Sembilan Bulan MNC Sky Catat Pendapatan Rp2,44 T
A
A
A
JAKARTA - PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) dalam sembilan bulan pertama tahun ini berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp2,44 triliun atau meningkat 9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya diangka Rp2,23 triliun.
Presiden Direktur MNC Sky, Rudy Tanoesoedibjo mengatakan ditengah persaingan bisnis tv berbayar, MSKY dapat meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 74,6%. Hal ini merupakan suatu prestasi yang membanggakan dan menunjukkan dominasi merek perseroan sebagai yang terbaik di Indonesia.
"Hingga kuartal III/2014 kami berhasil mencatat pendapatan Rp2,436 triliun, peningkatan pendapatan sebesar 9% ini terutama berasal dari penerimaan atas jasa penyiaran sejalan dengan pertumbuhan jumlah pelanggan yang mencapai 2,53 juta hingga akhir September atau naik 18% dari tahun lalu," kata Rudy dalam rilisnya, Rabu (19/11/2014).
Sebagai catatan, untuk tiga bulan di kuartal III saja perseroan mencatat pendapatan sebesar Rp859 miliar atau meningkat 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp779 miliar. Sedangkan EBITDA dalam sembilan bulan pertama tahun ini berada diangka Rp919 miliar sama seperti periode tahun lalu dan EBITDA margin sebesar 38%.
Stabilnya pertumbuhan EBITDA dari tahun lalu dikarenakan oleh meningkatnya beban biaya penyiaran perseroan seiring pertumbuhan pelanggan dan juga akibat terdepresiasinya nilai rupiah terdap dolar Amerika Serikat (USD) sepanjang 2014. Namun secara kuartal per kuartal, EBITDA MSKY mengalami peningkatan sebesar 5% dari Rp318 miliar menjadi Rp333 miliar.
Hingga akhir September 2014, perseroan juga mencatat kerugian bersih sebesar Rp28 miliar atau menurun dibandingkan kerugian bersih sembilan bulan tahun 2013 yang berada diangka Rp223 miliar. Hal ini disebabkan oleh menurunnya beban selisih kurs mata uang asing dan beban biaya bunga.
Penurunan beban selirih kurs ini terutama dikarenakan beban bunga pinjaman sindikasi perseroan sebesar 4,25% + LIBOR yang lebih rendah dibandingkan bunga obligasi perseroan sebesar 12,75% yang telah dilunasi pada akhir 2013 lalu.
Meskipun nilai kurs rupiah terhadap USD per September 2014 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun laju depresiasi pada tahun ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga menurunkan tingkat fluktuasi beban selisih kurs mata uang asing perseroan.
Presiden Direktur MNC Sky, Rudy Tanoesoedibjo mengatakan ditengah persaingan bisnis tv berbayar, MSKY dapat meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 74,6%. Hal ini merupakan suatu prestasi yang membanggakan dan menunjukkan dominasi merek perseroan sebagai yang terbaik di Indonesia.
"Hingga kuartal III/2014 kami berhasil mencatat pendapatan Rp2,436 triliun, peningkatan pendapatan sebesar 9% ini terutama berasal dari penerimaan atas jasa penyiaran sejalan dengan pertumbuhan jumlah pelanggan yang mencapai 2,53 juta hingga akhir September atau naik 18% dari tahun lalu," kata Rudy dalam rilisnya, Rabu (19/11/2014).
Sebagai catatan, untuk tiga bulan di kuartal III saja perseroan mencatat pendapatan sebesar Rp859 miliar atau meningkat 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp779 miliar. Sedangkan EBITDA dalam sembilan bulan pertama tahun ini berada diangka Rp919 miliar sama seperti periode tahun lalu dan EBITDA margin sebesar 38%.
Stabilnya pertumbuhan EBITDA dari tahun lalu dikarenakan oleh meningkatnya beban biaya penyiaran perseroan seiring pertumbuhan pelanggan dan juga akibat terdepresiasinya nilai rupiah terdap dolar Amerika Serikat (USD) sepanjang 2014. Namun secara kuartal per kuartal, EBITDA MSKY mengalami peningkatan sebesar 5% dari Rp318 miliar menjadi Rp333 miliar.
Hingga akhir September 2014, perseroan juga mencatat kerugian bersih sebesar Rp28 miliar atau menurun dibandingkan kerugian bersih sembilan bulan tahun 2013 yang berada diangka Rp223 miliar. Hal ini disebabkan oleh menurunnya beban selisih kurs mata uang asing dan beban biaya bunga.
Penurunan beban selirih kurs ini terutama dikarenakan beban bunga pinjaman sindikasi perseroan sebesar 4,25% + LIBOR yang lebih rendah dibandingkan bunga obligasi perseroan sebesar 12,75% yang telah dilunasi pada akhir 2013 lalu.
Meskipun nilai kurs rupiah terhadap USD per September 2014 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun laju depresiasi pada tahun ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga menurunkan tingkat fluktuasi beban selisih kurs mata uang asing perseroan.
(gpr)