Rusia Diperingatkan Soal Bencana Demografis, Efeknya Mengerikan ke Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonomi Rusia dibayangi bencana demografis yang efeknya mengerikan hingga bisa membuat populasi negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin itu berkurang setengahnya pada akhir abad ini. Peringatan soal masalah demografis ini diungkapkan oleh Atlantic Council.
Dalam laporan lembaga think tank yang berbasis di Washington, DC, dan ditulis oleh Harley Balzer, seorang profesor emeritus di Universitas Georgetown menunjukkan, penurunan populasi Rusia sudah berlangsung lama. Sementara menurut data Bank Dunia, pertumbuhan populasi Rusia secara keseluruhan telah menyusut dalam 10 tahun terakhir.
Penurunan populasi juga semakin diperburuk oleh pecahnya perang Rusia-Ukraina. Lebih dari 300.000 tentara Rusia telah tewas atau terluka pada akhir 2023, berdasarkan perkiraan pejabat intelijen AS. Lalu disebutkan juga ada sekitar satu juta orang Rusia melarikan diri dari negara itu setelah Vladimir Putin memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina .
Tren demografis menimbulkan masalah bagi ekonomi Rusia, yang sebelumnya sudah mengalami kekurangan pekerja yang cukup parah. Pada akhir tahun 2023, Rusia kekurangan 5 juta pekerja yang menyentuh rekor terbesar, menurut perkiraan dari Russian Academy of Science's Institute of Economics.
Dihantam krisis pekerja membuat Rusia telah beralih ke tenaga kerja migran dan bahkan memakai para narapidana untuk menambah tenaga kerjanya. "Tetapi itu bukan solusi berkelanjutan untuk masalah populasinya," kata Balzer seperti dilansir Bloomberg.
"Pemerintah Putin belum menunjukkan kekhawatiran bahwa populasi Rusia mungkin dipotong setengah pada akhir abad. Kecuali para pemimpin Rusia dapat mengembangkan dan membiayai serangkaian kebijakan yang lebih efektif, satu-satunya solusi untuk penurunan populasi adalah kombinasi dari memasukkan wilayah non-Rusia dan/atau imigrasi dari Asia dan Afrika," kata Balzer dalam laporannya.
"Karena populasi Rusia terus menurun, imigran akan semakin penting untuk pemulihan ekonomi," tambahnya.
Para ahli mengatakan populasi yang menyusut dapat mengakibatkan beberapa masalah bagi ekonomi Rusia, seperti menyusutnya pertumbuhan dan produktivitas. The Atlantic Council sebelumnya memperkirakan bahwa pada tahun 2026, ekonomi Rusia bisa tertinggal dari Indonesia yang populasinya meningkat.
"Putin dihadapkan pilihan terkait agresi militer di Ukraina, mungkin mencerminkan pemahaman bahwa situasi demografis (dan ekonomi) Rusia tidak akan membaik dalam dua dekade ke depan. Namun, perang mengubah krisis yang berkembang menjadi bencana," kata laporan baru-baru ini.
Ekonomi Rusia tidak berada pada pijakan yang kokoh sejak awal, terutama karena invasinya ke Ukraina tumbuh lebih mahal dan merusak hubungan ekonominya dengan pasar global. Seorang ekonom UC Berkeley sebelumnya mengatakan kepada Business Insider, bahwa Moskow berada di jalur untuk jatuh ke dalam resesi parah pada akhir tahun, menunjuk pada perdagangan energi Rusia yang runtuh dan memudarnya akses ke dolar AS.
Dalam laporan lembaga think tank yang berbasis di Washington, DC, dan ditulis oleh Harley Balzer, seorang profesor emeritus di Universitas Georgetown menunjukkan, penurunan populasi Rusia sudah berlangsung lama. Sementara menurut data Bank Dunia, pertumbuhan populasi Rusia secara keseluruhan telah menyusut dalam 10 tahun terakhir.
Penurunan populasi juga semakin diperburuk oleh pecahnya perang Rusia-Ukraina. Lebih dari 300.000 tentara Rusia telah tewas atau terluka pada akhir 2023, berdasarkan perkiraan pejabat intelijen AS. Lalu disebutkan juga ada sekitar satu juta orang Rusia melarikan diri dari negara itu setelah Vladimir Putin memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina .
Tren demografis menimbulkan masalah bagi ekonomi Rusia, yang sebelumnya sudah mengalami kekurangan pekerja yang cukup parah. Pada akhir tahun 2023, Rusia kekurangan 5 juta pekerja yang menyentuh rekor terbesar, menurut perkiraan dari Russian Academy of Science's Institute of Economics.
Dihantam krisis pekerja membuat Rusia telah beralih ke tenaga kerja migran dan bahkan memakai para narapidana untuk menambah tenaga kerjanya. "Tetapi itu bukan solusi berkelanjutan untuk masalah populasinya," kata Balzer seperti dilansir Bloomberg.
"Pemerintah Putin belum menunjukkan kekhawatiran bahwa populasi Rusia mungkin dipotong setengah pada akhir abad. Kecuali para pemimpin Rusia dapat mengembangkan dan membiayai serangkaian kebijakan yang lebih efektif, satu-satunya solusi untuk penurunan populasi adalah kombinasi dari memasukkan wilayah non-Rusia dan/atau imigrasi dari Asia dan Afrika," kata Balzer dalam laporannya.
"Karena populasi Rusia terus menurun, imigran akan semakin penting untuk pemulihan ekonomi," tambahnya.
Para ahli mengatakan populasi yang menyusut dapat mengakibatkan beberapa masalah bagi ekonomi Rusia, seperti menyusutnya pertumbuhan dan produktivitas. The Atlantic Council sebelumnya memperkirakan bahwa pada tahun 2026, ekonomi Rusia bisa tertinggal dari Indonesia yang populasinya meningkat.
"Putin dihadapkan pilihan terkait agresi militer di Ukraina, mungkin mencerminkan pemahaman bahwa situasi demografis (dan ekonomi) Rusia tidak akan membaik dalam dua dekade ke depan. Namun, perang mengubah krisis yang berkembang menjadi bencana," kata laporan baru-baru ini.
Ekonomi Rusia tidak berada pada pijakan yang kokoh sejak awal, terutama karena invasinya ke Ukraina tumbuh lebih mahal dan merusak hubungan ekonominya dengan pasar global. Seorang ekonom UC Berkeley sebelumnya mengatakan kepada Business Insider, bahwa Moskow berada di jalur untuk jatuh ke dalam resesi parah pada akhir tahun, menunjuk pada perdagangan energi Rusia yang runtuh dan memudarnya akses ke dolar AS.
(akr)