Kepercayaan Bisnis Global Melemah
A
A
A
LONDON - Kepercayaan bisnis global melemah ke level paling rendah dalam lima tahun pada Oktober. Data terbaru itu dirilis dalam laporan Markit Global Business Outlook Survey kemarin.
Markit menyurvei 6.100 perusahaan untuk menyusun laporan tersebut. Menurut laporan itu, jumlah perusahaan yang memproyeksikan aktivitas bisnis akan meningkat pada tahun ini, melebihi jumlah perusahaan yang memperkirakan penurunan, hingga sekitar 28%.
Meski demikian, jumlah itu lebih rendah dibandingkan 39% pada Juni dan paling lemah sejak survei itu dilakukan Markit pada 2009. Rencana penambahan tenaga kerja dan investasi juga melemah. “Awan berkumpul pada outlook ekonomi global, menciptakan gambaran tergelap sejak krisis keuangan global,” ungkap Kepala Ekonom Markit Chris Williamson, dikutip BBC .
Penurunan optimisme bisnis itu terjadi karena meningkatnya berbagai kekhawatiran. Sejumlah kekhawatiran itu ialah terjadinya penurunan ekonomi di zona euro, prospek suku bunga yang lebih tinggi di Inggris dan Amerika Serikat (AS) tahun depan, serta berbagai risiko geopolitik di Ukraina dan Timur Tengah, yang semuanya menciptakan penurunan kepercayaan bisnis secara global.
“Faktor kunci yang menghambat pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ialah kinerja mengecewakan di sejumlah negara berkembang utama dan ini diperkirakan terus berlangsung, dan mungkin semakin intensif dalam beberapa tahun mendatang,” papar Williamson. Dia menyebut optimisme bisnis di negara-negara BRIC juga melemah ke level terendah sejak krisis keuangan.
Rusia menjadi salah satu penyebab kekhawatiran terbesar karena berbagai sanksi, nilai mata uang yang tidak stabil, dan ketidakpastian mengakibatkan kepercayaan bisnis turun tajam ke level terendah. Di sisi lain perusahaan-perusahaan Inggris memiliki optimisme yang lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang disurvei pada Oktober.
Padahal, aktivitas bisnis Inggris berada di level terendah sejak Juni 2013, baik di sektor manufaktur atau pun jasa. Perusahaan- perusahaan Inggris juga lebih optimistis dengan rencana penambahan pegawai, dibandingkan perusahaan di negara lain. “Optimisme ini menunjukkan bahwa Inggris akan terus membaik pada 2015, meski dengan penurunan pertumbuhan yang terjadi pada 2014,” kata Williamson.
Penurunan kepercayaan bisnis yang mengejutkan terjadi di AS. Optimisme bisnis berada di level terendah saat sektor jasa mengalami penurunan dramatis. “Pertumbuhan AS tampaknya akan mencapai puncak selama musim panas, dengan tren penurunan terjadi pada beberapa bulan mendatang,” ungkap Williamson.
Sementara, bursa saham di berbagai negara menguat setelah Bank Sentral China akhir pekan lalu mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga untuk pertama kali dalam lebih dari dua tahun. Langkah ini diambil untuk mendorong pertumbuhan di negara ekonomi terbesar kedua dunia tersebut. Pemangkasan suku bunga itu dilakukan setelah sejumlah data mengecewakan yang menunjukkan ekonomi China melemah.
Data-data itu antara lain turunnya pertumbuhan manufaktur, lemahnya ekspor, dan penurunan pasar properti. Ekonomi China tumbuh 7,3% pada kuartal III/2014, turun dari 7,5% pada kuartal sebelumnya, dan paling lemah sejak 2009 saat krisis keuangan global. “Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga untuk tabungan satu tahun 0,25% poin menjadi 2,75% dan bunga pinjaman satu tahun turun 0,40% menjadi 5,6%.
Keduanya efektif berlaku pada Sabtu (22/11),” papar pernyataan PBoC, dikutip kantor berita AFP . Ini merupakan pemangkasan suku bunga pertama sejak Juni 2012. China sejak April menerapkan sejumlah langkah terbatas untuk mendorong pertumbuhan, seperti pemangkasan jumlah dana yang harus disimpan perbankan dan penyuntikan dana USD81,6 miliar ke lima perbankan terbesar di China untuk dipinjamkan kembali.
