BI Siaga Penuh Antisipasi Kenaikan BBM
A
A
A
BANDUNG - Bank Indonesia (BI) siaga penuh menjelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang kemungkinan besar akan dilakukan pada bulan ini. Namun begitu, pengaruh kenaikan harga BBM terhadap inflasi diperkirakan tidak akan berlangsung terlalu lama.
"Tekanan terhadap inflasi karena kenaikan harga BBM nanti diprediksi hanya akan berlangsung selama tiga bulan. Setelah itu, tekanannya akan menghilang," ungkap Gubernur BI Agus Martowardodjo kepada wartawan di Kantor Perwakilan VI BI wilayah Jabar jalan Braga Bandung, Selasa (11/11/2014).
Untuk mengantisipasi tekanan inflasi yang terlalu tinggi, pihaknya bekerja sama dan berkoordinasi dengan pemerintah melalui menteri keuangan, menko perekonomian, dan lain-lain.
Adapun tekanan inflasi hingga Oktober 2014 di hampir seluruh daerah mengalami sedikit peningkatan sebagai dampak lanjutan kenaikan tarif listrik dan LPG 12 kilogram. Beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Banten, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara mencatat tingkat inflasi yang cukup tinggi di kisaran 6%-7% (yoy).
"Tekanan inflasi volatile food di berbagai daerah relatif meningkat seiring masuknya masa tanam di tengah kondisi kekeringan yang semakin meningkat akibat kemarau berkepanjangan," katanya.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan, dampak dari kenaikan BBM terhadap tekanan inflasi diperkirakan sekitar 1,2%-1,5% per kenaikan Rp1000/liter.
"Kemungkinan tambahan angka inflasi 1,2%-1,5% harus benar-benar diantisipasi. Meskipun perkiraan pengaruhnya hanya berlangsung tiga bulan, selebihnya akan kembali normal," katanya.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya sudah meminta TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) untuk melakukan rapat membahas persiapan dan antisipasi dampak kenaikan harga BBM.
"Bagaimana langkah daerah jika kuota BBM bersubsidi sudah habis sebelum tahun ini berakhir. Apakah nantinya daerah melakukan penghematan kuota sampai akhir tahun dengan skema tertentu," katanya.
Dia memprediksi, dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun ini bisa lebih terkendali dengan catatan kenaikan tarif angkutan dalam kota rata-rata kurang dari 30%.
"Kita juga harus bisa memastikan distribusi pangan bisa terjaga. Selain itu, e-payment juga perlu terus dioptimalkan. Agar tidak hanya mitigasi inflasi, cash transfer juga bisa mitigasi," imbuhnya.
"Tekanan terhadap inflasi karena kenaikan harga BBM nanti diprediksi hanya akan berlangsung selama tiga bulan. Setelah itu, tekanannya akan menghilang," ungkap Gubernur BI Agus Martowardodjo kepada wartawan di Kantor Perwakilan VI BI wilayah Jabar jalan Braga Bandung, Selasa (11/11/2014).
Untuk mengantisipasi tekanan inflasi yang terlalu tinggi, pihaknya bekerja sama dan berkoordinasi dengan pemerintah melalui menteri keuangan, menko perekonomian, dan lain-lain.
Adapun tekanan inflasi hingga Oktober 2014 di hampir seluruh daerah mengalami sedikit peningkatan sebagai dampak lanjutan kenaikan tarif listrik dan LPG 12 kilogram. Beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Banten, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara mencatat tingkat inflasi yang cukup tinggi di kisaran 6%-7% (yoy).
"Tekanan inflasi volatile food di berbagai daerah relatif meningkat seiring masuknya masa tanam di tengah kondisi kekeringan yang semakin meningkat akibat kemarau berkepanjangan," katanya.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan, dampak dari kenaikan BBM terhadap tekanan inflasi diperkirakan sekitar 1,2%-1,5% per kenaikan Rp1000/liter.
"Kemungkinan tambahan angka inflasi 1,2%-1,5% harus benar-benar diantisipasi. Meskipun perkiraan pengaruhnya hanya berlangsung tiga bulan, selebihnya akan kembali normal," katanya.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya sudah meminta TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) untuk melakukan rapat membahas persiapan dan antisipasi dampak kenaikan harga BBM.
"Bagaimana langkah daerah jika kuota BBM bersubsidi sudah habis sebelum tahun ini berakhir. Apakah nantinya daerah melakukan penghematan kuota sampai akhir tahun dengan skema tertentu," katanya.
Dia memprediksi, dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun ini bisa lebih terkendali dengan catatan kenaikan tarif angkutan dalam kota rata-rata kurang dari 30%.
"Kita juga harus bisa memastikan distribusi pangan bisa terjaga. Selain itu, e-payment juga perlu terus dioptimalkan. Agar tidak hanya mitigasi inflasi, cash transfer juga bisa mitigasi," imbuhnya.
(gpr)