Produksi Migas Terkendala Izin Lahan

Selasa, 04 November 2014 - 18:47 WIB
Produksi Migas Terkendala Izin Lahan
Produksi Migas Terkendala Izin Lahan
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan produksi minyak dan gas bumi (migas) tahun depan naik 9% dibandingkan prognosis tahun ini sebesar 550.000 barel per hari (bph).

Plt Direktur Utama Pertamina Muhamad Husen mengatakan, Pertamina siap mencapai kenaikan target produksi migas pada 2015. Naiknya produksi migas tahun depan dicapai melalui optimalisasi lapangan existing, lapangan baru, dan akuisisi blok migas di dalam negeri maupun di luar negeri. “Sekitar 9% kita naik dari prognosis sampai 2014. Tahun ini (target) tercapai 94–95%, hampir sama dengan tahun lalu,” kata Husen di Jakarta kemarin.

Menurut Husen, tidak terealisasinya target tahun ini hingga 100% dikarenakan banyak pengeboran yang tidak terealisasi. Di samping itu, banyak kendaladiantaranya cuacaburuk dan perizinan lahan. “Kendala izin lahan sampai akhir tahun belum juga selesai,” kata dia.

Menurut dia, kenaikan produksi diharapkan juga berasal dari akuisisi 30% kepemilikan aset anak perusahaan migas asal AS, Murphy Oil Corporation yang beroperasi di lepas pantai Malaysia yakni Murphy Sabah Oil Co Ltd dan Murphy Sarawak Oil Co Ltd. Dia menambahkan, sesuai target produksi migas pada 2025, kontribusi akuisisi cukup besar. Pertamina menargetkan tambahan produksi migas per tahun dari akuisisi sekitar 60.000 bph. “Justru memang banyak dari luar negeri. Kita harapkan bisa mencapai 60.000 bph,” katanya.

Pertamina menargetkan, produksi migas pada 2014 sekitar 550.000 barel setara minyak per hari yang terdiri atas minyak 280.000 barel dan gas 270.000 barel (1.568 juta kaki kubik per hari / mmscfd). Produksi migas Pertamina sampai Oktober 2014 tercatat 540.000 bph dan menjadi terbesar di Indonesia.

Sementara, sampai semester I/2014 Pertamina mencatat produksi migas 520.360 barel setara minyak per hari atau naik 11,9% dibandingkan realisasi periode sama 2013. Pada akhir Juni 2014, produksi minyak Pertamina 254.570 bph atau naik 27,9% dibandingkan periode sama 2013.

Sedangkan, produksi gas tercatat 1.540 mmscfd atau 264.880 bph. Pada 2025 Pertamina menargetkan produksi migas 2,2 juta bph. Target 2025 tersebut berasal dari lapangan existing 900.000 bph dan ekspansi internasional 600.000 bph. Sisanya, berasal dari peningkatan hak partisipasi, pengembangan shale gas dan coal bed methane (CBM), dan pengelolaan wilayah kerja domestik yang sudah berakhir masa kontraknya. Pada 2018 produksi migas dari anak perusahaan, PT Pertamina EP, ditargetkan 375.000 bph atau menjadi produsen terbesar di Indonesia.

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana mengatakan, produksi minyak nasional hingga akhir 2014 tidak akan mencapai target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2014 sebesar 818.000 bph. Hingga Oktober 2014 realisasi produksi minyak baru sekitar 780.000 bph.

Menurutnya, hingga akhir tahun akan ada tambahan 10.000 bph dari Blok Cepu dan Kepodang. Namun, tambahan tersebut diperkirakan tidak sampai 818.000 bph, hanya sekitar 804.000 bph. “Ini karena sudah tidak ada tambahan lagi di kuartal ini. Bisa saja capai target jika dari Cepu ada peningkatan lagi,” kata dia.

Kapasitas produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, di Bojonegoro, Jawa Timur, tercatat mulai meningkat sebesar 10.000 bph sejak awal Oktober. Produksi yang sebelumnya sebesar 30.000 bph meningkat menjadi 40.000 bph. Blok Cepu ditargetkan mencapai produksi puncak 165.000 bph pada 2015.

Di tempat terpisah, Kepala Bagian Humas SKK Migas Rudi Riambono mengungkapkan, penurunan produksi terjadi di lapangan-lapangan minyak terkait kegiatan pemeliharaan. “Secara nasional terjadi penurunan produksi di lapangan-lapangan lain (di luar Blok Cepu), karena kegiatan pemeliharaan rutin, kendala teknis, dan keterbatasan penyerapan off taker,” ungkap dia.

Hingga akhir Oktober lifting rata-rata baru mencapai 792.000 bph. Rudi menyampaikan, pemboran pengembangan dan peningkatan keandalan fasilitas produksi terus dilakukan dalam upaya peningkatan produksi.

“Mudah-mudahan penyerapan LNG segera kembali sesuai rencana awal, sehingga pengoperasian sumur-sumur penunjangnya bisa dioptimalkan kembali,” ujar dia.

Proyeksi 2015

Rudi mengatakan, SKK Migas memproyeksikan lifting minyak pada 2015 sebesar 845.000 bph. Prognosis tersebut dengan asumsi Blok Cepu sudah berproduksi optimal pada April–Mei 2015. Jumlah tersebut di atas asumsi makro pada APBN 2015. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat menetapkan lifting minyak tahun depan sebesar 900.000 bph.

Plt Kepala SKK Migas Johanes Widjanarko sebelumnya mengatakan, salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah dengan mempercepat proyek-proyek migas yang seharusnya baru terealisasi 2016.

“Kita sedang lakukan mitigasi, apa saja yang harus dilakukan. Banyak, macam-macam tapi kita akan konsolidasi dulu,” kata dia.

Menurut Johannes, SKK Migas hingga saat ini masih berpatokan pada asumsi lifting 845.000 bph untuk tahun depan. Asumsi tersebut berdasarkan tambahan produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu. “Lifting 845.000 bph telah diakomodasi dari lapangan produksi baru. Angka rata-rata per tahun untuk Blok Cepu 119.000 bph. Kalau dijumlahkan, angka ini dengan masukkan data-data dari KKKS yang lain, maka 845.000 bph itu adalah angka yang sudah disimulasikan,” ungkap dia.

Nanang wijayanto
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6954 seconds (0.1#10.140)