Sejumlah analis menyatakan, indikator penurunan ekonomi terbaru, termasuk output manufaktur dan industri, tampaknya menekan pemerintah untuk mengambil langkah besar.
Syarifudin
Markit menyurvei 6.100 perusahaan untuk menyusun laporan tersebut. Menurut laporan itu, jumlah perusahaan yang memproyeksikan aktivitas bisnis akan meningkat pada tahun ini, melebihi jumlah perusahaan yang memperkirakan penurunan, hingga sekitar 28%.
Meski demikian, jumlah itu lebih rendah dibandingkan 39% pada Juni dan paling lemah sejak survei itu dilakukan Markit pada 2009. Rencana penambahan tenaga kerja dan investasi juga melemah. “Awan berkumpul pada outlook ekonomi global, menciptakan gambaran tergelap sejak krisis keuangan global,” ungkap Kepala Ekonom Markit Chris Williamson, dikutip BBC .
Penurunan optimisme bisnis itu terjadi karena meningkatnya berbagai kekhawatiran. Sejumlah kekhawatiran itu ialah terjadinya penurunan ekonomi di zona euro, prospek suku bunga yang lebih tinggi di Inggris dan Amerika Serikat (AS) tahun depan, serta berbagai risiko geopolitik di Ukraina dan Timur Tengah, yang semuanya menciptakan penurunan kepercayaan bisnis secara global.
“Faktor kunci yang menghambat pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ialah kinerja mengecewakan di sejumlah negara berkembang utama dan ini diperkirakan terus berlangsung, dan mungkin semakin intensif dalam beberapa tahun mendatang,” papar Williamson. Dia menyebut optimisme bisnis di negara-negara BRIC juga melemah ke level terendah sejak krisis keuangan.
Rusia menjadi salah satu penyebab kekhawatiran terbesar karena berbagai sanksi, nilai mata uang yang tidak stabil, dan ketidakpastian mengakibatkan kepercayaan bisnis turun tajam ke level terendah. Di sisi lain perusahaan-perusahaan Inggris memiliki optimisme yang lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang disurvei pada Oktober.
Padahal, aktivitas bisnis Inggris berada di level terendah sejak Juni 2013, baik di sektor manufaktur atau pun jasa. Perusahaan- perusahaan Inggris juga lebih optimistis dengan rencana penambahan pegawai, dibandingkan perusahaan di negara lain. “Optimisme ini menunjukkan bahwa Inggris akan terus membaik pada 2015, meski dengan penurunan pertumbuhan yang terjadi pada 2014,” kata Williamson.
Penurunan kepercayaan bisnis yang mengejutkan terjadi di AS. Optimisme bisnis berada di level terendah saat sektor jasa mengalami penurunan dramatis. “Pertumbuhan AS tampaknya akan mencapai puncak selama musim panas, dengan tren penurunan terjadi pada beberapa bulan mendatang,” ungkap Williamson.
Sementara, bursa saham di berbagai negara menguat setelah Bank Sentral China akhir pekan lalu mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga untuk pertama kali dalam lebih dari dua tahun. Langkah ini diambil untuk mendorong pertumbuhan di negara ekonomi terbesar kedua dunia tersebut. Pemangkasan suku bunga itu dilakukan setelah sejumlah data mengecewakan yang menunjukkan ekonomi China melemah.
Data-data itu antara lain turunnya pertumbuhan manufaktur, lemahnya ekspor, dan penurunan pasar properti. Ekonomi China tumbuh 7,3% pada kuartal III/2014, turun dari 7,5% pada kuartal sebelumnya, dan paling lemah sejak 2009 saat krisis keuangan global. “Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga untuk tabungan satu tahun 0,25% poin menjadi 2,75% dan bunga pinjaman satu tahun turun 0,40% menjadi 5,6%.
Keduanya efektif berlaku pada Sabtu (22/11),” papar pernyataan PBoC, dikutip kantor berita AFP . Ini merupakan pemangkasan suku bunga pertama sejak Juni 2012. China sejak April menerapkan sejumlah langkah terbatas untuk mendorong pertumbuhan, seperti pemangkasan jumlah dana yang harus disimpan perbankan dan penyuntikan dana USD81,6 miliar ke lima perbankan terbesar di China untuk dipinjamkan kembali.
Sejumlah analis menyatakan, indikator penurunan ekonomi terbaru, termasuk output manufaktur dan industri, tampaknya menekan pemerintah untuk mengambil langkah besar.
Syarifudin
(ars)