2015, Kredit Tumbuh 15%

Senin, 10 November 2014 - 11:48 WIB
2015, Kredit Tumbuh 15%
2015, Kredit Tumbuh 15%
A A A
YOGYAKARTA - Pertumbuhan kredit perbankan pada tahun depan diyakini masih potensial dan mencapai 15%. Hal ini didukung proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang dapat mencapai 6%.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk Cyrillus Harinowo mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 5,8% menyebabkan pertumbuhan kredit bisa lebih baik dibandingkan tahun ini. Pertumbuhan kredit bisa mencapai 15% untuk BCA atau industri secara umum. Sektor korporasi merupakan potensi penyaluran kredit karena dinilai akan menjadi motor penggerak pembangunan.

“Pertumbuhan ekonomi nasional dapat mencapai 6% karena didorongterbangunnya konektivitas dan membaiknya kinerja industri. Saya yakin 5,8% dapat terlampaui dan mampu mencapai 6%. Karena, sering fakta pertumbuhan di masyarakat melampaui data BPS,” ujar Cyrillus dalam diskusi perbankan di Yogyakarta akhir pekan lalu.

Dia mengatakan, potensi sektor korporasi akan semakin besar untuk mendongkrak penyaluran kredit. Termasuk, Bank BCA yang siap melayani kredit infrastruktur dan bersaing dengan perbankan asing. Kondisi korporasi domestik mencatat tren positif dalam pengembalian pinjaman perbankan. Pinjaman sindikasi antarbank diprediksi akan semakin marak karena pemerintah yang mulai gencar membangun infrastruktur.

”Bahkan, Bank Pembangunan Daerah (BPD) juga kerap ikut ambil bagian dalam sindikasi. BPD mulai menunjukkan kemampuan dalam kredit infrastruktur. Jadi, tidak benar korporasi penyebab rasio likuiditas perbankan yang mencapai 90% saat ini,” ujarnya. Tren loan to depocit ratio (LDR) yang mencapai 90% diakuinya cukup menjadi tantangan. Karena, aturan LDR menyebabkan perbankan tidak bisa secara agresif meningkatkan kredit.

Sehingga, solusinya pengumpulan dana masyarakat harus dilakukan dengan cepat. “Aturan batas LDR yang menjadi 92% menahan perbankan untuk memberikan kredit secara agresif. Namun demi mendapatkan simpanan, bank harus bersaing dengan instrumen keuangan dari pemerintah yang juga membutuhkan dana masyarakat,” paparnya. Dia memperkirakan, tahun depan bank dan pemerintah akan saling berebut dana masyarakat.

Pemerintah akan mencari dana untuk pembangunan dengan menerbitkan obligasi atau suratutang, sementarabankjuga akan berebut dana pihak ketiga. Ironisnya, masih banyak danadana masyarakat yang disimpan di luar negeri. “Jika pemerintah memiliki instrumen untuk menarik dana-dana di luar negeri, hal ini membuat DPK bank-bank semakin tinggi. Dengan begitu, bank lebih leluasa melakukan ekspansi kredit,” ujarnya.

Harinowo mengatakan, pemerintah bisa melakukan instrumen amnesti perpajakan dengan mengurangi pajak di tahun pertama ketika korporasi atau nasabah menyimpan uang di dalam negeri. Misalnya, di tahun pertama pajak hanya dikenakan 1%. Selanjutnya, di tahun berikutnya, pajak bisa disesuaikan namun tidak setinggi saat ini. Jika selama ini nasabah gemar menyimpan dana di Singapura karena pajaknya rendah, pajak di Indonesia juga bisa menyesuaikan dengan pajak di Singapura.

Agar pendapatan negara tidak hilang, pemerintah bisa meningkatkan pajak pertambahan nilai. Hingga kuartal tiga tahun ini Bank BCA mencatatkan portofolio kredit meningkat 10,6% atau Rp31,7 triliun menjadi Rp330,7 triliun pada akhir September 2014. Pertumbuhan portofolio kredit terutama berasal dari kredit untuk pembiayaan bisnis (kredit korporasi, komersial & UKM) yang berkontribusi 85,5% dari total pertumbuhan portofolio kredit.

Kredit korporasi tercatat sebesar Rp 112,5 triliun pada akhir September 2014, naik 13,7%. Sementara itu, kredit komersial & UKM tumbuh 11,8% menjadi Rp128,5 triliun. Kredit konsumer pun tumbuh 5,4% menjadi Rp89,7 triliun. Sedangkan, kemampuan pendanaan solid berhasil dipertahankan dengan dana pihak ketiga tercatat sebesar Rp432,0 triliun, naik 7,9%.

Saldo dana rekening transaksi (giro dan tabungan atau CASA) merupakan porsi utama dana pihak ketiga yaitu sebesar 76,2% dari total dana pihak ketiga. Dana CASA meningkat 2,2% menjadi Rp329,2 triliun.

Dana giro naik 2,4% menjadi Rp106,3 triliun, sementara dana tabungan tumbuh 2,1% menjadi Rp222,9 triliun. BCA mencatat pertumbuhan signifikan pada dana deposito sebesar 31,4% menjadi Rp102,8 triliun.

Hafid fuad
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9227 seconds (0.1#10.140)