinya petani mendapat nilai tambah 29%, dan kami menjual ke end user senilai Rp5.304/ kg atau kami meraup untung 2,5%,” jelasnya.
Divisi baru ini telah menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan seperti Carefour, Indocater, Invivo, dan Indokom. Dengan Carefour, Puspa Agro telah menyuplai sayur, buah, telur, dan ayam mencapai 168 ton dari periode Februari-Agustus.
Sedangkan memasok ikan laut dan tambak untuk Indocater (peusahaan katering) sebanyak 14,3 ton atau setara dengan Rp1,8 miliar pada September-Oktober. Puspa Agro juga memasok semangka, melon, dan jeruk masing-masing 4 ton pada periode yang sama.
Kedepannya Puspa Agro sudah menjalin kerjasama dengan PT Invivo untuk memasok produk jagung dari gabungan kelompok tani (gapoktan) Gresik sebesar 600-800 ton selama tiga bulan. Demikian juga dengan PT Indokom, Puspa Agro memasok kopi dari gapoktan Jember sebanyak 364 ton atau setara dengan Rp7 miliar.
Sementara itu, Muzayin salah satu peternak ayam di Gresik mengatakan, dirinya belum mengetahui program Puspo Agro terkait pembelian hasil produksinya. Menurut dia, jika itu dilakukan maka kondisi pertanaian akan lebih baik. “Yang penting harganya stabil, kami tidak dirugikan,” katanya.
(gpr)