RI-Norwegia Kerja Sama Budi Daya Tuna
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Norwegia bekerja sama mengembangkan budi daya ikan tuna dan baramundi di Kabupaten Yapen, Papua Barat.
Dalam kerja sama tersebut Norwegia akan memberikan bantuan pendanaan bagi Indonesia untuk mengembangkan perikanan budi daya perairan atau akuakultur. Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengatakan, proyek kerja sama ini diharapkan menjadi percontohan akuakultur yang ramah lingkungan.
”Kegiatan akuakultur tidak boleh mengganggu ekosistem yang ada. Saya melihat akuakultur ini sangat penting bagi perwujudan perikanan yang berkelanjutan,” ujarnya seusai bertemu Duta Besar (Dubes) Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik di kantornya, di Jakarta, kemarin. Menurut Susi, program kerja sama masih dalam tahap diskusi dan studi namun diharapkan, bulan depan sudah bisa dimulai.
Selain tentang perikanan, kerja sama tersebut rencananya juga mencakup pertukaran pembelajaran antarkedua negara. Susi yakin, Indonesia bisa belajar dari kesuksesan Norwegia dalam mengembangkan sektor perikanannya. Norwegia yang pada tahun 1980 belum bisa mengekspor ikan alias masih nol kini telah mampu meraup USD10 miliar dari ekspor perikanan. Salah satu unggulannya adalah tuna dari laut dalam. Sebagai catatan, nilai ekspor perikanan Indonesia saat inibaru berkisar USD4,19 miliar. Jika menilik luasnya lautan Indonesia, angka ini terbilang kecil.
Dubes Stig mengatakan, Norwegia mengembangkan bisnis perikanannya dengan berbagai cara termasuk metode dan teknologi akuakultur. Kini Norwegia menjadi salah satu pemasok utama pasar dunia untuk jenis ikan salmon. Kendati demikian, pengembangan bisnis perikanan tak hanya untuk kepentingan ekspor melainkan juga konsumsi domestik. ”Melalui kerja sama dengan Indonesia, kami ingin mengembangkan perikanan yang berkelanjutan,” ucapnya.
Terpisah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai potensi komoditas kelautan dan perikanan Kawasan Timur Indonesia masih perlu dikembangkan lebih jauh. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto mengatakan, sektor kelautan dan perikanan seharusnya menjadi salah satu unggulan bagi pengembangan ekonomi kawasan timur.
”Banyak pelaku yang sebenarnya sangat potensial bahkan untuk melakukan ekspor, tapi masih terhambat oleh minimnya pengetahuan dan pengalaman ekspor serta biaya logistik yang masih tinggi,” ujarnya. Dia mengatakan, kondisi sekarang ini belum memihak kepada nelayan dan para pelaku usaha perikanan. Menurut dia, pengusaha perikanan masih dihadapkan dengan berbagai macam pajak yang memberatkan, cukai hingga retribusi sehingga hal tersebut menyulitkan nelayan untuk sejahtera.
Pihaknya meminta kepada pemerintah agar segera melakukan pembenahan dan memperhatikan hal-hal yang menyebabkan sektor kelautan di Indonesia timur tidak dapat berkembang.
Inda susanti
Dalam kerja sama tersebut Norwegia akan memberikan bantuan pendanaan bagi Indonesia untuk mengembangkan perikanan budi daya perairan atau akuakultur. Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengatakan, proyek kerja sama ini diharapkan menjadi percontohan akuakultur yang ramah lingkungan.
”Kegiatan akuakultur tidak boleh mengganggu ekosistem yang ada. Saya melihat akuakultur ini sangat penting bagi perwujudan perikanan yang berkelanjutan,” ujarnya seusai bertemu Duta Besar (Dubes) Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik di kantornya, di Jakarta, kemarin. Menurut Susi, program kerja sama masih dalam tahap diskusi dan studi namun diharapkan, bulan depan sudah bisa dimulai.
Selain tentang perikanan, kerja sama tersebut rencananya juga mencakup pertukaran pembelajaran antarkedua negara. Susi yakin, Indonesia bisa belajar dari kesuksesan Norwegia dalam mengembangkan sektor perikanannya. Norwegia yang pada tahun 1980 belum bisa mengekspor ikan alias masih nol kini telah mampu meraup USD10 miliar dari ekspor perikanan. Salah satu unggulannya adalah tuna dari laut dalam. Sebagai catatan, nilai ekspor perikanan Indonesia saat inibaru berkisar USD4,19 miliar. Jika menilik luasnya lautan Indonesia, angka ini terbilang kecil.
Dubes Stig mengatakan, Norwegia mengembangkan bisnis perikanannya dengan berbagai cara termasuk metode dan teknologi akuakultur. Kini Norwegia menjadi salah satu pemasok utama pasar dunia untuk jenis ikan salmon. Kendati demikian, pengembangan bisnis perikanan tak hanya untuk kepentingan ekspor melainkan juga konsumsi domestik. ”Melalui kerja sama dengan Indonesia, kami ingin mengembangkan perikanan yang berkelanjutan,” ucapnya.
Terpisah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai potensi komoditas kelautan dan perikanan Kawasan Timur Indonesia masih perlu dikembangkan lebih jauh. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto mengatakan, sektor kelautan dan perikanan seharusnya menjadi salah satu unggulan bagi pengembangan ekonomi kawasan timur.
”Banyak pelaku yang sebenarnya sangat potensial bahkan untuk melakukan ekspor, tapi masih terhambat oleh minimnya pengetahuan dan pengalaman ekspor serta biaya logistik yang masih tinggi,” ujarnya. Dia mengatakan, kondisi sekarang ini belum memihak kepada nelayan dan para pelaku usaha perikanan. Menurut dia, pengusaha perikanan masih dihadapkan dengan berbagai macam pajak yang memberatkan, cukai hingga retribusi sehingga hal tersebut menyulitkan nelayan untuk sejahtera.
Pihaknya meminta kepada pemerintah agar segera melakukan pembenahan dan memperhatikan hal-hal yang menyebabkan sektor kelautan di Indonesia timur tidak dapat berkembang.
Inda susanti
(ars)