Cost Tinggi Picu Pertamax Sumsel Tak Turun
A
A
A
PALEMBANG - PT Pertamina Refenery Unit (RU) III Plaju mengklaim tidak turunnya harga Pertamax di Palembang, Sumsel lebih disebabkan tingginya cost bahan baku. Sebab, sekitar 70% bahan baku dasar pertamax diimpor langsung dari Balongan, Jawa Timur.
“Disatu sisi memang kita (RU III) memproduksi BBM subsidi maupun non subsidi (pertamax), namun disisi lain untuk mendapatkan nilai oktan tinggi, kita juga mendatangkan bahan baku dasar IOP dari Balongan, Jawa sehingga memerlukan cost tinggi. Inilah yang menyebabkan kenapa harga pertamax di Palembang, Sumsel tidak naik ketimbang Jakarta,” kata General Manager RU III, Mahendrata Sudibja didampingi Senior Manager Operating Manufacturing (SMOM), Dadi Sugiana, Selasa (25/11/2014).
Menurut dia, pertamax ini merupakan salah satu produk unggulan Pertamina yang dapat menjadi alternatif bagi konsumen sebagai pengganti BBM subsidi.
Langkah Pertamina menurunkan harga pertamax, khususnya di Jakarta merupakan strategi bisnis perusahaan untuk memenangkan kompetisi dengan para kompetitor seperti shell, total dan lainnya yang sebelumnya telah menurunkan harga pertamax.
“Khusus di Palembang, masyarakat belum begitu banyak mengonsumsi pertamax yang terlihat dari rendahnya demand akan pertamax. Beda dengan di Pulau Jawa. Memang Pertamina yang mengeluarkan harga pertamax dengan mengacu pada harga internasional maupun cost yang dikeluarkan,”terangnya.
Selama Januari hingga Oktober tahun 2014, masih kata dia, pihaknya berhasil merealisasikan produksi pertamax capai 19.000 kiloliter dengan stok cadangan pertamax di Keramasan mampu bertahan hingga 50 hari ke depan.
Bahkan dengan ketersediaan cadangan pertamax itu, pihaknya tidak memproduksi pertamax selama dua bulan ke depan.
“Karena demand pertamax di Palembang kecil, kita tidak produksi selama dua bulan ke depan menginggat cadangan pertamax di Keramasan masih ada yang mampu bertahan 50 hari ke depan,”jelasnya.
Sementara itu, Supply Chain Section Head Pertamina RU III, Antoni Doloksaribu menambahkan komponen bahan baku dasar untuk membuat pertamax didatangkan dari Jawa sehingga jarak dan waktu pengiriman bahan menambah cost produksi.
“Sehingga wajar jika harga pertamax di Palembang dengan Jakarta berbeda. Itu karena beban cost produksi ditambah kompetisi ketat harga pertamax di Jakarta sehingga Pertamina ikut menyesuaikan,”tuturnya.
External Relation Pertamina Marketing Operational Region (MOR) II memutuskan per 25 November lalu menurunkan harga Pertamax dengan oktan 92 dari Rp12.250 per liter menjadi Rp12.000 per liter.
“Disatu sisi memang kita (RU III) memproduksi BBM subsidi maupun non subsidi (pertamax), namun disisi lain untuk mendapatkan nilai oktan tinggi, kita juga mendatangkan bahan baku dasar IOP dari Balongan, Jawa sehingga memerlukan cost tinggi. Inilah yang menyebabkan kenapa harga pertamax di Palembang, Sumsel tidak naik ketimbang Jakarta,” kata General Manager RU III, Mahendrata Sudibja didampingi Senior Manager Operating Manufacturing (SMOM), Dadi Sugiana, Selasa (25/11/2014).
Menurut dia, pertamax ini merupakan salah satu produk unggulan Pertamina yang dapat menjadi alternatif bagi konsumen sebagai pengganti BBM subsidi.
Langkah Pertamina menurunkan harga pertamax, khususnya di Jakarta merupakan strategi bisnis perusahaan untuk memenangkan kompetisi dengan para kompetitor seperti shell, total dan lainnya yang sebelumnya telah menurunkan harga pertamax.
“Khusus di Palembang, masyarakat belum begitu banyak mengonsumsi pertamax yang terlihat dari rendahnya demand akan pertamax. Beda dengan di Pulau Jawa. Memang Pertamina yang mengeluarkan harga pertamax dengan mengacu pada harga internasional maupun cost yang dikeluarkan,”terangnya.
Selama Januari hingga Oktober tahun 2014, masih kata dia, pihaknya berhasil merealisasikan produksi pertamax capai 19.000 kiloliter dengan stok cadangan pertamax di Keramasan mampu bertahan hingga 50 hari ke depan.
Bahkan dengan ketersediaan cadangan pertamax itu, pihaknya tidak memproduksi pertamax selama dua bulan ke depan.
“Karena demand pertamax di Palembang kecil, kita tidak produksi selama dua bulan ke depan menginggat cadangan pertamax di Keramasan masih ada yang mampu bertahan 50 hari ke depan,”jelasnya.
Sementara itu, Supply Chain Section Head Pertamina RU III, Antoni Doloksaribu menambahkan komponen bahan baku dasar untuk membuat pertamax didatangkan dari Jawa sehingga jarak dan waktu pengiriman bahan menambah cost produksi.
“Sehingga wajar jika harga pertamax di Palembang dengan Jakarta berbeda. Itu karena beban cost produksi ditambah kompetisi ketat harga pertamax di Jakarta sehingga Pertamina ikut menyesuaikan,”tuturnya.
External Relation Pertamina Marketing Operational Region (MOR) II memutuskan per 25 November lalu menurunkan harga Pertamax dengan oktan 92 dari Rp12.250 per liter menjadi Rp12.000 per liter.
(gpr)