Pemerintah Siapkan Insentif Industri Manufaktur
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah akan melakukan revitalisasi industri, khususnya manufaktur dengan pemberian insentif. Insentif yang diberikan berupa pembangunan kelengkapan fasilitas-fasilitas di kawasan-kawasan industri.
“Itu supaya industri yang di luar negeri yang sudah kalah kompetitif dengan ongkos buruh yang mahal bisa pindah kemari,” ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan A Djalil di seminar tahunan DBS Asian Insights Seminar 2014 dengan tema “Gamechanger; Championing a Better Indonesia” di Jakarta kemarin.
Sofyan mengatakan, pemerintah akan memberikan fasilitas- fasilitas pada kawasan industri seperti rusun (rumah susun sewa) untuk buruh, pembangunan sekolah, serta fasilitas kesehatan. Selain itu, pemerintah juga akan membangun akses jalan tol, jalur kereta api, atau pelabuhan menuju kawasan industri agar industri lebih efisien. Pemerintah menurutnya akan melihat kawasan-kawasan industri yang potensial untuk dikembangkan.
Anggaran pemberian insentif tersebut menurutnya berasal dari hasil penghematan yang dilakukan pemerintah melalui pemotongan anggaran perjalanan dinas dan pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM). “Penghematan BBM akan digunakan untuk tujuan produktif seperti itu. Tapi bukan itu saja, untuk nelayan, usaha kecil, kita berikan akses permodalan. Intinya untuk the bottom of pyramid yang selama ini tidak dapat akses,” tambahnya.
Revitalisasi industri khususnya manufaktur menurutnya sangat penting, karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, industri manufaktur yang tumbuh negatif selama kurang lebih lima tahun terakhir menyebabkan tingginya impor. Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengatakan bahwa pemerintah telah mencanangkan pembangunan 13 kawasan industri di luar Jawa dan dua di Jawa.
Dari 15 kawasan industri tersebut, dua kawasan industri segera dibangun dalam waktu dekat ini. “Ada beberapa (kawasan industri) yang mungkin dalam waktu dekat ini sudah kita groundbreaking di luar Jawa. Kita harapkan di bulan Desember atau Januari 2015 sudah ada satu,” ujarnya. Saleh menambahkan, untuk di luar Pulau Jawa, kawasan industri yang sudah bisa dilakukan groundbreaking adalah Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah.
Sementara di Jawa adalah Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Menurut Saleh, kawasan-kawasan industri di luar Jawa lebih berbasis pada sumber daya alam yang ada di lokasi tersebut. Misalnya Kawasan Industri di Teluk Bintuni, Papua Barat yang memanfaatkan industri gas petrokimia.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro beberapa waktu lalu mengatakan bahwa peran manufaktur terhadap PDB saat ini masih kurang. Meski masih memiliki porsi paling besar, secara persentase masih di bawah 30%. Padahal sebelum 1990, persentasenya masih bisa mencapai 30%. Selain itu, kontribusi sektor manufaktur dalam penciptaan lapangan kerja juga menunjukkan stagnasi.
Bambang mengatakan penurunan peran sektor manufaktur sering diasosiasikan dengan tanda-tanda de-industrialisasi. Saat ini diakuinya pertumbuhan manufaktur menghadapi tantangan baik eksternal maupun domestik. Di sisi eksternal, ketidakpastian ekonomi global, serta berbagai kebijakan moneter di beberapa negara maju berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Selain itu, Indonesia juga menghadapi penurunan harga komoditas serta kompetisi global yang makin ketat.
Ekonom Universitas Indonesia yang juga mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, sektor industri harus didorong karena Indonesia tidak mungkin lagi bergantung terhadap sumber daya alam (SDA). Untuk mendorong sektor industri, menurutnya Bank Indonesia (BI) perlu melakukan pelemahan nilai tukar dengan membiarkan nilai tukar melemah sesuai fundamentalnya.
Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut menurutnya akan mendorong permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan industri manufaktur. Dengan demikian, ekspor akan meningkat dan defisit transaksi berjalan akan menurun.
“Kalau manufakturnya mau dinaikkan, harganya harus kompetitif. Problemnya nilai tukar kita terlalu kuat,” tuturnya. Terpisah, Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Pahala N Mansyuri mengatakan sektor manufaktur ke depan masih akan menjanjikan. Sektor manufaktur saat ini menurutnya masih merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan kredit terbesar.
Dari total portofolio kredit, lebih dari 30% disalurkan untuk sektor manufaktur. “Paling enggak tetap dipertahankan di atas 30%, kita lihat mungkin sampai enam tahun ke depan masih besar,” kata dia.
