BPOM Akan Beri Insentif untuk Penjual Jamu
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparringa berjanji akan memberikan insentif kepada UMKM penjual jamu melalui bentuk pembinaan.
"Kita bukan berikan insentif dalam bentuk pengawasan. Kita berikan dalam bentuk pembinaan. Mereka butuh modal, pasar, dan promosi, inovasi, teknologi dan seterusnya. Tentu kementerian dan lembaga juga akan bisa membantu," ujarnya dalam acara seminar 6 tahun jamu Brand Indonesia di Gedung Kementerian Perekonomian, Jakarta (26/11/2014).
Pihaknya mengharapkan para penjual jamu dapat memperbaiki sistem higienis dalam produknya, agar bersih dan sehat.
"Untuk penjual jamu itu harapan kami mereka bermukim dengan higienis, sanitasi mereka menyiapkan. Higienis, sanitasi harus diperhatikan dengan benar dan terjaga agar save life," katanya.
Dia menambahkan, untuk masalah kadaluarsa perlu adanya sistem teknologi agar proses pembuatan jamu dapat higienis dan tahan lama.
Sementara terkait dengan masalah kadaluarsa, perlu adanya sentuhan teknologi yang save life. Jika jamu tersebut diproses higienis maka akan tahan lama.
"Kita harus butuh sentuhan teknologi. Ingredient-nya apa, apa karakteristik produknya. Misal, kalau bahan-bahan tertentu akan mudah rusak seperti apa dampak suhu sinar dan seterusnya. Kita harus terus bantu mereka. Masa kadaluarsa harus diperpanjang dan aman," pungkas Roy.
"Kita bukan berikan insentif dalam bentuk pengawasan. Kita berikan dalam bentuk pembinaan. Mereka butuh modal, pasar, dan promosi, inovasi, teknologi dan seterusnya. Tentu kementerian dan lembaga juga akan bisa membantu," ujarnya dalam acara seminar 6 tahun jamu Brand Indonesia di Gedung Kementerian Perekonomian, Jakarta (26/11/2014).
Pihaknya mengharapkan para penjual jamu dapat memperbaiki sistem higienis dalam produknya, agar bersih dan sehat.
"Untuk penjual jamu itu harapan kami mereka bermukim dengan higienis, sanitasi mereka menyiapkan. Higienis, sanitasi harus diperhatikan dengan benar dan terjaga agar save life," katanya.
Dia menambahkan, untuk masalah kadaluarsa perlu adanya sistem teknologi agar proses pembuatan jamu dapat higienis dan tahan lama.
Sementara terkait dengan masalah kadaluarsa, perlu adanya sentuhan teknologi yang save life. Jika jamu tersebut diproses higienis maka akan tahan lama.
"Kita harus butuh sentuhan teknologi. Ingredient-nya apa, apa karakteristik produknya. Misal, kalau bahan-bahan tertentu akan mudah rusak seperti apa dampak suhu sinar dan seterusnya. Kita harus terus bantu mereka. Masa kadaluarsa harus diperpanjang dan aman," pungkas Roy.
(izz)