BEI Dorong Efisiensi dan Efektivitas Proses Bisnis
A
A
A
Bursa Efek Indonesia (BEI) tentusaja tidaktinggal diam dalam menyongsong pemberlakuan MEA. Satu hal yang sudah bisa dipastikan, BEI akan fokus mendorong efisiensi dan efektivitas proses bisnis di lingkunganbursaefek, danpasar modal secara keseluruhan. Langkah yang ditempuh BEI dalam mendorong efisiensi dan efektivitas proses bisnis ini bahkan telah dijabarkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2015.
Pemegang saham BEI pun telah menyetujui rencana kerja tersebut dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan Rabu, 29 Oktober 2014. Menyongsong tahun 2015, Direktur Utama BEI Ito Warsito optimistis perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh positif dan tentu saja akan berdampak positif terhadap pertumbuhan nilai investasi pasar modal Indonesia. Untuk mengoptimalkan peluang pertumbuhan tersebut, BEI berjanji untuk terus mendorong efisiensi dan efektivitas proses perdagangan.
Salah satu langkah penting dengan menyediakan infrastruktur dan sistem perdagangan semakin handal. Dengan demikian, pasar modal Indonesia bisa memenangkan persaingan di kawasan regional. Target-target tersebut ditetapkan BEI dengan mengacu pada asumsi makro ekonomi perekonomian Indonesia yang meliputi: pertumbuhan ekonomi ditargetkan pada kisaran 5,40% sampai 5,70%, laju inflasi pada kisaran 5,50–5,75%, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 6,20%, suku bunga deposito rupiah 8,20%, dan kurs rupiah Rp12.000,- per dolar AS.
Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian saham sepanjang 2015 ditargetkan BEI akan mencapai Rp7 triliun untuk total hari bursa sebanyak 245 hari. Sedangkan rata-rata volume transaksi harian Surat Berharga Negara (SBN) diproyeksikan mencapai Rp4,03 miliar dan rata-rata volume transaksi harian obligasi korporasi sekitar Rp1,71 miliar.
Sementara itu, target emiten (initial public offering/IPO) tahun depan dipatok 35 emiten, dan jumlah emiten yang akan right issue maupun menerbitkan saham bonus diproyeksikan 60 emiten. Sedangkan emisi obligasi ditargetkan datang dari 49 korporasi dan 65 seri obligasi negara. Dari sisi kinerja operasional, BEI memperkirakan bisa meraih pendapatan sebesar Rp900,93 miliar atau meningkat dibandingkan target pendapatan tahun ini sekitar Rp783,50 miliar.
Peningkatan tersebut akan ditopang oleh kenaikan pada pos pendapatan usaha sebesar 20,08% menjadi Rp787,63 triliun. Selain itu, diproyeksikan biaya usaha BEI untuk tahun 2015 adalah sebesar Rp772,73 miliar (termasuk biaya iuran OJK sebesar Rp118,15 miliar) sehingga laba sebelum pajak menjadi Rp128,21 miliar. Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp46,50 miliar maka perkiraan nilai laba bersih BEI di 2015 sebesar Rp81,71 miliar.
Pada sisi lain biaya investasi di bidang teknologi informasi dan perkantoran BEI tahun 2015 diproyeksikan sebesar Rp109,73 miliar atau turun 1,15% dibandingkan dengan RKAT 2014–Revisi yang sebesar Rp111 miliar. Penurunan ini disebabkan sebagian investasi di 2014 diproyeksikan terealisasi tahun ini sehingga tidak dianggarkan kembali untuk tahun 2015.
Pada sisi lain terdapat beberapa investasi baru di bidang teknologi informasi, antara lain sinkronisasi, optimalisasi, dan peningkatan pada beberapa bagian dari sistem perdagangan. Dengan demikian, subtotal investasi untuk sistem perdagangan tahun 2015 nanti diperkirakan akan mencapai Rp6,62 miliar. ●
*Kerja Sama Redaksi KORAN SINDO dan Bursa Efek Indonesia
Pemegang saham BEI pun telah menyetujui rencana kerja tersebut dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan Rabu, 29 Oktober 2014. Menyongsong tahun 2015, Direktur Utama BEI Ito Warsito optimistis perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh positif dan tentu saja akan berdampak positif terhadap pertumbuhan nilai investasi pasar modal Indonesia. Untuk mengoptimalkan peluang pertumbuhan tersebut, BEI berjanji untuk terus mendorong efisiensi dan efektivitas proses perdagangan.
Salah satu langkah penting dengan menyediakan infrastruktur dan sistem perdagangan semakin handal. Dengan demikian, pasar modal Indonesia bisa memenangkan persaingan di kawasan regional. Target-target tersebut ditetapkan BEI dengan mengacu pada asumsi makro ekonomi perekonomian Indonesia yang meliputi: pertumbuhan ekonomi ditargetkan pada kisaran 5,40% sampai 5,70%, laju inflasi pada kisaran 5,50–5,75%, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 6,20%, suku bunga deposito rupiah 8,20%, dan kurs rupiah Rp12.000,- per dolar AS.
Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian saham sepanjang 2015 ditargetkan BEI akan mencapai Rp7 triliun untuk total hari bursa sebanyak 245 hari. Sedangkan rata-rata volume transaksi harian Surat Berharga Negara (SBN) diproyeksikan mencapai Rp4,03 miliar dan rata-rata volume transaksi harian obligasi korporasi sekitar Rp1,71 miliar.
Sementara itu, target emiten (initial public offering/IPO) tahun depan dipatok 35 emiten, dan jumlah emiten yang akan right issue maupun menerbitkan saham bonus diproyeksikan 60 emiten. Sedangkan emisi obligasi ditargetkan datang dari 49 korporasi dan 65 seri obligasi negara. Dari sisi kinerja operasional, BEI memperkirakan bisa meraih pendapatan sebesar Rp900,93 miliar atau meningkat dibandingkan target pendapatan tahun ini sekitar Rp783,50 miliar.
Peningkatan tersebut akan ditopang oleh kenaikan pada pos pendapatan usaha sebesar 20,08% menjadi Rp787,63 triliun. Selain itu, diproyeksikan biaya usaha BEI untuk tahun 2015 adalah sebesar Rp772,73 miliar (termasuk biaya iuran OJK sebesar Rp118,15 miliar) sehingga laba sebelum pajak menjadi Rp128,21 miliar. Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp46,50 miliar maka perkiraan nilai laba bersih BEI di 2015 sebesar Rp81,71 miliar.
Pada sisi lain biaya investasi di bidang teknologi informasi dan perkantoran BEI tahun 2015 diproyeksikan sebesar Rp109,73 miliar atau turun 1,15% dibandingkan dengan RKAT 2014–Revisi yang sebesar Rp111 miliar. Penurunan ini disebabkan sebagian investasi di 2014 diproyeksikan terealisasi tahun ini sehingga tidak dianggarkan kembali untuk tahun 2015.
Pada sisi lain terdapat beberapa investasi baru di bidang teknologi informasi, antara lain sinkronisasi, optimalisasi, dan peningkatan pada beberapa bagian dari sistem perdagangan. Dengan demikian, subtotal investasi untuk sistem perdagangan tahun 2015 nanti diperkirakan akan mencapai Rp6,62 miliar. ●
*Kerja Sama Redaksi KORAN SINDO dan Bursa Efek Indonesia
(ars)