Pertamina Siap Swasembada Energi
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina menyatakan, Indonesia siap swasembada energi dalam lima sampai enam tahun mendatang. Plt Direktur Utama Pertamina Muhamad Husen mengatakan, Pertamina sudah menyusun road map untuk mencapai target kemandirian energi itu.
Kemandirian energi ini bertumpu pada peningkatan produksi minyak mentah dan diversifikasi energi. Demi menggenjot produksi, Pertamina akan gencar ekspansi ke luar negeri, meningkatkan produksi dari lapangan existing, serta merawat lapangan tua seperti memperbaiki pipa.
“Ini semua harus dikerjakan. Itu upayanya. Lalu mengurangi sebagian pemakaian BBM dengan melakukan konversi BBM ke BBG (bahan bakar gas),” kata Husen di Jakarta kemarin. Menurut Husen, Pertamina saat ini baru ekspansi di dua negara di kawasan Timur Tengah, yakni Aljazair dan Iran, yang masing-masing menghasilkan 21.000 dan 40.000 barel perhari.
Pertamina pun masih berencana ekspansi ke negara lainlain. Husen mengungkapkan, Pertamina sudah memiliki tim khusus setingkat deputi direktur yang ditugaskan khusus mencari peluang di luar negeri. Tim tersebut sudah melihat beberapa kemungkinan untuk dijajaki, seperti di Afrika dan Venezuela. Di kawasan Asia Tenggara, Pertamina juga berencana ekspansi ke Malaysia dan Vietnam.
Sementara demi meningkatkan produksi dari lapangan existing di dalam negeri, Pertamina akan menerapkan program enhanced oil recovery (EOR) yang bisa meningkatkan produksi sekitar 100.000 barel setara minyak per hari. “Selainitu, kami pun semakin giat melakukan eksploras iuntuk menambah cadangan baru sehingga produksi ke depan bisa terus ditingkatkan,” ujar Husen.
Husen berharap pemerintah segera memberikan pengelolaan Blok Mahakam ke Pertamina untuk menggenjot produksi. Pertamina segera memasukkan proposal rencana pengoperasian Blok Mahakam ke pemerintah dalam waktu dekat ini. “Tahun ini juga targetnya,” kata Husen. Bila seluruh program bisa berjalan, Pertamina bisa memproduksi hingga 2,2 juta barel setara minyak per hari (boepd) pada 2025. Ditargetkan, lima tahun mendatang produksi mencapai 800.000 boepd, sehingga sudah bisa swasembada energi.
BUMN Butuh Pasokan Gas dari PHE ONWJ
Sementara, sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jawa-Barat, DKI, dan Banten mengaku belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap suplai gas dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Jika produksi gas ONWJ turun dan suplai gas terganggu, hampir dipastikan banyak perusahaan yang bakal merugi, bahkan ikut terhenti produksinya.
Terlebih, saat ini hampir semua industri yang dikelola BUMN dan swasta telah melakukan konversi bahan bakar dari minyak bumi ke gas. Direktur PT Pupuk Kujang Dana Sudjana mengungkapkan, suplai gas ONWJ saat ini sangat diandalkan sebagai bahan bakar untuk memproduksi pupuk di perusahaannya.
“Kalau ONWJ terganggu, apalagi terhenti produksinya, pabrik kami bisa mati. Sebab, kita sangat bergantung pada suplai gas ONWJ,” ujarnya di Jakarta kemarin. Hal senada diungkapkan Kepala Minyak dan Gas Bumi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Suryadi. Menurut dia, pascakonversi bahan bakar industri dari minyak bumi ke LNG, PLN bergantung sepenuhnya pada suplai gas ONWJ.
Ia tak bisa membayangkan jika Pelabuhan Cilamaya jadi dibangun, tidak ada antisipasi yang bisa dilakukan PLN untuk menjaga kinerja produksinya. Menurut Suryadi, jika pembangunan Pelabuhan Cilamaya dipaksakan oleh Pemerintah, maka Jakarta dan sekitarnya bisa gelap gulita.
