Neraca Pembayaran RI Kuartal III Surplus Rp79,43 T
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) berhasil mengurangi tekanan terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), sehingga pada kuartal III/2014 surplus sebesar USD6,5 miliar atau sekitar Rp79,43 triliun (kurs Rp12.221/USD).
Angka tersebut meningkat dari kuartal sebelumnya yang sebesar USD4,3 miliar. Perbaikan kinerja NPI ini ditopang oleh menyempitnya defisit transaksi berjalan (TB) dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sehingga dapat dibiayai sepenuhnya oleh surplus transaksi modal dan finansial (TMF).
Kepala Departemen Statistik BI Hendi Sulistyowati mengatakan, defisit transaksi berjalan pada kuartal III/2014 sebesar USD6,8 miliar (3,07% PDB).
Bahkan, lebih rendah dibanding defisit USD8,7 miliar (4,06% PDB) pada kuartal II/2014 dan defisit pada periode sama 2013 sebesar USD8,6 miliar (3,89% PDB).
Dia mengungkapkan, penurunan defisit TB terutama didukung berbaliknya neraca perdagangan barang dari defisit menjadi surplus, dipengaruhi meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menyempitnya defisit neraca perdagangan migas.
"Perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama didukung neraca perdagangan barang yang surplus. Seiring meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas, di tengah defisit neraca perdagangan migas yang tetap besar," katanya saat bincang bersama media di Jakarta, Jumat (14/11/2014).
Menurut Hendi, meningkatnya surplus neraca nonmigas terutama didorong menurunnya impor nonmigas. Khususnya impor bahan baku, sejalan dengan moderasi permintaan domestik.
Sementara, perbaikan neraca perdagangan migas disebabkan turunnya impor mentah sejalan meningkatnya pasokan minyak mentah dalam negeri, mengikuti kenaikan lifting minyak di kuartal III/2014.
Secara tahunan, impor nonmigas pada kuartal III/2014 masih terkontraksi 2,7%. Ekspor produk primer yang meningkat, antara lain karena mulai pulihnya ekspor mineral pasca keluarnya izin ekspor mineral mentah, juga memberikan kontribusi terhadap perbaikan surplus nonmigas.
Meskipun, lanjut dia, ekspor nonmigas secara keseluruhan masih mencatat penurunan.
Penurunan impor nonmigas pada kuartal III/2014 terutama dipengaruhi turunnya impor asal China, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Malaysia.
Secara kuartalan menurun, namun secara tahunan ekspor nonmigas pada kuartal III/2014 kembali tumbuh positif 3,1% setelah dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan.
Pertumbuhan ekspor nonmigas tersebut ditopang kenaikan harga ekspor dan perbaikan permintaan ekspor, terutama minyak nabati dan produk manufaktur.
Hendi mengungkapkan, di sisi migas, besarnya defisit neraca perdagangan migas pada kuartal III/2014 dipengaruhi masih tingginya impor migas, di tengah ekspor minyak yang menurun seiring turunnya harga minyak dunia.
Selain itu, berkurangnya tekanan defisit transaksi berjalan dipengaruhi pola musiman defisit neraca jasa dan pendapatan primer yang lebih rendah.
Sejalan dengan surplus NPI dalam jumlah yang signifikan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September 2014 meningkat menjadi USD111,2 miliar dari USD107,7 miliar pada akhir kuartal II/2014.
"Jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6,3 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional," pungkasnya.
Angka tersebut meningkat dari kuartal sebelumnya yang sebesar USD4,3 miliar. Perbaikan kinerja NPI ini ditopang oleh menyempitnya defisit transaksi berjalan (TB) dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sehingga dapat dibiayai sepenuhnya oleh surplus transaksi modal dan finansial (TMF).
Kepala Departemen Statistik BI Hendi Sulistyowati mengatakan, defisit transaksi berjalan pada kuartal III/2014 sebesar USD6,8 miliar (3,07% PDB).
Bahkan, lebih rendah dibanding defisit USD8,7 miliar (4,06% PDB) pada kuartal II/2014 dan defisit pada periode sama 2013 sebesar USD8,6 miliar (3,89% PDB).
Dia mengungkapkan, penurunan defisit TB terutama didukung berbaliknya neraca perdagangan barang dari defisit menjadi surplus, dipengaruhi meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menyempitnya defisit neraca perdagangan migas.
"Perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama didukung neraca perdagangan barang yang surplus. Seiring meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas, di tengah defisit neraca perdagangan migas yang tetap besar," katanya saat bincang bersama media di Jakarta, Jumat (14/11/2014).
Menurut Hendi, meningkatnya surplus neraca nonmigas terutama didorong menurunnya impor nonmigas. Khususnya impor bahan baku, sejalan dengan moderasi permintaan domestik.
Sementara, perbaikan neraca perdagangan migas disebabkan turunnya impor mentah sejalan meningkatnya pasokan minyak mentah dalam negeri, mengikuti kenaikan lifting minyak di kuartal III/2014.
Secara tahunan, impor nonmigas pada kuartal III/2014 masih terkontraksi 2,7%. Ekspor produk primer yang meningkat, antara lain karena mulai pulihnya ekspor mineral pasca keluarnya izin ekspor mineral mentah, juga memberikan kontribusi terhadap perbaikan surplus nonmigas.
Meskipun, lanjut dia, ekspor nonmigas secara keseluruhan masih mencatat penurunan.
Penurunan impor nonmigas pada kuartal III/2014 terutama dipengaruhi turunnya impor asal China, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Malaysia.
Secara kuartalan menurun, namun secara tahunan ekspor nonmigas pada kuartal III/2014 kembali tumbuh positif 3,1% setelah dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan.
Pertumbuhan ekspor nonmigas tersebut ditopang kenaikan harga ekspor dan perbaikan permintaan ekspor, terutama minyak nabati dan produk manufaktur.
Hendi mengungkapkan, di sisi migas, besarnya defisit neraca perdagangan migas pada kuartal III/2014 dipengaruhi masih tingginya impor migas, di tengah ekspor minyak yang menurun seiring turunnya harga minyak dunia.
Selain itu, berkurangnya tekanan defisit transaksi berjalan dipengaruhi pola musiman defisit neraca jasa dan pendapatan primer yang lebih rendah.
Sejalan dengan surplus NPI dalam jumlah yang signifikan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September 2014 meningkat menjadi USD111,2 miliar dari USD107,7 miliar pada akhir kuartal II/2014.
"Jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6,3 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional," pungkasnya.
(izz)