Konsumsi Rumah Tangga di Batam Diperkirakan Melemah
A
A
A
BATAM - Komponen pengeluaran konsumsi masyarakat diperkirakan akan terkontraksi sesaat hingga tiga bulan ke depan disebabkan kenaikan harga BBM subsidi.
"Kenaikan BBM akan menyebabkan kontraksi sesaat terhadap pola konsumsi masyarakat. Paling lama tiga bulan," ujar Dosen Bisnis Internasional Universitas Putera Batam Suyono Saputra, Selasa (4/11/2014).
Menurutnya, dampak kontraksi itu kemudian akan menurun setelah masyarakat khususnya pengguna kendaraan akan mulai membiasakan diri dengan harga BBM yang baru.
Sehingga dampaknya memang berlanjut namun alokasi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi BBM yang pasti semakin membengkak karena kenaikan harga.
Namun Suyono juga memperkirakan dampak sosial kenaikan harga BBM tidak terlalu signifikan mengingat pada waktu yang bersamaan pemerintah memberikan dana kompensasi sebesar Rp200.000 per bulan kepada setiap rumah tangga miskin mulai Senin lalu. Program itu dinilai untuk menopang daya beli saat harga BBM bersubsidi dinaikkan dalam waktu dekat.
"Tapi berkaca dari kenaikan tahun-tahun sebelumnya, dampak sosialnya tidak trelalu signifikan karena pada saat bersamaan ada program BLT," kata dia.
Selain itu, dampak kenaikan harga juga dipastikan ikut mengerek kenaikan harga barang. Kenaikan BBM dalam waktu dekat juga berbarengan dengan perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru sehingga selama dua tiga bulan ke depan harga barang kebutuhan pokok diprediksi naik. Hanya saja Suyono mengatakan tanpa kenaikan BBM sebenarnya harga juga sudah kerap fluktuatif
Oleh karena itu, Pemda, lanjutnya, harus memikirkan solusi agar kenaikan BBM tidak terlalu berdampak dalam terhadap masyarakat akibat kenaikan harga pasar.
Pemda dan pengusaha harus bisa menjamin kelancaran pasokan termasuk melakukan operasi pasar secara berkala. "Operasi pasar bisa dilakukan secara berkala terutama di titik-titik masyarakat berpenghasilan rendah," kata dia.
Sebagai gambaran, berdasarkan Kajian Ekonomi dan Keuangan BI Kepri, dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menjadi penopang penguatan pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan I/2014 dan triwulan II/2014.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan I tercatat 4,87% setelah pada triwulan IV/2013 sebesar 4,85%. Pada triwulan II/2014 konsumsi rumah tangga menunjukkan penguatan menjadi 7,89%.
Jika dibandingkan pada kenaikan BBM pada Juni 2013 seharga Rp6.500, konsumsi rumah tangga di Kepri terjadi pelemahan sejak triwulan II/2013 dari 7,37% menjadi 5,97% pada triwulan III/2013 dan terus melemah pada akhir periode 2013.
Namun memasuki 2014, secara perlahan konsumsi rumah tangga menunjukkan penguatan ditopang oleh peningkatan daya beli masyarakat karena kenaikan upah serta penurunan laju inflasi hingga Pemilu. Adapun konsumsi rumah tangga pada triwulan II/2014 berkontribusi terhadap PDRB kawasan ini sebesar 50,8%.
"Kenaikan BBM akan menyebabkan kontraksi sesaat terhadap pola konsumsi masyarakat. Paling lama tiga bulan," ujar Dosen Bisnis Internasional Universitas Putera Batam Suyono Saputra, Selasa (4/11/2014).
Menurutnya, dampak kontraksi itu kemudian akan menurun setelah masyarakat khususnya pengguna kendaraan akan mulai membiasakan diri dengan harga BBM yang baru.
Sehingga dampaknya memang berlanjut namun alokasi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi BBM yang pasti semakin membengkak karena kenaikan harga.
Namun Suyono juga memperkirakan dampak sosial kenaikan harga BBM tidak terlalu signifikan mengingat pada waktu yang bersamaan pemerintah memberikan dana kompensasi sebesar Rp200.000 per bulan kepada setiap rumah tangga miskin mulai Senin lalu. Program itu dinilai untuk menopang daya beli saat harga BBM bersubsidi dinaikkan dalam waktu dekat.
"Tapi berkaca dari kenaikan tahun-tahun sebelumnya, dampak sosialnya tidak trelalu signifikan karena pada saat bersamaan ada program BLT," kata dia.
Selain itu, dampak kenaikan harga juga dipastikan ikut mengerek kenaikan harga barang. Kenaikan BBM dalam waktu dekat juga berbarengan dengan perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru sehingga selama dua tiga bulan ke depan harga barang kebutuhan pokok diprediksi naik. Hanya saja Suyono mengatakan tanpa kenaikan BBM sebenarnya harga juga sudah kerap fluktuatif
Oleh karena itu, Pemda, lanjutnya, harus memikirkan solusi agar kenaikan BBM tidak terlalu berdampak dalam terhadap masyarakat akibat kenaikan harga pasar.
Pemda dan pengusaha harus bisa menjamin kelancaran pasokan termasuk melakukan operasi pasar secara berkala. "Operasi pasar bisa dilakukan secara berkala terutama di titik-titik masyarakat berpenghasilan rendah," kata dia.
Sebagai gambaran, berdasarkan Kajian Ekonomi dan Keuangan BI Kepri, dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menjadi penopang penguatan pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan I/2014 dan triwulan II/2014.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan I tercatat 4,87% setelah pada triwulan IV/2013 sebesar 4,85%. Pada triwulan II/2014 konsumsi rumah tangga menunjukkan penguatan menjadi 7,89%.
Jika dibandingkan pada kenaikan BBM pada Juni 2013 seharga Rp6.500, konsumsi rumah tangga di Kepri terjadi pelemahan sejak triwulan II/2013 dari 7,37% menjadi 5,97% pada triwulan III/2013 dan terus melemah pada akhir periode 2013.
Namun memasuki 2014, secara perlahan konsumsi rumah tangga menunjukkan penguatan ditopang oleh peningkatan daya beli masyarakat karena kenaikan upah serta penurunan laju inflasi hingga Pemilu. Adapun konsumsi rumah tangga pada triwulan II/2014 berkontribusi terhadap PDRB kawasan ini sebesar 50,8%.
(gpr)