“Kami sangat memerlukan ONWJ. Tapi, saya tidak mau komentar (soal pelabuhan Cilamaya). Itu merupakan keputusan pemerintah,” imbuhnya.
Sudarsono / Anton c
Kemandirian energi ini bertumpu pada peningkatan produksi minyak mentah dan diversifikasi energi. Demi menggenjot produksi, Pertamina akan gencar ekspansi ke luar negeri, meningkatkan produksi dari lapangan existing, serta merawat lapangan tua seperti memperbaiki pipa.
“Ini semua harus dikerjakan. Itu upayanya. Lalu mengurangi sebagian pemakaian BBM dengan melakukan konversi BBM ke BBG (bahan bakar gas),” kata Husen di Jakarta kemarin. Menurut Husen, Pertamina saat ini baru ekspansi di dua negara di kawasan Timur Tengah, yakni Aljazair dan Iran, yang masing-masing menghasilkan 21.000 dan 40.000 barel perhari.
Pertamina pun masih berencana ekspansi ke negara lainlain. Husen mengungkapkan, Pertamina sudah memiliki tim khusus setingkat deputi direktur yang ditugaskan khusus mencari peluang di luar negeri. Tim tersebut sudah melihat beberapa kemungkinan untuk dijajaki, seperti di Afrika dan Venezuela. Di kawasan Asia Tenggara, Pertamina juga berencana ekspansi ke Malaysia dan Vietnam.
Sementara demi meningkatkan produksi dari lapangan existing di dalam negeri, Pertamina akan menerapkan program enhanced oil recovery (EOR) yang bisa meningkatkan produksi sekitar 100.000 barel setara minyak per hari. “Selainitu, kami pun semakin giat melakukan eksploras iuntuk menambah cadangan baru sehingga produksi ke depan bisa terus ditingkatkan,” ujar Husen.
Husen berharap pemerintah segera memberikan pengelolaan Blok Mahakam ke Pertamina untuk menggenjot produksi. Pertamina segera memasukkan proposal rencana pengoperasian Blok Mahakam ke pemerintah dalam waktu dekat ini. “Tahun ini juga targetnya,” kata Husen. Bila seluruh program bisa berjalan, Pertamina bisa memproduksi hingga 2,2 juta barel setara minyak per hari (boepd) pada 2025. Ditargetkan, lima tahun mendatang produksi mencapai 800.000 boepd, sehingga sudah bisa swasembada energi.
BUMN Butuh Pasokan Gas dari PHE ONWJ
Sementara, sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jawa-Barat, DKI, dan Banten mengaku belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap suplai gas dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Jika produksi gas ONWJ turun dan suplai gas terganggu, hampir dipastikan banyak perusahaan yang bakal merugi, bahkan ikut terhenti produksinya.
Terlebih, saat ini hampir semua industri yang dikelola BUMN dan swasta telah melakukan konversi bahan bakar dari minyak bumi ke gas. Direktur PT Pupuk Kujang Dana Sudjana mengungkapkan, suplai gas ONWJ saat ini sangat diandalkan sebagai bahan bakar untuk memproduksi pupuk di perusahaannya.
“Kalau ONWJ terganggu, apalagi terhenti produksinya, pabrik kami bisa mati. Sebab, kita sangat bergantung pada suplai gas ONWJ,” ujarnya di Jakarta kemarin. Hal senada diungkapkan Kepala Minyak dan Gas Bumi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Suryadi. Menurut dia, pascakonversi bahan bakar industri dari minyak bumi ke LNG, PLN bergantung sepenuhnya pada suplai gas ONWJ.
Ia tak bisa membayangkan jika Pelabuhan Cilamaya jadi dibangun, tidak ada antisipasi yang bisa dilakukan PLN untuk menjaga kinerja produksinya. Menurut Suryadi, jika pembangunan Pelabuhan Cilamaya dipaksakan oleh Pemerintah, maka Jakarta dan sekitarnya bisa gelap gulita.
“Kami sangat memerlukan ONWJ. Tapi, saya tidak mau komentar (soal pelabuhan Cilamaya). Itu merupakan keputusan pemerintah,” imbuhnya.
Sudarsono / Anton c
(ars)