Ria martati/ Oktiani endarwati
“Itu supaya industri yang di luar negeri yang sudah kalah kompetitif dengan ongkos buruh yang mahal bisa pindah kemari,” ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan A Djalil di seminar tahunan DBS Asian Insights Seminar 2014 dengan tema “Gamechanger; Championing a Better Indonesia” di Jakarta kemarin.
Sofyan mengatakan, pemerintah akan memberikan fasilitas- fasilitas pada kawasan industri seperti rusun (rumah susun sewa) untuk buruh, pembangunan sekolah, serta fasilitas kesehatan. Selain itu, pemerintah juga akan membangun akses jalan tol, jalur kereta api, atau pelabuhan menuju kawasan industri agar industri lebih efisien. Pemerintah menurutnya akan melihat kawasan-kawasan industri yang potensial untuk dikembangkan.
Anggaran pemberian insentif tersebut menurutnya berasal dari hasil penghematan yang dilakukan pemerintah melalui pemotongan anggaran perjalanan dinas dan pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM). “Penghematan BBM akan digunakan untuk tujuan produktif seperti itu. Tapi bukan itu saja, untuk nelayan, usaha kecil, kita berikan akses permodalan. Intinya untuk the bottom of pyramid yang selama ini tidak dapat akses,” tambahnya.
Revitalisasi industri khususnya manufaktur menurutnya sangat penting, karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, industri manufaktur yang tumbuh negatif selama kurang lebih lima tahun terakhir menyebabkan tingginya impor. Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengatakan bahwa pemerintah telah mencanangkan pembangunan 13 kawasan industri di luar Jawa dan dua di Jawa.
Dari 15 kawasan industri tersebut, dua kawasan industri segera dibangun dalam waktu dekat ini. “Ada beberapa (kawasan industri) yang mungkin dalam waktu dekat ini sudah kita groundbreaking di luar Jawa. Kita harapkan di bulan Desember atau Januari 2015 sudah ada satu,” ujarnya. Saleh menambahkan, untuk di luar Pulau Jawa, kawasan industri yang sudah bisa dilakukan groundbreaking adalah Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah.
Sementara di Jawa adalah Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Menurut Saleh, kawasan-kawasan industri di luar Jawa lebih berbasis pada sumber daya alam yang ada di lokasi tersebut. Misalnya Kawasan Industri di Teluk Bintuni, Papua Barat yang memanfaatkan industri gas petrokimia.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro beberapa waktu lalu mengatakan bahwa peran manufaktur terhadap PDB saat ini masih kurang. Meski masih memiliki porsi paling besar, secara persentase masih di bawah 30%. Padahal sebelum 1990, persentasenya masih bisa mencapai 30%. Selain itu, kontribusi sektor manufaktur dalam penciptaan lapangan kerja juga menunjukkan stagnasi.
Bambang mengatakan penurunan peran sektor manufaktur sering diasosiasikan dengan tanda-tanda de-industrialisasi. Saat ini diakuinya pertumbuhan manufaktur menghadapi tantangan baik eksternal maupun domestik. Di sisi eksternal, ketidakpastian ekonomi global, serta berbagai kebijakan moneter di beberapa negara maju berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Selain itu, Indonesia juga menghadapi penurunan harga komoditas serta kompetisi global yang makin ketat.
Ekonom Universitas Indonesia yang juga mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, sektor industri harus didorong karena Indonesia tidak mungkin lagi bergantung terhadap sumber daya alam (SDA). Untuk mendorong sektor industri, menurutnya Bank Indonesia (BI) perlu melakukan pelemahan nilai tukar dengan membiarkan nilai tukar melemah sesuai fundamentalnya.
Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut menurutnya akan mendorong permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan industri manufaktur. Dengan demikian, ekspor akan meningkat dan defisit transaksi berjalan akan menurun.
“Kalau manufakturnya mau dinaikkan, harganya harus kompetitif. Problemnya nilai tukar kita terlalu kuat,” tuturnya. Terpisah, Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Pahala N Mansyuri mengatakan sektor manufaktur ke depan masih akan menjanjikan. Sektor manufaktur saat ini menurutnya masih merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan kredit terbesar.
Dari total portofolio kredit, lebih dari 30% disalurkan untuk sektor manufaktur. “Paling enggak tetap dipertahankan di atas 30%, kita lihat mungkin sampai enam tahun ke depan masih besar,” kata dia.
Ria martati/ Oktiani endarwati
(ars)