Timah Bukukan Kenaikan Laba 144%
A
A
A
JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) hingga akhir kuartal III tahun ini membukukan kenaikan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp344,78 miliar atau tumbuh 144% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp141,34 miliar.
Laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan menunjukkan bahwa naiknya laba tersebut didukung bertambahnya pendapatan bersih sekitar 20,78% menjadi Rp4,36 triliun dibanding akhir kuartal III tahun lalu senilai Rp3,61 triliun.
Positifnya kinerja perusahaan didukung meningkatnya penjualan dan harga jual rata-rata logam timah. Penjualan logam timah hingga akhir September meningkat menjadi Rp15.664 metrik ton (MT), dari 15.227 MT. Sedangkan harga jual rata-rata naik USD22.668 per MT dari USD22.455 per MT.
Naiknya pendapatan diikuti dengan meningkatnya beban pokok pendapatan menjadi Rp3,3 triliun dari Rp2,97 triliun. Jumlah beban usaha juga bertambah menjadi Rp447,82 miliar dari Rp409,16 miliar.
Beban usaha tersebut dikonstribusi dari beban penjualan yang mengalami kenaikan menjadi Rp42,64 miliar dari Rp35,1 miliar, beban administrasi dan umum bertambah menajdi Rp405,18 miliar dari Rp374,06 miliar.
Selain itu, beban bunga dan keuangan naik menjadi Rp74,93 miliar dari Rp15,34 miliar, rugi selisih kurs Rp45,77 miliar dibanding sebelumnya laba kurs Rp64 miliar, dan beban pajak meningkat menjadi Rp188,15 miliar dari Rp115,98 miliar.
Namun, perseroan pada periode tersebut berhasil mencatat kenaikan pada pendapatan bunga menjadi Rp16,16 miliar dari Rp10,48 miliar, laba lain-lain senilai Rp24,62 miliar dari sebelumnya rugi Rp35,10 miliar, dan laba periode berjalan dari operasi yang sdang berjalan meningkat menjadi Rp344,8 miliar dari Rp144,97 miliar.
Laba tahun berjalan perseroan meningkat 131,39% menjadi Rp327,74 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp141,64 miliar.
Sekretaris Perusahaan Timah Agung Nugroho menyatakan, meski penarikan program stimulus obligasi di Amerika Serikat (AS) akan menyebabkan penguatan USD terhadap mata uang dunia lainnya, yang pada akhirnya akan memukul harga komoditas di pasaran, namun hal itu hanya terjadi sementara.
"Harga komoditas timah akan kembali meroket seiring dengan pemberlakukan pembatasan kuota ekspor timah," kata dia dalam rilisnya, Kamis (30/10/2014).
Upaya yang akan dilakukan perusahaan timah plat merah tersebut untuk meningkatkan kinerja keuangannya adalah tetap melakukan penjualan selektif untuk menjaga stabilitas harga. Perseroan, kata dia, akan fokus pada profitabilitas dan persediaan logam timah akan dilepas sesuai kebutuhan.
Laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan menunjukkan bahwa naiknya laba tersebut didukung bertambahnya pendapatan bersih sekitar 20,78% menjadi Rp4,36 triliun dibanding akhir kuartal III tahun lalu senilai Rp3,61 triliun.
Positifnya kinerja perusahaan didukung meningkatnya penjualan dan harga jual rata-rata logam timah. Penjualan logam timah hingga akhir September meningkat menjadi Rp15.664 metrik ton (MT), dari 15.227 MT. Sedangkan harga jual rata-rata naik USD22.668 per MT dari USD22.455 per MT.
Naiknya pendapatan diikuti dengan meningkatnya beban pokok pendapatan menjadi Rp3,3 triliun dari Rp2,97 triliun. Jumlah beban usaha juga bertambah menjadi Rp447,82 miliar dari Rp409,16 miliar.
Beban usaha tersebut dikonstribusi dari beban penjualan yang mengalami kenaikan menjadi Rp42,64 miliar dari Rp35,1 miliar, beban administrasi dan umum bertambah menajdi Rp405,18 miliar dari Rp374,06 miliar.
Selain itu, beban bunga dan keuangan naik menjadi Rp74,93 miliar dari Rp15,34 miliar, rugi selisih kurs Rp45,77 miliar dibanding sebelumnya laba kurs Rp64 miliar, dan beban pajak meningkat menjadi Rp188,15 miliar dari Rp115,98 miliar.
Namun, perseroan pada periode tersebut berhasil mencatat kenaikan pada pendapatan bunga menjadi Rp16,16 miliar dari Rp10,48 miliar, laba lain-lain senilai Rp24,62 miliar dari sebelumnya rugi Rp35,10 miliar, dan laba periode berjalan dari operasi yang sdang berjalan meningkat menjadi Rp344,8 miliar dari Rp144,97 miliar.
Laba tahun berjalan perseroan meningkat 131,39% menjadi Rp327,74 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp141,64 miliar.
Sekretaris Perusahaan Timah Agung Nugroho menyatakan, meski penarikan program stimulus obligasi di Amerika Serikat (AS) akan menyebabkan penguatan USD terhadap mata uang dunia lainnya, yang pada akhirnya akan memukul harga komoditas di pasaran, namun hal itu hanya terjadi sementara.
"Harga komoditas timah akan kembali meroket seiring dengan pemberlakukan pembatasan kuota ekspor timah," kata dia dalam rilisnya, Kamis (30/10/2014).
Upaya yang akan dilakukan perusahaan timah plat merah tersebut untuk meningkatkan kinerja keuangannya adalah tetap melakukan penjualan selektif untuk menjaga stabilitas harga. Perseroan, kata dia, akan fokus pada profitabilitas dan persediaan logam timah akan dilepas sesuai kebutuhan.
(rna)