Katakan dengan Statistik

Minggu, 23 November 2014 - 11:11 WIB
Katakan dengan Statistik
Katakan dengan Statistik
A A A
Lebih dari 100 tahun lalu, Wells, seorang sejarawan dan penulis berkebangsaan Inggris mengatakan bahwa pengetahuan statistik suatu hari akan diperlukan semua warga negara seperti pentingnya kemampuan membaca.

Jika dia masih hidup saat ini, sangat mungkin dia akan bilang yang lebih membanggakan lagi tentang statistik. Bahwa berpikir secara statistik perlu bukan hanya untuk menjadi warga negara, melainkan juga untuk mengambil banyak keputusan dalam kehidupan dan bisnis. Karena itu, ahli statistik terkemuka Edwards Deming juga pernah memohon pendidikan statistik mulai diberikan sebelum pendidikan menengah.

Dia kerap bercerita tentang seorang anak berumur 11 tahun yang mencatat dan membuat grafik untuk merekam kinerja tepat waktu dari bus sekolahnya. “Dia telah mulai menerapkan aplikasi statistik,” komentarnya.

Sampel Menentukan

Hampir setiap hari kita menerapkan konsep-konsep statistik dalam kehidupan kita. Saat memulai hari, kita pergi ke kamar mandi dan menyalakan shower. Kita kemudian menaruh tangan kita di air pancuran untuk menentukan apakah air kepanasan atau kedinginan. Ketika kita ke mal, akan ada banyak pramuniaga menawarkan sampel produknya apakah itu parfum, kue, minuman, maupun makanan.

Untuk mengetahui apakah kita akan menyukai produk-produk itu, kita cukup mencobai sampel-sampel itu. Sewaktu kita ke rumah sakit untuk konsultasi kesehatan, dokter pun melakukan hal yang sama, yaitu mengambil setetes darah kita untuk mengetahui jenis darah kita. Untuk mengetahui kondisi pencernaan dan bagian dalam tubuh kita, dokter memerlukan sampel urine dan tinja kita.

Perusahaan juga menghadapi masalah yang sama. Bagian produksi ingin memastikan bahwa rata-rata produknya mengandung spesifikasi yang disebutkan dalam label produknya. Untuk tujuan itu, secara periodik sejumlah sampel akan dipilih dan diuji kandungannya.

Elektabilitas

Di bidang politik, seorang calon yang berminat maju pemilihan bupati, walikota, gubernur, atau presiden tentunya ingin mengetahui seberapa besar dukungan rakyat yang diperolehnya dalam pemilihan berikutnya.

Jika elektabilitasnya tinggi, dia tidak akan ragu untuk maju dan sangat mungkin dia tidak perlu menyiapkan mahar kepada partai politik (parpol) untuk mengajukan dirinya. Dengan keterpilihan yang tinggi ini, parpollah yang justru akan meminangnya untuk menaikkan pamor parpol.

Sebaliknya, jika elektabilitasnya rendah, dia dapat langsung mundur atau menghitung apakah masih mungkin untuk mendongkraknya dan dengan biaya berapa, tenaga apa dan siapa saja, serta waktu berapa lama. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan seorang calon, katakan calon gubernur Jawa Barat. Pertama, dia dapat saja memerintahkan staf atau timnya untuk menelepon atau mendatangi semua orang yang mempunyai hak pilih di provinsi itu dan menanyakan siapa calon gubernur yang akan dipilihnya.

Alternatif lain, dia dapat pergi ke jalanan atau mal yang ada di Jawa Barat untuk menanyakan 100 atau 1.000 orang atau lebih yang ditemuinya mengenai pilihannya. Terakhir, dia dapat membentuk sampel acak yang terdiri atas sekitar 2.000 atau 5.000 orang pemilih di wilayah pemilihan dan menghubungi mereka. Berdasarkan hasil sampel ini, dia dapat membuat estimasi mengenai persentase pemilih yang akan memilihnya dalam pemilihan kepala daerah mendatang.

Sebelum berkembangnya ilmu statistik, mungkin saja ada orang yang menggunakan metode pertama yang sangat mahal meskipun efektif dan metode kedua yang terlalu sederhana dan murah tetapi jauh dari efektif. Namun, statistik mengajarkan kita semua untuk hanya mengambil cara ketiga, yang tidak lebih murah daripada cara kedua namun dapat efektif seperti cara pertama.

Para pencinta statistik dengan bangganya mengatakan, “Anda dapat membuktikan apa pun dengan statistik.” Untuk mengetahui jenis darah seseorang kita hanya memerlukan setetes darahnya. Quick count sudah cukup untuk mengetahui hasil pilkada.

Kebohongan dan Statistik

Meskipun statistik begitu sakti, kita juga harus hati-hati dengannya. Ungkapan There are lies, damned lies, and statistics sudah beredar sejak dulu, tepatnya zaman Mark Twain dan Benjamin Disraeli. Sebuah buku kecil tentang sisi negatif statistik How to lie with statistics terus dicetak selama setengah abad. Masih ada buku heboh lain yang ditulis Joel Best yaitu Damned lies and statistics.

Karena beberapa reputasi jelek itu, kita mencurigai ahli statistik mungkin salah atau orangorang yang menggunakannya mungkin berbohong dengan memanipulasi data yang ada untuk agenda pribadinya. Menurut Best (2001), ada statistik yang jelek sejak lahir yaitu yang hanya berdasarkan dugaan- dugaan yang tidak faktual. Namun, ada juga statistik yang mengalami mutasi dari sebelumnya baik (faktual) menjadi jelek setelah direkayasa.

Baik yang buruk sejak lahir maupun hasil mutasi perlu perhatian serius karena keduanya dapat dimanfaatkan untuk memancing kemarahan, membentuk opini publik, mendistorsi pemahaman kita tentang kehidupan ini, atau membuat kita salah mengambil keputusan. Mungkin Anda masih ingat ada sabun mandi yang mengklaim digunakan oleh 9 dari 10 bintang kecantikan.

Kita pernah heboh membaca berita atau laporan yang mengatakan dua pertiga laki-laki selingkuh. Meskipun demikian, saya percaya lebih banyak statistik yang jujur dalam mengungkapkan fakta seperti statistik mengenai rasio Gini sebuah kota atau negara yang menunjukkan tingkat ketimpangan penghasilan masyarakat di wilayah itu.

Saya juga sangat terkesan dengan statistik kedokteran yang mengatakan, pilihan yang tersedia untuk kita sebenarnya hanya dua, yaitu fit or fat . Mau fit, jangan gemuk. Jika Anda fat, Anda tidak fit. ?

Budi Frensidy
Staf Pengajar FEUI dan Perencana Keuangan fund-and-fun @BudiFrensidy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4612 seconds (0.1#10.140)