Obsesi Green Behaviour di Indonesia
A
A
A
Selama lebih dari dua dekade Suzy mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan. Tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi oleh ibu tiga anak ini.
Menurut alumnus Fashion Institute of Technology, New York, AS, ini, tantangan terbesar adalah kenyamanan. Masyarakat Indonesia terbiasa menikmati segala sesuatu dari alam secara gratis mulai air, oksigen, hingga tanah yang subur. Hal ini, kata Suzy, membuat kita terlena bahkan menjadi lupa untuk balik peduli kepada lingkungan, kepada alam. Bahkan, sumber daya alam Indonesia banyak yang dieksploitasi kemudian diekspor habis-habisan.
Suzy menyatakan, masyarakat kita kurang menghargai alam bahkan dibandingkan orang asing yang tinggal di Indonesia. “Masyarakat kita belum terbiasa mengeluarkan dana dan tenaga yang benefit-nya tidak langsung terasa bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak terbiasa membayar yang benefit-nya untuk lingkungan,” ujar board member of Greenpeace South East Asia ini.
Budaya gratisan inilah yang membuat Suzy merasa prihatin kepada para pelaku usaha bisnis hijau seperti daur ulang sampah plastik menjadi tas atau daur ulang botol bekas menjadi gelas. Kenapa? Karena masyarakat belum tentu mau mengeluarkan uang untuk membeli tas berbahan daur ulang atau dari barang bekas. Padahal, dengan daur ulang ada dua dampak positif bagi lingkungan yaitu mengurangi sampah dan mengurangi penggunaan sumber daya. Jika tidak ada yang mendukung mereka, lama-lama industri ini bisa mati.
“Jadi ya sudah saya saja yang membeli. Dengan begitu mereka bisa terus berproduksi dan industri hijau di Indonesia pun tumbuh serta berkembang,” tutur perempuan penggemar yoga ini. Tak hanya membeli, Suzy juga membina para pelaku usaha dan industri hijau ini. Dia yakin masa depan bisnis hijau akan cemerlang. Melihat potensi yang menjanjikan baik secara bisnis maupun bagi lingkungan, Suzy berencana berinvestasi di bidang satu ini. Dia ingin membuat situs online green product.
“World is going to that way, green behaviour,” ucap Suzy. Selain disibukan dengan aktivitas bisnis dan lingkungan, Suzy kini juga mengikuti Endeavour Indonesia yaitu organisasi non-profit yang mendorong para entrepreneur dengan volume usaha Rp10 miliar agar lebih berkembang.
Ema malini
Menurut alumnus Fashion Institute of Technology, New York, AS, ini, tantangan terbesar adalah kenyamanan. Masyarakat Indonesia terbiasa menikmati segala sesuatu dari alam secara gratis mulai air, oksigen, hingga tanah yang subur. Hal ini, kata Suzy, membuat kita terlena bahkan menjadi lupa untuk balik peduli kepada lingkungan, kepada alam. Bahkan, sumber daya alam Indonesia banyak yang dieksploitasi kemudian diekspor habis-habisan.
Suzy menyatakan, masyarakat kita kurang menghargai alam bahkan dibandingkan orang asing yang tinggal di Indonesia. “Masyarakat kita belum terbiasa mengeluarkan dana dan tenaga yang benefit-nya tidak langsung terasa bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak terbiasa membayar yang benefit-nya untuk lingkungan,” ujar board member of Greenpeace South East Asia ini.
Budaya gratisan inilah yang membuat Suzy merasa prihatin kepada para pelaku usaha bisnis hijau seperti daur ulang sampah plastik menjadi tas atau daur ulang botol bekas menjadi gelas. Kenapa? Karena masyarakat belum tentu mau mengeluarkan uang untuk membeli tas berbahan daur ulang atau dari barang bekas. Padahal, dengan daur ulang ada dua dampak positif bagi lingkungan yaitu mengurangi sampah dan mengurangi penggunaan sumber daya. Jika tidak ada yang mendukung mereka, lama-lama industri ini bisa mati.
“Jadi ya sudah saya saja yang membeli. Dengan begitu mereka bisa terus berproduksi dan industri hijau di Indonesia pun tumbuh serta berkembang,” tutur perempuan penggemar yoga ini. Tak hanya membeli, Suzy juga membina para pelaku usaha dan industri hijau ini. Dia yakin masa depan bisnis hijau akan cemerlang. Melihat potensi yang menjanjikan baik secara bisnis maupun bagi lingkungan, Suzy berencana berinvestasi di bidang satu ini. Dia ingin membuat situs online green product.
“World is going to that way, green behaviour,” ucap Suzy. Selain disibukan dengan aktivitas bisnis dan lingkungan, Suzy kini juga mengikuti Endeavour Indonesia yaitu organisasi non-profit yang mendorong para entrepreneur dengan volume usaha Rp10 miliar agar lebih berkembang.
Ema malini
(ars)