Properti Megah di Segitiga Emas

Rabu, 19 November 2014 - 11:09 WIB
Properti Megah di Segitiga Emas
Properti Megah di Segitiga Emas
A A A
Segitiga Emas Jakarta adalah tambang emas bisnis properti nasional. Kawasan yang terdiri dari Jalan Thamrin-Jalan Sudirman, Jalan Gatot Subroto, dan Jalan Rasuna Said itu kini dijejali gedung-gedung jangkung paling mentereng di Indonesia, baik berupa perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, maupun apartemen.

Tak dapat dimungkiri Segitiga Emas Jakarta kini menjelma sebagai pusat bisnis yang bertumpu pada jasa keuangan, pusat perkantoran, hotel, entertainment,dan belakangan menjadi pusat ritel bergengsi.

Tak salah jika para pengembang berusaha untuk menancapkan proyeknya di kawasan ini. Seperti halnya Gunung Sewu Group melalui PT Fairpoint, anak usahanya di bidang properti, telah melakukan peletakan batu pertama proyek The Hundred di Central Business District (CBD) Mega Kuningan, Jakarta. Proyek senilai Rp3,5 triliun tersebut dijadwalkan selesai secara bertahap, yaitu pada pertengahan 2018 dan awal 2019.

The Hundred akan mengalokasikan 50.000 meter persegi untuk membangun 26 lantai gedung perkantoran internasional gradeA. Sedangkan, apartemen akan dibangun setinggi 24 lantai dengan kapasitas 120 unit kamar atau seluas 30.000 meter persegi. Dengan luas yang sama, Farpoint menyiapkan hotel mewah So Sofitel berkapasitas 212 kamar. So Sofitel merupakan segmen hotel tertinggi yang dimiliki operator hotel asal Prancis, Accor.

Terakhir, akan terdapat green urban plaza seluas 2.500 m2eter persegi yang merupakan ruang terbuka hijau untuk publik dengan fasilitas alfresco dining dan berbagai ritel F&B . “Target penyewa unit kantor di The Hundred adalah perusahaan multinasional dan lokal yang peduli akan isu lingkungan dan hemat energi. Pasalnya, seluruh rancangan The Hundred memenuhi standar sertifikasi Leadership in Energy and Environment Design (LEED). Pre-commitmentmasih dalam tahap workout,” kata CEO PT Fairpoint Jusup Halimi.

The Hundred merupakan mixed-use developmentyang berdiri di lahan seluas 120.000 meter persegi yang terbagi atas area perkantoran, hotel mewah, area komersial, dan ruang terbuka hijau. Memiliki dua gedung pencakar, area perkantoran akan terletak di gedung yang lebih rendah. Sedangkan, hotel dan area komersial menempati gedung yang lebih tinggi. The Hundred melakukan ground breaking di saat bisnis perkantoran di Jakarta tengah mengalami kontraksi permintaan yang diprediksi akan berlanjut hingga akhir 2014.

Lesunya pasar properti yang terjadi masih disebabkan oleh sentimen pasca-Pemilu 2014 dan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Menurut Lembaga Riset Properti Colliers International Indonesia, tingkat serapan perkantoran di Jakarta meleset dari perkiraan. Hingga September 2014 serapan hanya mencapai 200.000 meter persegi, padahal targetnya mencapai 400.000 meter persegi.

Kondisi tersebut memaksa beberapa kantor di area CBD Jakarta menurunkan harga sewa sekitar 10 hingga 15%. Kendati demikian, Jusup masih tetap optimistis permintaan ruang perkantoran segmen A bakal laris manis pada dua hingga tiga tahun mendatang. Baginya, bisnis properti lumrah terjadi pasang naik dan pasang surut. Bahkan, tahun ini menjadi momentum yang paling dimanfaatkan hampir semua pengembang untuk membangun proyek properti.

“Mereka (pengembang) pasti menghitung, bisa-bisa beberapa tahun ke depan Indonesia malah kekurangan pasokan ruang perkantoran. Apalagi, dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015, semakin membuat pengembang percaya akan masa depan properti. Namun, pembangunan harus direm juga, jangan sampai nanti malah kelebihan pasokan. Kami pun berkonsentrasi menggarap pasar kelas premium, karena pasarnya masih menjanjikan,” jelasnya.

Sebelumnya, PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. (JSPT) juga segera menggarap superblok tahap pertama di kawasan Mega Kuningan pada semester II tahun ini dengan investasi awal senilai Rp200 miliar. Chief Operation Officer Hotel Division Jakarta Setiabudi L. E. Chandra P Asali menjelaskan, kawasan terpadu (mixed-use)tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 3,8 hektare dengan perkiraan luas kotor bangunan sekitar 250.000 meter persegi.

“Pada tahap pertama akan dibangun dua tower untuk perkantoran,” ujarnya. Pembangunan mixed-usekawasan terpadu tersebut akan meliputi hotel, apartemen, perkantoran dan mal dengan nilai investasi total mencapai USD300 juta. Adapun, perseroan menganggarkan dana pembangunan tahap pertama dari alokasi belanja modal tahun ini dengan total mencapai Rp850 miliar yang bersumber 30% dari ekuitas dan 70% dari pinjaman perbankan.

“Pinjaman dari fasilitas yang sudah kami miliki dari bank OCBC,” katanya. Chandra menambahkan, proyek superblok tersebut akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan perseroan setidaknya pada 2016. CBD Mega Kuningan merupakan pusat bisnis ketiga terbesar dari segi pasokan setelah CBD Gatot Subroto dan CBD Sudirman.

Colliers mencatat, sepanjang kuartal III/2014, pasokan perkantoran kumulatif di kawasan CBD mencapai 4,78 juta meter persegi. Dari angka itu, 41%- nya terpusat di Sudirman, 21,1% Gatot Subroto, dan 13,1% Mega Kuningan.

Rendra hanggara
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3800 seconds (0.1#10.140)