Ekspor Dukung Perbaikan Transaksi Berjalan
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai membaiknya neraca perdagangan sampai dengan September 2014 akan berkontribusi positif dalam mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan triwulan III dan keseluruhan tahun 2014.
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan, perbaikan kinerja neraca perdagangan ke depan akan didukung oleh peningkatan aktivitas ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi global. Meski demikian, defisit neraca migas diperkirakan masih berlanjut. ”BI akan terus mencermati risiko global dan domestik yang dapat memengaruhi prospek defisit transaksi berjalan dan ketahanan eksternal,” ujar Peter dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Dia melanjutkan, pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia terus berlanjut sebagaimana tecermin pada kinerja neraca perdagangan Indonesia yang membaik, yaitu dari defisit USD0,31 miliar pada Agustus, dan berkurang menjadi defisit USD0,27 miliar pada September 2014. Bahkan, neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus yang lebih besar dari bulan sebelumnya.
Surplus neraca perdagangan nonmigas pada September 2014 tercatat sebesar USD0,76 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus pada Agustus 2014 sebesar USD0,49 miliar dan September 2013 sebesar USD0,50 miliar. Kenaikan surplus neraca nonmigas terutama didukung oleh kenaikan ekspor bahan bakar mineral, lemak, dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, serta produk manufaktur berupa mesin/peralatan listrik dan mesin/pesawat mekanik.
Menurut negara tujuan, peningkatan ekspor nonmigas September 2014 terutama terjadi untuk tujuan negara maju (developed countries ) seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Jepang, Jerman, dan Prancis, serta beberapa negara dengan ekonomi yang tengah berkembang seperti China, Singapura, dan Korea Selatan.
Perbaikan defisit neraca perdagangan ini juga tecermin pada keseluruhan triwulan III/ 2014 yang mengalami defisit USD0,53 miliar, turun tajam dibandingkan defisit USD2,21 miliar pada triwulan II/2014. Penurunan defisit tersebut karena turunnya impor nonmigas pada triwulan III/2014 menjadi sebesar USD33,2 miliar dari USD35,9 miliar di triwulan II/2014.
”Penurunan ini lebih besar dari penurunan ekspor nonmigas di triwulan III/2014 sebesar USD36,17 miliar dari sebesar USD36,71 miliar di triwulan II/ 2014,” katanya. Di sisi lain, defisit neraca migas di triwulan III mengalami peningkatan menjadi sebesar USD3,5 miliar dari USD2,99 miliar di triwulan II/2014. Ekonom Sustainable Development Indonesia SDI) Dradjad Wibowo mengatakan, jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik, defisit neraca perdagangan migas akan turun. Dengan kenaikan harga BBM, neraca perdagangan dalam jangka waktu 3-6 bulan akan bisa surplus.
”Tapi, setelah enam bulan belum tentu,” imbuhnya. Dia memaparkan, kenaikan harga BBM akan mendorong apresiasi rupiah. Akibatnya, setelah 4-6 bulan, impor migas akan melonjak lagi sehingga surplus perdagangan akan kembali turun. ”Jadi, akan tergantung harga komoditas ekspor nanti,” tuturnya.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, defisit pada September merupakan defisit bulanan kali ke-5 sepanjang periode Januari-September 2014. Sebelumnya terjadi empat kali defisit yaitu pada Januari (USD443,9juta), April (USD1,9625 miliar), Juni (USD288,3juta), Agustus (USD311,5 juta). Namun, defisit pada bulan September mengecil dan diharapkan berlanjut di bulan-bulan berikutnya.
Kunthi fahmar sandy
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan, perbaikan kinerja neraca perdagangan ke depan akan didukung oleh peningkatan aktivitas ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi global. Meski demikian, defisit neraca migas diperkirakan masih berlanjut. ”BI akan terus mencermati risiko global dan domestik yang dapat memengaruhi prospek defisit transaksi berjalan dan ketahanan eksternal,” ujar Peter dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Dia melanjutkan, pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia terus berlanjut sebagaimana tecermin pada kinerja neraca perdagangan Indonesia yang membaik, yaitu dari defisit USD0,31 miliar pada Agustus, dan berkurang menjadi defisit USD0,27 miliar pada September 2014. Bahkan, neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus yang lebih besar dari bulan sebelumnya.
Surplus neraca perdagangan nonmigas pada September 2014 tercatat sebesar USD0,76 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus pada Agustus 2014 sebesar USD0,49 miliar dan September 2013 sebesar USD0,50 miliar. Kenaikan surplus neraca nonmigas terutama didukung oleh kenaikan ekspor bahan bakar mineral, lemak, dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, serta produk manufaktur berupa mesin/peralatan listrik dan mesin/pesawat mekanik.
Menurut negara tujuan, peningkatan ekspor nonmigas September 2014 terutama terjadi untuk tujuan negara maju (developed countries ) seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Jepang, Jerman, dan Prancis, serta beberapa negara dengan ekonomi yang tengah berkembang seperti China, Singapura, dan Korea Selatan.
Perbaikan defisit neraca perdagangan ini juga tecermin pada keseluruhan triwulan III/ 2014 yang mengalami defisit USD0,53 miliar, turun tajam dibandingkan defisit USD2,21 miliar pada triwulan II/2014. Penurunan defisit tersebut karena turunnya impor nonmigas pada triwulan III/2014 menjadi sebesar USD33,2 miliar dari USD35,9 miliar di triwulan II/2014.
”Penurunan ini lebih besar dari penurunan ekspor nonmigas di triwulan III/2014 sebesar USD36,17 miliar dari sebesar USD36,71 miliar di triwulan II/ 2014,” katanya. Di sisi lain, defisit neraca migas di triwulan III mengalami peningkatan menjadi sebesar USD3,5 miliar dari USD2,99 miliar di triwulan II/2014. Ekonom Sustainable Development Indonesia SDI) Dradjad Wibowo mengatakan, jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik, defisit neraca perdagangan migas akan turun. Dengan kenaikan harga BBM, neraca perdagangan dalam jangka waktu 3-6 bulan akan bisa surplus.
”Tapi, setelah enam bulan belum tentu,” imbuhnya. Dia memaparkan, kenaikan harga BBM akan mendorong apresiasi rupiah. Akibatnya, setelah 4-6 bulan, impor migas akan melonjak lagi sehingga surplus perdagangan akan kembali turun. ”Jadi, akan tergantung harga komoditas ekspor nanti,” tuturnya.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, defisit pada September merupakan defisit bulanan kali ke-5 sepanjang periode Januari-September 2014. Sebelumnya terjadi empat kali defisit yaitu pada Januari (USD443,9juta), April (USD1,9625 miliar), Juni (USD288,3juta), Agustus (USD311,5 juta). Namun, defisit pada bulan September mengecil dan diharapkan berlanjut di bulan-bulan berikutnya.
Kunthi fahmar sandy
(bbg)