Laju Ekonomi Jabar Capai 5,62%

Rabu, 05 November 2014 - 23:01 WIB
Laju Ekonomi Jabar Capai...
Laju Ekonomi Jabar Capai 5,62%
A A A
BANDUNG - Badan Pusat Statistika Jawa Barat (BPS Jabar) mencatat laju pertumbuhan ekonomi Jabar pada triwulan III/2014 mencapai 5,61% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013.

Pertumbuhan ekonomi ini diukur berdasarkan besaran produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp312,35 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp104,17 triliun.

“Pertumbuhan ekonomi masih ditunjang oleh konsumsi rumah tangga, namun di sisi lain konsumsi pemerintah terus mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan triwulan pertama , ada peningkatan konsumsi pemerintah sebesar 2,6%. Artinya kegiatan belanja pemerintah mengalami peningkatan. Untuk konsumsi rumah tangga terlihat menurun sekitar 2%,” ujar Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Jabar Ade Rika Agus dalam konferensi pers, Rabu (5/11/2014).

Dia melanjutkan, komponen pengeluaran rumah tangga masih menjadi yang dominan dalam pembentukan angka pertumbuhan eknomi di Jabar yakni sebesar 55,5%. Disusul oleh komponen ekspor sebesar 36,5% dan impor sebesar 27,4%. Konsumsi pemerintah meski mengalami peningkatan masih tergolong kecil yakni hanya 9,6%.

“Sumber pertumbuhan ekonomi Jabar yang paling dominan berasal dari kelompok usaha pengolahan dan kelompok perdagangan, hotel dan restoran. Dua kelompok ini memberikan andil pertumbuhan sebesar 2,5%, dari total pertumbuhan Jabar Triwluan III 2014 sebesar 5,61%,” katanya.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Jabar Ruslan menambahkan, pertumbuhan industri manufaktur Jabar pada triwulan III/2014 mengalami penurunan dibandingkan triwulan II/2014. Produksi manufaktur besar dan sedang mengalami penurunan sebesar 1,61%. Masih di bawah angka nasional yang mengalami pertumbuhan sebesar 2,45%. Begitu juga dengan industri kecil dan mikro, yang mengalami penurunan sebesar 5%.

“Pertumbuhan industri diprediksi akan kembali turun jika pemerintah memastikan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat produksi industri besar hingga mikro. Biasanya terkait dengan sistem distribusi barang produksi,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Statitstik Sosial BPS Jabar Dyah Anugrah menyebutkan, tingkat pengangguran terbuka di Jabar hingga Agustus 2014 mencapai 1,7 juta orang atau sebesar 8,45% dari total jumlah angkatan kerjanya. Angka ini masih tergolong tinggi, meskipun jumlahnya mengalami penurunan dari Agustus tahun 2013 yang mencapai sekitar 1,8 juta.

“Jumlah angkatan kerja di Jabar hingga Agustus 2014 mencapai 21 juta orang, mengalami penambahan sekitar 400.000 orang dari periode yang sama tahun 2013 lalu. Artinya, tingkat partisipasi angkatan kerja menurun menjadi 62,7%,” katanya.

Namun begitu, komposisi angkatan kerja Jabar masih didominasi oleh sumber daya manusia berpendidikan rendah atau berpendidikan SD atau tidak lulus SD yakni mencapai 49,2%. Hanya sekitar 8,5% dari angkatan kerja yang lulusan Diploma III atau lebih tinggi.

“Dengan komposisi tersebut, wajar jika sebagian besar angkatan kerja bekerja sebagai buruh atau karyawan yakni sekitar 42,5%,” katanya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1091 seconds (0.1#10.140)