Ekspor CPO Tahun Ini Diprediksi Turun

Jum'at, 07 November 2014 - 13:26 WIB
Ekspor CPO Tahun Ini Diprediksi Turun
Ekspor CPO Tahun Ini Diprediksi Turun
A A A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi total ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO) dan produk turunannya tahun ini lebih rendah jika dibandingkan tahun lalu. Faktor produksi dinilai menjadi pemicu utama penurunan ekspor ini.

“Ekspor sangat terkait dengan jumlah produksi, di mana tahun ini kemungkinan juga lebih rendah jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai 19,7 juta ton,” kata Sekretaris Jenderal Gapki Joko Supriyono pada konferensi pers pelaksanaan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) di Jakarta kemarin.

Penurunan produksi ini sebagai dampak terjadinya El Nino atau musim kemarau berkepanjangan yang melanda di sebagian besar wilayah di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan tanaman kelapa sawit tidak bisa berbuah secara maksimal. Joko tidak bisa menyebutkan secara pasti jumlah penurunan ekspor ini. Namun, dia memperkirakan jumlahnya tidak akan melebihi total ekspor tahun lalu yang mencapai 19,7 juta ton.

“Kita masih ada tiga bulan, tapi sepertinya totalnya tidak akan mencapai 19,7 juta ton,” ujarnya. Beberapa indikasi penurunan ekspor itu bisa dilihat dari India yang mengurangi permintaan CPO. Negara ini kini lebih banyak mengimpor kedelai dari Amerika untuk kemudian diolah sendiri untuk dijadikan minyak nabati.

“Cara ini kata mereka dinilai lebih murah ketimbang mengimpor CPO. Apalagi Pemerintah India menerapkan bea masuk (BM) CPO,” kata Joko. Diketahui, ekspor CPO dan turunannya pada semester I/2014 mencapai 9,8 juta ton atau turun 7,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 10,6 juta ton. Selain karena faktor produksi, penurunan ini akibat berkurangnya permintaan India yang cukup besar mencapai 37%.

Dari 3,39 juta ton semester I/2013 melorot menjadi 2,12 juta ton pada semester I/2014. Di sisi lain, Joko mengungkapkan, dari tahun ke tahun daya saing CPO dengan minyak nabati lain kian menurun. Selisih harga jual CPO dengan minyak nabati pada 10 tahun lalu sekitar USD200 per ton. Namun, saat ini selisih harga kedua komoditas tersebut semakin tipis menjadi USD90 per ton.

“Artinya, daya saing minyak sawit digerogoti dari tahun ke tahun. Ini harus dijaga supaya dapat bersaing dengan minyak nabati lain,” tandasnya. Selama ini negara konsumen menilai minyak sawit paling murah harganya dibandingkan minyak nabati lain, seperti minyak kedelai atau rapeseed . Jika harga minyak sawit semakin mahal dan tidak kompetitif, bisa jadi pasar tidak akan memilihnya dan beralih ke minyak nabati lain.

Oleh karena itu, pemerintah harus meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki daya saing tersebut, yakni dengan pengembangan infrastruktur, pertanahan, serta kebijakan ketenagakerjaan.

Selain itu, serapan CPO di dalam negeri juga harus diperbanyak. Salah satu caranya yakni dengan memperbesar kuota biodiesel. “Jika serapan CPO dalam negeri ditambah, otomatis akan mengurangi supply CPO ke pasaran dunia. Dengan demikian harga CPO juga akan makin baik,” katanya.

Upaya peningkatan daya saing minyak sawit nasional tersebut merupakan salah satu persoalan yang akan dibahas dalam IPOC yang diselenggarakan di Bandung pada 26-28 November 2014 mendatang. Konferensi tentang kelapa sawit terbesar di dunia tersebut akan dihadiri sekitar 1.500 peserta dari 36 negara.

Menurut KetuaPanitia 10th IPOC and 2015 Price Outlook, Mona Surya, konferensi ini akan fokus pada pembahasan bagaimana meningkatkan dan menguatkan daya saing dalam rangka transformasi industri sawit ke level berikutnya. Selain itu, tren pasar global dan proyeksi harga minyak sawit untuk tahun berikutnya.

Mona menyatakan, konferensi ini rencananya dibuka Presiden Joko Widodo serta ditutup Wapres Jusuf Kalla. Pembicaranya antara lain Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan, dan Menteri Perencanaan Pembangunan/Bappenas Andrinof Chaniago.

Sudarsono
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6812 seconds (0.1#10.140)