Ribuan Anggota Asmindo Belum Siap Hadapi SVLK

Selasa, 25 November 2014 - 01:00 WIB
Ribuan Anggota Asmindo...
Ribuan Anggota Asmindo Belum Siap Hadapi SVLK
A A A
JEPARA - Ribuan perusahaan yang bernaung di bawah payung Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) belum siap menghadapi kebijakan Sistim Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang berlaku efektif pada 1 Januari 2015.

Hingga kini baru 30% dari 2.836 perusahaan anggota Asmindo di Tanah Air yang sudah mengantongi SVLK.

Ketua Umum Asmindo, Taufiq Ghani mengatakan, pihaknya sebenarnya sangat mendukung pemberlakuan SVLK. Sebab importir luar negeri terlebih kawasan Uni Eropa memang mensyarakatkan adanya dokumen SVLK dalam produk mebel, furniture dan ukir-ukiran asal Indonesia yang dikirim ke manca negara.

Keberadaan dokumen SVLK menunjukkan jika produk tersebut berasal dari sistem yang legal dan sekaligus ramah lingkungan karena berasal dari hutan lestari.

Selain itu, kebijakan ini juga bermanfaat menekan angka kasus penyelundupan rotan dan kayu ilegal dari hutan Indonesia ke berbagai negara seperti China, Singapura, Malaysia, Vietnam dan lain sebagainya.

Hanya saja, ternyata untuk memperoleh SVLK membutuhkan proses lama dan biaya yang tak sedikit. Dan berdasar data terakhir, baru 30 persen anggota Asmindo di seluruh Indonesia yang sudah mengantongi SVLK. Oleh karena itu, Taufiq Ghani berharap ada semacam dispensasi bagi perusahaan yang belum memiliki dokumen SVLK.

“Kita sudah ajukan surat terkait penundaan berlakunya SVLK itu ke pemerintah. Intinya kami berharap ada penundaan bagi perusahaan yang belum memiliki SVLK,” kata Taufiq Ghani di sela-sela kegiatan Musda Asmindo Komda Jepara, Jawa Tengah, Senin (24/11/2014).

Ghani khawatir, jika tidak dilakukan penundaan maka akan berimbas pada lesunya aktivitas ekspor yang dilakukan ribuan perusahaan tersebut.

Sebab selama ini, ribuan perusahaan itu sudah rajin mengekspor produk mebel dan furnitur ke berbagai negara, baik di kawasan Eropa, Amerika dan lain sebagainya.

Jangan sampai hanya karena belum mengantongi SVLK maka aktivitas ekspor tersebut terhenti. Terlebih saat ini, eksportir asal Indonesia menemukan momentum yang tepat untuk ekspansi pasar ekspor. Sebab saat ini pasar mebel dunia yang selama ini dikuasai produk asal China mengalami penurunan hingga 30%.

"Ini peluang. Saat ini kita belum sampai 1% mengambil market share itu. Prinsipnya jangan sampai SVLK ini justru malah mematikan usaha ribuan perusahaan itu," harapnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9103 seconds (0.1#10.140)