Pembangkit Listrik Bionergi Ditarget Capai 1.200 MW
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menargetkan dapat membangun pembangkit listrik dari bioenergi berkapasitas 1.200 megawatt (MW) dalam lima tahun ke depan dengan nilai investasi diperkirkan mencapai Rp48 triliun.
Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, pembangkit bioenergi tersebut merupakan bagian program pengembangan energi baru dan terbarukan yang ditargetkan mencapai 10.000 MW pada 10 tahun ke depan. Adapun, sepanjang tahun ini kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga (PLT) bionergi mencapai baru mencapai 40 MW.
“Pembangkit bioenergi ini di antaranya, biogas dan bahan bakar nabati (BBN). Tahun ini yang on grid baru 30-40 MW karena Permen baru keluar kemarin kita harapkan 2–3 tahun ke depan ada peningkatan,” kata dia, di Jakarta, kemarin. Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 27 Tahun 2014 tentang pembelian listrik berbasis biomassa dan biogas menyebutkan, harga listrik untuk kedua jenis pembangkit tersebut menggunakan skema feed in tariff.
Berdasarkan Permen baru tersebut, harga listrik biomassa dipatok Rp1.150 per kilowatt hour (kWh) jika terinterkoneksi pada jaringan tegangan menengah. Sementara, harga listrik biogas ditetapkan sebesar Rp1.050 per kWh pada tegangan menengah dan Rp1.400 per kWh pada tegangan rendah. Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan insentif sebesar 1–1,6 kali harga listrik tergantung lokasi pembangunan pembangkit.
Menurut Dadan, harga pembelian listrik biomassa dan biogas sebelumnya memang tidak menarik. Sehingga, pengembangan pembangkit biomassa dan biogas tidak banyak dilirik investor. Sementara, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ridha Mulyana mengatakan, pemerintah sudah melakukan kerja sama bilateral dengan Kementerian Luar Negeri Finlandia melalui Energy and Environmental Partnership with Indonesia (EEP).
“EEP adalah program kerja sama pengembangan biomassa antara Indonesia dan Finlandia untuk di dua provinsi, Riau dan Kalimantan Tengah. Nanti hasilnya akan jadi percontohan di daerah-daerah lain, proyeknya tidak hanya fisik saja tapi ada biogas,” kata dia.
Dadan menambahkan, dari hasil kerja sama EEP, Indonesia dimungkinkan mengembangkan PLT biomassa mencapai 20 MW. Total implementasi biaya proyek sebesar 3,02 juta euro, yang didanai oleh EEP Indonesia sebesar 2.11 juta euro atau sekitar Rp32 miliar.
Nanang wijayanto
Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, pembangkit bioenergi tersebut merupakan bagian program pengembangan energi baru dan terbarukan yang ditargetkan mencapai 10.000 MW pada 10 tahun ke depan. Adapun, sepanjang tahun ini kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga (PLT) bionergi mencapai baru mencapai 40 MW.
“Pembangkit bioenergi ini di antaranya, biogas dan bahan bakar nabati (BBN). Tahun ini yang on grid baru 30-40 MW karena Permen baru keluar kemarin kita harapkan 2–3 tahun ke depan ada peningkatan,” kata dia, di Jakarta, kemarin. Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 27 Tahun 2014 tentang pembelian listrik berbasis biomassa dan biogas menyebutkan, harga listrik untuk kedua jenis pembangkit tersebut menggunakan skema feed in tariff.
Berdasarkan Permen baru tersebut, harga listrik biomassa dipatok Rp1.150 per kilowatt hour (kWh) jika terinterkoneksi pada jaringan tegangan menengah. Sementara, harga listrik biogas ditetapkan sebesar Rp1.050 per kWh pada tegangan menengah dan Rp1.400 per kWh pada tegangan rendah. Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan insentif sebesar 1–1,6 kali harga listrik tergantung lokasi pembangunan pembangkit.
Menurut Dadan, harga pembelian listrik biomassa dan biogas sebelumnya memang tidak menarik. Sehingga, pengembangan pembangkit biomassa dan biogas tidak banyak dilirik investor. Sementara, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ridha Mulyana mengatakan, pemerintah sudah melakukan kerja sama bilateral dengan Kementerian Luar Negeri Finlandia melalui Energy and Environmental Partnership with Indonesia (EEP).
“EEP adalah program kerja sama pengembangan biomassa antara Indonesia dan Finlandia untuk di dua provinsi, Riau dan Kalimantan Tengah. Nanti hasilnya akan jadi percontohan di daerah-daerah lain, proyeknya tidak hanya fisik saja tapi ada biogas,” kata dia.
Dadan menambahkan, dari hasil kerja sama EEP, Indonesia dimungkinkan mengembangkan PLT biomassa mencapai 20 MW. Total implementasi biaya proyek sebesar 3,02 juta euro, yang didanai oleh EEP Indonesia sebesar 2.11 juta euro atau sekitar Rp32 miliar.
Nanang wijayanto
(ars)