Pertamina: BBM Bersubsidi Habis Sebelum Natal
A
A
A
SURABAYA - PT Pertamina (persero) menegaskan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan habis sebelum Hari Raya Natal.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, BBM jenis premium akan habis pada 20 Desember, solar 23 Desember dan minyak tanah akan habis pada 7 Desember, sebelum hari raya umat Nasrani ini berlangsung. Hal itu sesuai dengan prognosa perseroan.
"Kita akan laporkan ini ke pemerintah dua minggu ke depan," kata Hanung saat mengecek kepastian pasokan distribusi BBM jelang kenaikan harga BBM di TBBM Surabaya, Kamis (6/11/2014).
Menurut Hanung, jika kuota BBM bersubsidi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014 sebanyak 46 juta kiloliter (kl) habis maka Pertamina akan menyediakan premium non-subsidi. Sementara untuk solar dan minyak mentah kondisinya aman.
"Penjualan tinggi biasanya di NTT (Nusa Tenggara Timur) dan NTB (Nusa Tenggara Barat) solar sampai 25-30%. Utamanya untuk Natal dan Tahun Baru ini memang besar karena even besar," katanya.
Hanung mengklaim, habisnya kuota BBM bersubsidi karena kondisi kemacetan di kota-kota besar. Pasalnya, dengan kondisi macet maka konsumsi BBM bersubsidi bisa dua kali lipat.
"Saya rasa kemacetan memberi kontribusi konsumsi naik. Macet konsumsinya bisa dua kali lipat," tandasnya.
Ke depan, lanjut Hanung, macet harus diselesaikan dengan memperbaiki infrastruktur, sehingga jika kuota BBM bersubsidi hanya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pertamina saja yang dibebankan.
"Untuk mengatasi ini maka jangka panjang solusinya adalah kenaikan harga BBM. Konsumen juga harus secara bijak menghemat BBM subsidi," tutur Hanung.
Lebih lanjut Hanung mengatakan pemerintah juga harus mengubah mekanisme pajak kepemilikan kendaraan, seperti di negara-negara maju.
"Negara-negara maju ini pakai mekanisme tax kalau lebih dari 10 tahun tidak boleh jalan. Kalau kita ini tahun 1973 saja masih jalan padahal borosnya dua kali lipat," katanya.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, BBM jenis premium akan habis pada 20 Desember, solar 23 Desember dan minyak tanah akan habis pada 7 Desember, sebelum hari raya umat Nasrani ini berlangsung. Hal itu sesuai dengan prognosa perseroan.
"Kita akan laporkan ini ke pemerintah dua minggu ke depan," kata Hanung saat mengecek kepastian pasokan distribusi BBM jelang kenaikan harga BBM di TBBM Surabaya, Kamis (6/11/2014).
Menurut Hanung, jika kuota BBM bersubsidi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014 sebanyak 46 juta kiloliter (kl) habis maka Pertamina akan menyediakan premium non-subsidi. Sementara untuk solar dan minyak mentah kondisinya aman.
"Penjualan tinggi biasanya di NTT (Nusa Tenggara Timur) dan NTB (Nusa Tenggara Barat) solar sampai 25-30%. Utamanya untuk Natal dan Tahun Baru ini memang besar karena even besar," katanya.
Hanung mengklaim, habisnya kuota BBM bersubsidi karena kondisi kemacetan di kota-kota besar. Pasalnya, dengan kondisi macet maka konsumsi BBM bersubsidi bisa dua kali lipat.
"Saya rasa kemacetan memberi kontribusi konsumsi naik. Macet konsumsinya bisa dua kali lipat," tandasnya.
Ke depan, lanjut Hanung, macet harus diselesaikan dengan memperbaiki infrastruktur, sehingga jika kuota BBM bersubsidi hanya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pertamina saja yang dibebankan.
"Untuk mengatasi ini maka jangka panjang solusinya adalah kenaikan harga BBM. Konsumen juga harus secara bijak menghemat BBM subsidi," tutur Hanung.
Lebih lanjut Hanung mengatakan pemerintah juga harus mengubah mekanisme pajak kepemilikan kendaraan, seperti di negara-negara maju.
"Negara-negara maju ini pakai mekanisme tax kalau lebih dari 10 tahun tidak boleh jalan. Kalau kita ini tahun 1973 saja masih jalan padahal borosnya dua kali lipat," katanya.
(rna)