Antisipasi Keterbatasan Lahan dengan Hunian Vertikal

Rabu, 05 November 2014 - 12:31 WIB
Antisipasi Keterbatasan Lahan dengan Hunian Vertikal
Antisipasi Keterbatasan Lahan dengan Hunian Vertikal
A A A
TERBATASNYA lahan dan tingginya harga tanah membuat sejumlah wilayah di Indonesia dipadati dengan hunian vertikal atau apartemen.

Kendati demikian, maraknya hunian vertikal hanya berlaku di beberapa pusat kota besar di Indonesia. Bisa dibilang, hunian vertikal atau apartemen memang menjadi salah satu hunian pintar dan paling efisien di tengah terbatasnya lahan dan tingginya harga tanah saat ini. Di beberapa kota besar seperti Jabodetabek, Pulau Jawa dan sekitarnya, apartemen sudah memiliki pasokan serta demand atau permintaan yang tinggi.

Di kota-kota pinggiran Jakarta seperti Tangerang Selatan, Serpong, Bintaro, hingga Bekasi, kini tengah menjadi ladang dari hunian vertikal atau apartemen yang kian menjamur. Puluhan pengembang nasional berlomba-lomba untuk memburu garapan sejumlah proyek di wilayah tersebut.

Apartemen dari berbagai kelas dan varian pun menjadi garapannya. Bahkan, tak tanggung-tanggung, jumlah unit apartemen di kawasan-kawasan tersebut sudah mencapai puluhan ribu unit. Tak heran, bila apartemen menjadi hunian yang paling diburu. Selain terbatasnya lahan dan tingginya harga tanah, kebutuhan hunian yang semakin tinggi pun akhirnya mendorong pasokan apartemen semakin melejit.

Bahkan, dapat dikatakan, dengan masifnya pembangunan apartemen, sekaligus menjadi ceruk pasar yang membutuhkan hunian yang representatif bagi generasi-generasi mudanya. Dan sudah sekitar belasan apartemen yang tengah dan akan memadati kawasan pinggiran Kota Jakarta tersebut. Di antaranya proyek apartemen Bintaro Icon, Bintaro Plaza Residence, The Embarcadero, Majestic Points Serpong, K2 Park, The Brooklyn, Akasa Pure Living, One Azure Apartment, dan masih banyak lagi lainnya.

Namun, tak hanya kawasan pinggiran Kota Jakarta yang telah disinggahi oleh banyaknya unit apartemen. Fenomena menarik juga terjadi di Yogyakarta dalam kurun dua tahun terakhir. Pemasaran dan pengembangan apartemen di kota pendidikan itu mulai menyita ruangruang publik. Menurut data DPD REI Yogyakarta, saat ini sudah terdapat 20 proyek apartemen, baik yang sedang dalam proses konstruksi maupun perizinan.

Maraknya pembangunan apartemen di kota besar seperti Yogyakarta juga tak luput dari tingginya harga lahan seiring dengan ketersediaannya yang terbatas. Saat ini saja, harga lahan di dalam kota sudah mencapai kisaran Rp4 juta hingga Rp8 juta per meter persegi.

Adapun Rp10 juta hingga Rp15 juta per meter persegi untuk lahan yang berada di pusat bisnis dan komersial. Sementara, harga lahan di kawasan pinggiran (sub-urban) seperti Sleman, Bantul, dan Kulonprogo sudah menembus Rp500.000 sampai Rp3 juta per meter persegi.

Dengan adanya kelangkaan lahan seperti ini, menurut Ketua DPD REI Daerah Istimewa Yogyakarta Remigius Edi Waluyo, mau tidak mau Yogyakarta harus mempertimbangkan pembangunan hunian vertikal, terlebih tuntutan pasar yang menginginkan kehidupan urban serbapraktis dan dekat dengan pusat aktivitas juga semakin diminati.

Rehdian khartika
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5337 seconds (0.1#10.140)